Begitu pintu mobil tertutup, keheningan cuma bertahan beberapa detik. Setelah itu, kekesalan Dirga langsung meledak.
“Kamu tuh gimana sih, Tara?! Duduk bareng sama pria asing di restoran, ketawa-ketawa pula, kasih nomor hape segala! Emangnya kamu nggak mikir itu bakal kelihatan gimana?!”
Aku melirik ke arahnya sekilas, lalu cepat-cepat menatap ke luar jendela. Tanganku sibuk memainkan resleting tas di pangkuan.
“Dan yang bikin aku heran,” lanjutnya sambil menyalakan mesin mobil, “kamu tuh gampang banget percaya. Baru kenalan langsung kasih nomor. Kalau nanti dia modus gimana?”
Aku cuma mengangguk pelan.
Dirga melirikku sekilas, wajahnya makin kesal. “Loh, kamu malah iya-iya aja. Aku ngomel panjang begini, nggak ada bantahan sama sekali?”
Aku masih tetap diam. Hanya mengangguk lagi, k
