Kia merapikan kerah kemeja putranya dan juga merapikan jas yang membalut tubuhnya. Alfa menatap ibunya dengan mata yang berkaca. Ada setitik air yang seakan mengkristal dan ia menahannya agar tak jatuh. “Maafkan bunda dan ayah Nak, bunda dan ayah tak bisa memberikan pernikahan yang bagus untukmu. Kamu dan Deza hanya akan menikah di KUA, tanpa resepsi. Bukan karena ayah dan bunda nggak merestui ataupun malu. Bukan itu... Tapi kondisi sekarang memang tak memungkinkan. Tante Selia belum mau merestui pernikahan kalian. Masih ada luka yang teramat dalam di hati orangtua Deza dan Khansa. Tentu kamu masih ingat, saat kita melamar Deza, tante Selia bahkan tak mau keluar menemui kita. Yang penting kalian sah sebagai suami istri.” Alfa tergugu. Dia bersyukur memiliki orangtua seperti Kia dan Ghara

