SEAWET POHON PURBA

1415 Words

Pagi terakhir di Yakushima terasa berbeda. Udara masih sama lembap dan segar, suara burung hutan masih riuh bersahutan, namun ada rasa enggan yang merayap di hati Anne saat ia membuka shoji. Taman kecil di dalam ryokan—dengan bebatuan basah, kolam mungil, dan pohon mini berlumut—seakan ikut memberi salam perpisahan. Anne terdiam di posisinya, memandangi riak air yang memantulkan cahaya mentari pagi. “Ngapain, baby?” tanya Ben. Ia masih duduk di futon, baru saja selesai memindahkan file-file foto dari kartu memori ke laptopnya. Setelah memasang SD-card ke kameranya lagi, ia membidik Anne dari balik lensa, lalu klik—mencuri satu candid istrinya yang berdiri dengan cahaya pagi jatuh tepat di wajah. “Kayaknya aku bakal kangen tempat ini,” lirih Anne. “Me too,” tanggap Ben. “Tapi yang palin

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD