Di kafetaria nadia kembali bertemu dengan dean, pria itu mengaja nadia untuk mengobrol sampai tidak sadar menghabiskan waktu hamper stenegah jam. Terlalu cocok pembiacaraan mereka sampai nadia tak sadar sudah jam berapa ini. “kamu namp[ak lebih bahagia dan segar setelah pergi tadi. Awal kitab bertemu juju, kamu Nampak nya suka merenung.n “apa masalah nyas udah terpecahkan?” ujar dean yang di angguki oleh nadia. “kamu bukan cuma pintar bicara tapi juga cenayang ya, hebat sekali bisa tebak aku ada masalah sebelum nya.” Ujar nadia. Sedangkan dean tertawa terbahak bahak. “semua orang yang melihat ekspresi mu tadi juga tahu kalau kamu memiliki masalah serius.” Ujar dean membuat nadia terenyum, entalhakn perubahan ekspresi nya kenapa bisa secepat ini. Aneh bukan? Nadia juga tidak tahu kenap

