Luna dengan cepat menutup tubuhnya dengan selimut di samping suaminya, dia memggigit bibir bawahnya karena merutuki kebodohannya yang diam saja dan malah menikmati sentuhan kakak iparnya.
Dia bisa merasakan bagaimana ciuman Juan di lehernya dan bagaimana tangannya menyentuh area sensitifnya, meakipun hanya dari luar, namun cukup membuat dia merasa tr4ngsang dan menyukainya,
Beruntung tadi ponsel Juan berdering terus menerus yang akhirnya Juan terpaksa mengangkat telefon yang entah dari siapa, dan meninggalkannya.
Sebenarnya Juan memintanya untuk menunggu, namun Luna tentu saja masih waras dan tidak ingin menimbulkan masalah, di akhirnya pergi dari sana dan masuk ke dalam kamarnya.
Sedangkan di tempat lain, Juan yang selesai dari obrolannya di telefon mengerutkan dahinya karena ternyata Luna sudah tidak ada di tempat tadi.
"Suatu hari nanti kau pasti bahkan memintanya sendiri, Luna Gray." Gumam Juan sambil teraenyum miring.
Dia melihat jam tangannya yang ternyata sudah hampir tengah malam, dia memilik untuk kembali ke kamarnya dan tidur.
Keesokkan paginya, Arthur terbangun yang ternyata istrinya baru selesai mandi, dia terswnyum dan melihat Luna yang benar-benar cantik.
'Sepertinya aku tidak bisa melepaskannya, dia terlalu cantik dan seksi untuk di lepaskan.' Batin Arthur.
Sedangkan Luna mengabaikan suaminya, dia masih sangat kesal dengan Arthur yang mengatainya dengan sebutan wanita hyper dan tidak normal.
Bahkan dia semakin kesal saat dia bangun, Arthur seperti biasa, di tersenyum padanya dan seakan-akan tidak melakukan kesalahan apapun.
Arthur tersenyum miring dan memilih untuk mandi terlebih dahulu, dia sangat tau kalau Luna sepertinya masih marah dengannya tentang kejadian semalam, namun Arthur tidak memperdulikannya karena Luna pasti akan luluh nantinya.
Setelah mandi, Arthur tersenyum karena Luna masih menyiapkan baju untuknya.
Dia dengan cepat bersiap karena sebentar lagi dia akan pergi ke luar kota.
"Terima kasih, Sayang!" Kata Arthur yang bahkan memeluk Luna dari belakang saat dia baru kembali yang entah dari mana.
"Lepaskan aku, aku hanya ingin memanggilmu untuk makan." Kata Luna.
"Kau masih marah denganku?" Kata Arthur.
"Sudahi marahmu, aku sebentar lagi akan berangkat ke luar kota," kata Arthur yang benar-benar membuat Luna kesal.
"Kenapa kau susah sekali meminta maaf padaku, kau dengan menanyakan aku marah? Jelas aku marah denganmu, kau mengatakan jika aku memiliki kelainan, padahal kau yang tidak bisa memuaskan aku." Kata Luna yang akhirnya marah.
"Jaga bicaramu, Luna!" Kata Arthur yang akhirnya juga marah.
"Kita sudah menikah hampir dua tahun, tapi kau tidak pernah mendengar keluh-ku, kita jarang mengobrol serius dan kau saja bahkan tidak pernah ada waktu denganku, semenjak kepergian Papa kau selalu fokus dengan pekerjaanmu yang entah kapan bisa habis. Aku membutuhkan kasih sayangmu, perhatianmu, kau pulang saat malam dan langsung meminta hubungan intim denganku, tapi permainanmu hanya sebentar dan kau bahkan tidak berusaha untuk membuatku merasa puas juga. Kau sangat egois." Kata Luna
Plak
Luna terkejut ketika Arthur malah menamparnya, dan ini pertama kalinya Arthur berani main tangan dengannya.
"Kau sudah mulai berani membantahku dan protes denganku. Kau bahkan secara tidak langaung mengatakan jika aku adalah lelaki lemah karena hanya bisa bermain sebentar begitu." Kata Arthur
Luna bahkan menangis, dia benar-benar tidak percaya jika Arthur menamparnya.
"K-kau menamparku?" Kata Luna yang akhirnya membuat Arthur tersadar dan merubah raut wajahny.
