“Bu, maafkan saya,” lirih Erina saat mereka tiba di rumah. Binar tak menjawab, ia hanya menghela nafas pelan dan menghampiri Jiwa yang tertidur lelap di kasurnya. Tangannya membelai lembut pipi gembul itu. “Saya cuma menjawab apa yang ditanya dokter, beneran nggak bermaksud buat terlihat lebih tahu dari Ibu soal Jiwa.” Erina kembali menjelaskan, takut-takut mendekati Binar yang hanya duduk diam dan membelai putra tunggalnya lembut. “Ibu, jangan marah sama saya. Saya benar-benar minta maaf.” Erina masih berusaha meminta maaf, ia sungguh-sungguh tak sengaja melakukannya. Ia hanya berusaha jujur menjawab pertanyaan Ryan tadi. Binar berdiri dan menghela nafas. Namun ia tetap tak menjawab atau merespons ucapan Erina. Ia justru melangkah melewati Erina tanpa menoleh dan masuk ke kamarnya. Bi