Katakan Sekarang atau Tidak Ada Kesempatan Nanti

1122 Words
“Ini…ini obatnya….ini obat Tuan Besar.” Bibi Rosa berlari masuk ke dalam ruang utama dengan terengah-engah sambil menggenggam erat sebuah botol di tangannya. Segera Daniel menghampiri Bibi Rosa dan mengambil botol tersebut, mengeluarkan sebuah pil dan segera menyuapkan kepada Tuan Besar Raerschell. Beberapa menit kemudian, nafas Tuan Besar terlihat mulai tenang dan stabil, walaupun masih terlihat pucat, tetapi raut wajah kesakitannya juga sudah mulai melunak dan tangannya tidak lagi menahan dadanya. Melihat kondisi Tuan Besar yang sudah stabil, akhirnya Daniel pun kembali tenang dan bisa menarik nafas lega.. Wajah amarah dan khawatirnya sudah menghilang dan kembali dengan aura dinginnya. “Kamu…bawa pulang Ans dan Sierra. Kalau tidak, aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai cucuku lagi.” Dengan nafas masih tersengal-sengal dan tubuh lemah, Tuan Besar Raeschell berkata terbata-bata. Kemudian dengan bersusah payah, ia berusaha bangun dari duduknya. Tangan Daniel segera terulur untuk membantu, tetapi entah dengan tenaga dari mana, Tuan Besar mendorong tangan itu dengan kuat. “Tidak perlu membantuku. Aku masih mampu berdiri sendiri. Kamu pikirkan saja bagaimana cara mengembalikan cicit dan cucu menantuku.” Melihat kemarahan Tuan Besar pada Tuan Daniel, dengan takut-takut Kepala Pelayan Jack segera menghampiri Tuan Besar dan membantunya berjalan, dengan tertatih-tatih dan langkah gemetar, Tuan Besar berjalan menuju pintu keluar. Hanya dalam sekejap, Tuan Besar terlihat menua sepuluh tahun. “Daniel” Setelah melewati semua kejadian, akhirnya Jasmine berhasil mendapatkan suaranya kembali. “Daniel, jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi? Apa maksud kakek dengan Cicit dan Cucu menantu? Bukankah kamu tidak memiliki saudara lainnya ? Apa maksud kakek cicit adalah anakmu ? Cucu menantu adalah istrimu? Tolong jelaskan kepadaku, Daniel.” Jasmine menarik lengan baju Daniel dengan wajah kebingungan dan air mata kesedihan sudah mengembang di pelupuk matanya. Ekspresinya membuat semua orang yang berada di ruangan itu menunduk menutupi rasa kasihan mereka. Sorot matanya yang begitu terluka membuat Daniel mengepalkan tangannya erat. Bibir tipis pria itu membentuk garis lurus, wajah dinginnya terlihat semakin kejam. Setelah Daniel memastikan sosok Tuan Besar sudah menghilang dari pintu utama dan menaiki mobilnya. Daniel berbalik dengan pelan. Matanya yang hitam menatap ke arah semua orang yang berada disana. Setiap orang yang ditatapnya merasa seakan tatapannya akan membunuh mereka saat itu juga. Tak seorangpun berani beradu pandang dengan Daniel. Semua menunduk dan terdiam gemetar ketakutan. “Katakan, siapa yang sudah berani memberitahu Tuan Besar tentang hal ini?” Suara Daniel terdengar sangat datar. Tetapi semua yang bekerja di Rumah Kediaman sangat memahami, semakin datar suara Daniel, artinya semakin murka dia. Tak seorangpun berani mengaku. Daniel tersenyum sinis dan kembali melemparkan pandangannya ke sekeliling ruangan, dan berkata dengan nada dingin. “Ini kesempatan satu-satunya kalian. Jika tidak ada seorangpun yang mengakui saat ini, jangan salahkan aku karena tidak memberikan kalian kesempatan untuk mengatakannya nanti.” Mendengar perkataan Daniel, tanpa sadar Bibi Rosa mempererat genggaman tangannya pada botol obat yang dipegangnya. Mata Daniel yang tajam tidak sedikitpun melewatkan gerakan ini. Menyadari gerakan kecil itu, Daniel melirik Bibi Rosa dengan tatapan dingin beberapa saat kemudian akhirnya dia mengalihkan pandangannya setelah memberikan perintah kepada ajudannya. “Hendri!” “Jenderal Daniel” “Selidiki.” “Laksanakan Jenderal!” Setelahnya, tanpa menoleh kebelakang sekalipun, Daniel melangkah keluar dari Rumah Kediaman. Jasmine yang melihat Daniel yang sudah berjalan keluar, menatap punggung tegap itu dengan kening berkerut dan perlahan ia segera mengikuti langkah Daniel. ====== Setelah menutup telepon dengan Bibi Rosa, Sierra meletakkan ponselnya, ia memperhatikan kembali kegiatan Rumah Kediaman