"Sayang, maafkan aku, kau yang memancing emosiku, sebenarnya ada apa denganmu, biasanya kau tidak pernah seperti ini." Kata Arthur.
"Karena aku lelah, kau selalu egois. Kita jarang memiliki waktu bersama, bagaimana aku bisa hamil jika hubungan kita saja seperti ini." Kata Luna.
"Aku sudah mengatakan kepadamu jika aku lelah, aku dari siang sampai malam bekerja untuk kita, tapi kau malah protes yang tidak-tidak." Kata Adthur yang menghela mafas panjangnya.
"Sudahlah, aku berangkat saja sekarang, tidak akan ada habisnya jika kita berdebat." Kata Arthur yang bahkan langaung meninggalkan Luna begitu saja.
Luna benar-benar kesal dan marah. Tangannya mengepal karena Arthur benar-benar sudah keterlaluan.
Di bawah, ternyata sudah ada Juan di sana, dia bahkan tau jika Luna dan Arthur tadinya bertengkar saat tadi lewat di depan kamar mereka.
Dia memang tidak begitu menguping, namun dia tau jika Arthur menampar Luna, dan menurutnya dia sudah sangat keterlaluan.
"Mau ke mana?" Tanya Juan kepada Arthur yang sudah rapi.
"Aku ada pertemuan dengan klien di luar kota." Kata Arthur.
"Kau meminta temanmu langsung ke kantorku? Aku bahkan belum mengatakan iya." Kata Juan menegur Arthur.
"Ayolah, Juan. Hanya satu orang, kantormu paati ada yang kosong kan," kata Arthur.
"Kau sudah mengirim dua orang temanmu ke kantormu, dan pekerjaan mereka biasa saja, bahkan salah satu dari mereka pernah membuat onar di kantorku, jika saja dia bukan temanmu, aku sudah memecatnya," kata Juan.
"Aku sudah menegurnya, dia tidak akan membuat onar lagi, aku akan pastikan itu, dan yang baru saja aku kirim ke kantormu adalah oramg yang berpengalaman, baca saja cv-nya. Kau tidak akan menyesal." Kata Arthur.
"Ini yang terakhir, jangan kirim temanmu lagi ke kantorku, akan lebih baik kau memeperkerjakan di kantormu sendiri." Kata Juan yang di angguki oleh Arthur.
"Terima kasih, aku pergi dulu." Kata Arthur.
Juan hanya diam saja dan memandang tubuh Arthur yang mulai menjauh.
Dia mengambil ponselnya dan mengirimkan sesuatu kepada asisten pribadinya.
Dia masih menunggu Luna yang tidak turun juga,
"Apa saya panggilkan, Nona Luna. tuan?" Tanya pelayan yang sepertinya dia mengerti kenapa majikannya belum mulai makan yang mungkin menunggu adik iparnya.
"Tidak perlu, biar aku saja." Kata Juan yang di mengerti oleh pelayan.
Juan pergi ke kamar Luna dan memgetuknya.
Luna sendiri yang tadinya menangis di dalam kamar akhirnya dengan cepat menghapusnya dan membuka pintunya.
"Kau tidak sarapan?" Tanya Juan.
"Aku belum kapar, kau saja dulu," kata Luna yang membuat Juan terdiam sebentar.
Dia melihat pipi Luna sedikit memerah yang sepertinya Arthur tadi memukulnya dengan sangat keras.
"Arthur memukulmu?" Tanya Juan memancing Luna akan mengatakan yang sebenarnya atau tidak.
"Tidak! Ini tadi aku tidak sengaja terjatuh dan membentur meja." Kata Luna
"Mana ada terbentur di pipi seperti itu." Kata Juan.
"Aku benar-benar tidak apa-apa, Arthur tidak mungkin melakukan ini." kata Luna yang masih membela Arthur. Tentu saja perkataan Luna membuat Juan geram, dia mendorong Luna masuk ke dalam yang membuat Kuna terkejut,
"Juan, apa yang kau lakukan, keluarlah sebel—
Perkataan Luna bahkan terhenti karena Juan langsung mencium bibirnya dan bahkan melumatnya, Luna bahkan menegang dan melotot karena sangat shock dengan apa yang di lakukan kakak iparnya.