Hanya Terdiam

1058 Words
Sierra menyipitkan matanya, semua orang di rumah ini menghormati Raymond, bahkan seorang gadis seperti Gina saja terlihat marah, dengan keributan kekanak-kanakan yang terjadi antara Raymond dan Ans. Meskipun Raymond baik terhadap Sierra, tetapi temperamen buruknya tetap tidak dapat diterima, Semua masalah melintas di kepala Sierra diwaktu yang sama, membuat kepalanya terasa ingin meledak. Sambil memijat keningnya, akhirnya Sierra menghentikan memikirkan masalah-masalah yang ada, dengan menarik nafas panjang, Sierra memutuskan untuk menghadapi masalahnya satu per satu, dimulai dari apa yang saat ini tepat berada di depan matanya. Dia melirik pria kecilnya yang masih meminum sup nya seperti kucing kecil. Mata Sierra melembut penuh dengan kasih seorang ibu. Saat ini, yang Sierra inginkan hanyalah merawat Ans dengan baik, itu saja sudah cukup. Permasalahan yang lain, biarlah dihadapi pada waktunya nanti. Setelah episode amukan Raymond siang ini, dia menjadi lebih pendiam, tetapi masih tetap banyak kebisingan yang muncul di rumah itu, entah apa yang terjadi, tetapi di seluruh bagian rumah terlihat memperketat penjagaannya malam ini. Saat Sierra selesai membereskan barang-barangnya di kamar, untuk melepaskan lelah Sierra membuka pintu yang mengarah ke balkon dan melangkahkan kakinya kesana. Entah disengaja atau tidak, ternyata posisi rumah Raymond lebih tinggi daripada kediaman Raeschell, sehingga pada saat dia melihat ke bawah dari balkon kamarnya, ia dapat melihat sebagian besar kediaman Raeschell dan aktivitas didalamnya. Setelah sesaat melepas penat di balkon, Sierra menghampiri Ans yang sudah berbaring di tempat tidurnya dengan menggunakan piyama, kemudian perlahan dia mengambil posisi nyaman di sisi Ans, dan mulai membacakan cerita pengantar tidur untuk Ans. Dari jendela kamar mereka, terlihat sebagian kediaman Raeschell yang masih terang benderang. ===== Pada saat bersamaan, di kediaman Raeschell ketegangan dan aura dingin begitu sangat terasa. Jasmine berdiri di belakang Daniel dengan wajah cantiknya yang terlihat pucat. Dia menggenggam erat lengan baju Daniel dan menundukkan kepalanya, tidak berani mengucapkan sepatah katapun. “Kakek, ini adalah keputusan yang kubuat, tidak ada hubungannya dengan Jasmine.” Menghadapi Tuan Besar Raeschell yang duduk di seberangnya, Daniel mengucapkan kata demi kata dengan tegas. Meskipun Tuan Besar Raeschell telah berusia lebih dari 60 tahun tetapi tubuhnya masih tetap terlihat tegap dan gagah. Bahkan, saat duduk dihadapan Daniel pun, aura muda dan berkuasanya masih terlihat, dan semakin tajam seiring dengan curah hujan yang turun semakin deras. Sepasang mata bijaksana menatap wajah Daniel, lalu berpindah menatap Jasmine sesaat kemudian. Suaranya yang keras dan tegas terdengar, “Apakah demi wanita ini, kau mengusir cicit dan cucu menantuku?” Ketika Tuan Besar Raeschell menyebutkan cicit dan cucu mantu, wajah Jasmine terlihat jelas tercengang kebingungan, segera dia mengalihkan pandangan terkejutnya ke arah Daniel. Serta merta Punggung Daniel menegang kaku, tak sadar dia menggenggam tangan Jasmine semakin erat. “Kakek!” Tuan Besar Raeschell memukul meja di hadapannya dengan sangat keras. Saking kerasnya, bahkan dinding dan lantai terasa seperti ikut bergetar. Semua orang di aula tersebut melonjak terkejut. Hanya Daniel yang tetap berdiri tegak dari awal sampai akhir tak tergoyahkan. “Siapa yang memberikanmu izin untuk menyentuh cicit dan cucu menantuku? Siapa yang memberimu nyali untuk mengajukan perceraian? Daniel, apa kamu masih menganggapku penting?” Tuan Besar Raeschell meneriakkan kata-katanya dengan penuh amarah dan terengah-engah. Andai saja hari ini Tuan Besar tidak tiba-tiba merasa rindu dengan