POV Dirga 7

1216 Words

Langkahku cepat sore ini, didorong oleh amarah dan kecewa yang menumpuk di d**a. Begitu pintu apartemen Febi terbuka, semua yang kutahan langsung meledak tanpa bisa kucegah. Pintu tertutup keras di belakangku, membuat Febi terlonjak kaget. Matanya membulat, sementara di ruang tamu, Papa sudah duduk di kursi—menatapku tajam tanpa sepatah kata. “Apa yang kamu lakukan di butik waktu Tara kecelakaan?” tanyaku langsung, tanpa menoleh atau menyapa Papa sedikit pun. Febi menelan ludah, suaranya kecil. “Aku cuma pengen ketemu Mama dan aku gak tahu apa-apa soal kecelakaan itu.” Aku mendengkus kesal. “Sok polos!” Tatapanku tak lepas darinya. “Lalu, apa yang kamu bicarakan sama salah satu karyawan katering di sana?” “Ya Allah, Kak. Waktu itu aku cuma lewat dan nyapa, apa itu salah?” elak Febi, s

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD