Mobil hitam mahal itu melaju beringas, menggeram di atas aspal Surabaya yang masih ramai meski malam semakin tenggelam. Tak ada yang bisa menahan laju seorang Adiraja Mahadipa malam ini. Tangan kirinya mencengkeram kemudi, sementara tangan kanan masih mengepal, menahan gejolak amarah yang mendidih sejak melihat pelukan itu. Pelukan yang seharusnya tak pernah terjadi. "b******k," desisnya sekali lagi, lebih kepada dirinya sendiri. Lampu-lampu kota memantul di kaca mobil, tapi tak ada satu pun yang menarik perhatiannya. Fokusnya hanya satu: Nayara. Gadisnya. Wanitanya. Miliknya. Tak butuh waktu lama, mobil itu memasuki area Mahadipa Properti—apartemen elit tempat Nayara tinggal, yang sayangnya… juga menjadi tempat Viren terlalu sering datang. Petugas keamanan segera berdiri tegak, menundu