cucunya dan menyempatkan diri untuk melepas rindu dengan Ans, selamanya dia tidak akan tahu bagaimana kelakuan Daniel yang sangat tidak pantas ini, bahkan dia begitu berani membawa Jasmine masuk ke dalam Kediaman Utama. Semakin Tuan Besar Raeschell memikirkan hal ini, semakin wajahnya berubah menakutkan dan memerah menahan amarah. Tiba-tiba ditengah kemarahan dan rasa murkanya, Tuan Besar mencengkeram dadanya erat dan nafasnya semakin terengah-engah, wajahnya mendadak memucat dan terlihat menahan sakit tak terkira. Wajah Daniel menegang melihat kondisi Tuan Besar dan dengan cepat melangkah menghampirinya sambil menahan tubuh Tuan Besar yang terlihat mulai oleng. “Dimana obat kakek?” Dengan susah payah Tuan Besar Raeschell menepis tangan Daniel. “Jangan sentuh aku! Aku tidak punya cucu sepertimu!” “Kakek, atur nafasmu, jangan marah, dimana obat kakek?” Daniel merogoh setiap saku baju Tuan Besar, tetapi tidak ditemukannya obat itu dimanapun. Melihat kondisi Tuan Besar yang semakin memucat dan menahan sakit, Jasmine hanya dapat terpaku diam dan wajahnya semakin memucat. Tak setitik pun terpikir di kepalanya untuk melakukan pemeriksaan pada Tuan Besar. “Cepat panggil dokter ke sini.” Teriak Daniel menggelegar. Mendengar perintah Daniel, Kepala Pelayan Jack tersadar dari rasa kagetnya dan segera berlari mengambil telepon untuk menghubungi dokter dengan panik. Seluruh kediaman berada dalam kekacauan, semua orang panik tanpa tahu harus melakukan apa. Wajah Daniel terlihat sangat buruk, ekspresi dinginnya bercampur dengan rasa khawatir dan sakit. Walaupun kesehariannya Tuan Besar Raeschell terlihat sangat sehat dan bersemangat, tetapi bagaimanapun dia adalah seorang pria lanjut usia dan sepak terjangnya di masa muda sebagai seorang tentara tetap meninggalkan beberapa kerusakan di tubuhnya, yang saat ini sudah tidak lagi sanggup untuk menahan tegangan karena masalah-masalah yang datang. Kemarahan dan emosi yang meledak-ledak menyebabkan meningkatnya tekanan darah yang membuat jantung Tuan Besar Raeschell tidak dapat lagi menahan terjangan arusnya, ditambah lagi dia datang secara tiba-tiba tanpa rencana, sehingga tidak sempat membawa obat apapun. Baru kali ini dalam hidup Daniel, dia merasakan kepanikan dan rasa tidak berdaya. Didalam pelukan kedua tangannya dia melihat orang kesayangannya berjuang untuk hidup. Apa yang harus aku lakukan? Kekacauan yang terjadi di Kediaman Raeschell, membuat Sierra yang sedang berdiri dekat jendela, melihat dengan jelas bayangan-bayangan orang yang berlarian naik turun dengan begitu terburu-buru dan panik. Dengan mengerutkan kening kebingungan, Sierra segera mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor orang yang paling akrab di kediaman itu. “Bibi Rosa, apa yang terjadi?” Suara Bibi Rosa terdengar sangat cemas, “Nyonya, Tuan Besar Raeschell jatuh sakit karena tidak melihat Anda dan Tuan Muda tidak ada di sini. Dia marah saat mengetahui Tuan Daniel telah meminta Anda dan Tuan Muda Ans pergi.” Sierra mengerti betul tentang kondisi tubuh Tuan Besar Raeschell. Dadanya terasa sesak, mendengar kondisi kakek, Sierra sangat mengkhawatirkan terjadi sesuatu yang buruk padanya. Karena dari semua orang di Keluarga Besar Raeschell, kakek lah yang paling menyayangi dan melindunginya dari siapa pun yang berusaha menyakitinya selama ini. “Tuan Besar tidak membawa obatnya, sekarang semua orang di kediaman sedang kebingungan mencarikan obat untuk kakek.” Lanjut cerita Bibi Rosa pada Sierra, sambil melirik ke arah Jasmine yang masih saja berdiri terdiam dan tidak berani bertindak apapun. Sierra berpikir sejenak dan berkata, “Bibi Rosa, jangan khawatir. Tenangkan dirimu dan ikuti semua petunjuk ku…”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD