Terlihat sepasang suami istri sedang berada di kamar dan melakukan kegiatan rutin mereka.
"Aah,kau nikmat sekali, aku keluar!" Racau seorang pria yang membuat istrinya melotot.
"A-apa? Kita bahkan baru mul—
Sebelum wanita itu menyelesaikan perkataannya, suaminya sudah mendapatkan pelepasannya yang membuat istrinya kecewa karena suaminya bahkan langsung berbaring dan memunggunginya untuk tidur.
"Aku bahkan belum mendapatkan pelepasanku, kau jangan egois, Arthur!" Ucap Luna.
"Aku lelah dan mengantuk, aku besok harus bekerja, yang terpenting kan aku sudah memasukimu, kau juga tadi sudah mendesah keenakkan, itu berarti kau sudah puas!" Kata Arthur yang seenaknya sendiri dan tidak memperdulikan Luna.
"Kita sudah menikah selama dua tahun, tapi kau belum pernah bisa memuas—
"Tidurlah! Jangan cerewet dan jangan mengangguku, aku sudah sangat mengantuk. Pakai saja tanganmu untuk memuaskan dirimu sendiri jika kau belum puas" Kata Arthur yang malah marah dan membuat Luna mengepalkan tangannya,
Dia mengambil bajunya dan pergi ke kamar mandi.
Dia menangis di sana, entah kenapa jika Luna memprotes tentang hubungan intim, Arthur selalu saja marah, dia hanya mengejar kepuasannya sendiri dan tidak memperdulikannya, namun keesokkan paginya, Arthur bersikap seperti biasa dan seperti tidak terjadi apapun semalam padahal mereka sering berdebat dan bahkan Arthur sering memarahi Luna jika Luna memprotes dirinya saat berhubungan badan.
Luna menghela nafas panjangnya dan memilih untuk menenangkan dirinya di samping kolam renang,
Dia melamun di sana, karena memikirkan hubungannya dengan Arthur yang semakin lama bukannya semakin romantis namun ada aja masalahnya.
Tapi bagaimanapun, Luna sangat mencintai suaminya mengingat selama ini hanya dia yang Luna punya di dunia ini, apalagi mereka sudah berpacaran sangat lama sebelum menikah.
Luna terkejut saat tiba-tiba ada yang memberikan dia selimut dan memakaikannya ditubuhnya.
"Juan!" Ucap Luna yang ternyata itu adalah kakak iparnya,
"Kau bertengkar dengan Arthur?" Tanya Juan lalu memposisikan dirinya duduk di samping Luna.
"T-tidak! Aku hanya mencari udara segar di sini." Kata Luna yang sedikit tergugup.
Dia menelan salivanya dengan susah karena melihat kakak iparnya hanya bertelanjang da da. Terlihat sangat seksi dan kekar namun lalu dia tersadar jika di depannya adalah kakak iparnya. Meskipun bukan yang pertama kalinya, namun Luna tetap saja terkadang gugup jika di dekat kakak iparnya ini.
Tubuh suaminya juga kekar namun dia tidak sebesar Juan.
Juan mengambil rokoknya dan menyalakannya.
"Tapi wajahmu berkata lain jika kau sepertinya bertengkar dengan Arthur! Apa yang dia lakukan sekarang?" Tanya Juan sambil menghembuskan rokoknya.
"Bukan apa-apa, aku dan dia suami istri, dan wajar jika bertengkar, bukan hal besar, aku pun tidak membesarkannya, aku memang hanya butuh waktu, besok juga kita sudah berbaikan." Kata Luna namun Juan malah tersenyum miring.
"Sepasang suami istri alangkah baiknya berbaikan sebelum tertidur satu sama lain, jika terus kau begini, kau akan di bodohi oleh Arthur." Kata Juan yang membuat Luna malah mengerutkan dahinya.
"Dia adikmu, kenapa kau malah tidak membelanya?" Tanya Luna.
"Dia hanya adik tiri jika kau lupa." Ucap Juan.
"Lagi pula meskipun dia adik kandungku, aku tidak bisa memaafkan kesalahan atau bahkan sering membuat seseorang kecewa."
"Aku sudah sering melihatmu seperti ini, di samping kolam, di samping halaman, di balkon kamarmu," ucap Juan yang membuat Luna terkejut karena kakak iparnya ini mengetahuinya.
"Bagaimana kau bisa tau? Kau memataiku?" Tanya Luna yang malah membuat Juan tertawa.
"Kita tinggal dalam satu rumah, mana bisa kau mengatakan aku memataimu! Kebetulan saja saat kau sedang melamun dan aku melihatnya, simple saja!" Kata Juan yang membuat Luna merutuki kebodohannya karena lupa jika memang dia tinggal bersama kakak iparnya ini.
Juan mematikan rokoknya lalu mendekati Luna yang membuat Luna terkejut karena wajah mereka benar-benar dekat.
Luna bahkan terkejut saat Juan menyentuh pipinya dan turun ke bibirnya dan mengusapnya yang membuat jantung Luna berdetak dengan cepat, dia bahkan menegang dan tidak bisa menolak karena terlalu shock dengan apa yang di lakukan Juan padanya untuk yang pertama kalinya.
"Kau sangat seksi, Luna! Sayang sekali jika Arthur malah tidak bisa memuaskanmu." Ucap Juan tersenyum miring yang membuat Luna melotot karena Juan mengetahui masalahnya.
Juan tersenyum lalu menegakkan tubuhnya
"Istirahatlah, sudah malam! Apapun yang di lakukan Arthur, jangan selalu memaafkan kesalahannya atau memakluminya, kau bisa protes dan mengutarakan keinginanmu. Di sini kau istrinya, teman hidupnya, bukan kuda yang hanya di tunggangi saja dan hanya memikirkan kepuasan dirinya sendiri." Kata Juan lalu pergi dari sana.
Luna hanya bisa menatap kakak iparnya ini yang semakin menjauh. Dia masih tidak menyangka jika kakak iparnya tau semuanya.
"Bagaimana dia bisa tau." Gumam Luna, dia mengatur nafasnya agar menetralkan detak jantungnya yang semakin cepat,
Selama ini memang Luna tidak terlalu banyak protes, dia tidak bisa melihat Arthur marah dengannya mengingat cintanya terlalu besar padanya,
Dia menghela nafas panjangnya ketika jantungnya sudah normal kembali dan akhirnya memilih untuk kembali ke kamarnya.
"Tolong berubahlah, Arthur! Aku sangat mencintaimu. Aku bukan hanya butuh kebutuhan materimu, tapi aku memerlukan perhatianmu, kebutuhan biologis, aku ingin di dengarkan, setidaknya jika kau tidak bisa kuat lama, kau mau berusaha, dan meminta maaf padaku, aku pasti akan mengerti jika kau kelelahan." Gumam Luna.
Semenjak menikah dengan Arthur, kebutuhan biologisnya bisa di hitung berapa kali dia hanya merasa puas dengan Arthur, namun Arthur sudah pasti selalu puas dengannya. Tapi dia sama sekali tidak mau mendengar dan tidak peduli jika Luna akan puas atau tidak dengan hubungan intim mereka.
Terlebih jika Arthur tidak mau di protes, jika di protes dia akan marah dan Luna tidak bisa membuat suaminya marah,