Deya terpekur menatap batu nisan menjulang tegak di atas pusara. Helaian mahkota bunga menyelimuti makam sahabatnya. Air mata belum jua mengering. Dia begitu terpukul. Meski hubungan mereka memburuk selepas Deya mengungkapkan perasaannya pada Sakha, tapi jauh di lubuk hati Deya, Utari akan selalu menempati tempat yang spesial. Deya tak akan pernah lupa akan kenangan indahnya bersama Utari. Dulu mereka ibarat soulmate, sahabat sehati dan sejalan. Kemanapun bersama, setiap ada tugas mengerjakan bersama, makan bersama kerap jadi aktivitas favorit dan kadang saling menginap lalu curhat-curhatan hingga menjelang pagi. Kini semua hanya puing fatamorgana yang tak akan mungkin terulang. Hingga kini berat hatinya untuk melepas dan rasanya sulit menerima kenyataan bahwa sahabatnya telah pergi untuk