yang terlihat sudah lebih tenang. Dengan perlahan ia menutup tirai jendela dan berbalik kembali ke tempat tidur. Senyum indahnya terbit melihat Ans yang sudah tertidur lelap dengan imutnya. Setelah mencium perlahan kening Ans, Sierra kemudian berjalan meninggalkan kamarnya berniat mengambil segelas air untuk menghilangkan rasa hausnya. Begitu Sierra melangkah keluar dan menutup pintu, suara langkahnya menarik semua pandangan dari koridor ke arahnya. Terasa aura berbahaya yang menguar dari pandangan itu. Sejumlah besar pengawal dan penjaga menatapnya dengan intens. Tak disadari, Sierra sedikit menggigil karena merasa kedinginan, dengan segera ia merapatkan jubah tidurnya dan kemudian berbalik kembali masuk ke kamar, melupakan rasa haus dan niatnya menuju ke dapur untuk mengambil minum. Penjagaan di Rumah Maximillian begitu ketatnya. Apakah telah terjadi sesuatu? Keesokan paginya saat Sierra bangun, Kediaman Maximillian telah kembali tenang. Pengawal dan penjaga tak terlihat bersiaga seperti semalam, dan Raymond juga terlihat sedang berbaring di kursi santai di taman yang terletak pada halaman belakang sambil berjemur dibawah sinar matahari pagi. Dari kejauhan pun, Sierra dapat mengatakan bahwa mood Raymond sangat baik pagi ini. Dengan bertelanjang d**a, hanya perban putih yang membungkus perutnya, diperban itu terlihat sedikit warna merah yang menandakan darah yang mulai mengering. Raymond terlihat sedang menikmati segelas jus jeruk dan sarapan pagi yang tertata rapi di depannya. Melihat kondisi perban Raymond, Sierra perlahan mengangkat alisnya. Sudah beberapa hari, apakah orang itu masih belum mengganti perbannya? Apakah dia tidak takut infeksi? Naluri Sierra sebagai dokter muncul dan membuatnya tidak bisa terima dengan cara Raymond memperlakukan tubuhnya sendiri. Tak lama, Sierra mendengar Raymond mengeluh tubuhnya bau dan ingin mandi. Saat itu, Sierra benar-benar kebingungan. Raymond tidak mau mengganti perbannya, tetapi dia ingin mandi. Apakah pria itu benar-benar tidak peduli dengan kesehatan tubuhnya sendiri? Saat Sierra masih termenung, tiba-tiba Gina berlari menghampirinya, dengan nafas terengah-engah, dia berkata, ”Nona Sierra, Tuan Muda memanggila Anda.” “Sekarang belum waktunya makan.” Tolak Sierra. Dia tidak ingin terlalu sering berinteraksi dengan Raymond. Gina terlihat kebingungan. “Tapi, Tuan Muda berkata bahwa Anda tidak hanya menerima pembayaran gaji sebagai ahli gizi, tetapi juga sebagai dokter….” Raymond Sialan! Dalam hati, Sierra memaki Raymond habis-habisan. Jelas sekali Raymond sudah merencanakan ini semua dan Sierra terjebak di dalamnya. Menghentakkan kaki kesal, akhirnya dengan wajah cemberut, Sierra melangkah ke bawah dan pergi ke taman di halaman belakang untuk menemui Raymond. Berbanding terbalik dengan wajah Sierra. Raymond terlihat bahagia dengan senyum jahil menghiasi wajahnya, membuat wajah wajahnya semakin mempesona dan menyilaukan mata Sierra. “Pagi.” Sapa Raymond riang. Sierra membalas sapaan Raymond dengan anggukan acuh tak acuh, lalu tanpa berkata apapun, dia mengambil peralatan dokter yang telah disiapkan oleh pelayan disampingnya dan mulai melakukan pemeriksaan pada luka Raymond. Sierra membuka perban Raymond dengan seksama dan melihat warna luka yang tadinya merah terang, telah berubah menjadi coklat tua. Di dalamnya, terlihat ada sedikit cairan coklat kekuningan yang mulai mengeluarkan bau tak sedap. Sierra mengerutkan keningnya, luka Raymond sudah mulai menunjukkan kondisi infeksi. Mengambil beberapa lembar kapas yang sudah dilumuri alkohol dengan pinset, tanpa mengurangi tenaganya, Sierra mulai membersihkan luka Raymond dengan mengusapkan kapas dengan alkohol tersebut pada tempat lukanya berada, yang menyebabkan Raymond langsung meringis kesakitan dan berteriak dengan nada marah. “Hei Wanita! Apakah kamu tidak bisa merawat dengan lebih lembut? Mana ada dokter sepertimu yang membuat pasien tambah sakit!” Gerutu Raymond sambil melotot pada Sierra. Wanita ini pasti sengaja ingin menyakitiku!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD