Chapter 1 - Mengundurkan Diri
Perkenalkan, namaku Aresha Ravan Aravella. Aku bekerja di sebuah perusahaan makanan instan terbesar di Kota Bandung bernama FF Food. Diriku terkenal di kalangan para staf sebagai Sekretaris Level S. Di mana dalam ketepatan bekerja, aku berada di level S, kemampuan adaptasi level S, sifat sosial level S, dan kepintaran tentu saja berada di level S. Kini, aku memutuskan untuk mengundurkan diri.
Karena apa?
"Aku menang undian?" gumam Aresha tidak percaya mendapatkan pemberitahuan di email-nya. Tertulis dengan jelas:
Selamat kepada Pemenang Utama Undian MM Mart dengan Nomor Undian 030522.
Beberapa kali dia cek untuk memastikan kebenarannya. Bagaimana tidak, sudah terlalu banyak pesan penipuan yang masuk di kotak pesannya, seperti Mama minta pulsa atau selamat nomor ponsel Anda memenangkan kupon hadiah senilai 100.000.000.
Namun, karena keisengannya di sebuah minimarket dekat tempat tinggalnya, Aresha membeli kupon undian dengan hadiah utama senilai 2 miliar. Dan itu sekarang menjadi milik Aresha Ravan Aravella.
Kemudian, Aresha mengambil laptopnya dan mengetik sebuah surat, lalu mencetak surat tersebut. Ia melipatnya dengan rapi dan memasukkannya ke dalam amplop putih.
Aresha mengambil ponselnya dan menghubungi sang kekasih hati.
"Ezra, aku ingin mengundurkan diri dari perusahaan..."
Lima menit...
Sepuluh menit...
Tiga puluh menit...
Tidak ada balasan dari sang kekasih hatinya, hingga Aresha terlelap dalam tidurnya.
****
Hari ini merupakan pagi yang sungguh cerah bagi Aresha. Dengan langkah penuh percaya diri dan senyuman merekah menghiasi wajahnya, Aresha masuk ke gedung utama FF Food. Ia menyapa beberapa staf yang dilaluinya.
"Hai! Hai!" sapa Aresha sambil tersenyum indah dan melangkah ringan, sesekali melambaikan tangan ala model. Dia sudah bertekad untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya yang sudah dibuat semalaman.
Sontak, semua karyawan yang mengenal Aresha merasa bingung dengan perubahan sikap dan ekspresi Aresha pagi ini.
"Kamu lihat Sekretaris Aresha, kan?" ucap staf wanita A.
"Iya, dia terlihat sangat senang hari ini!" balas staf pria B.
"Tumben banget, ya!" seru staf wanita C.
"Iya, biasanya setiap masuk kantor, wajahnya selalu tertekuk!" balas staf D.
"Jangan-jangan dia habis menang undian... hahahaha!" celutuk staf E.
"Sudah-sudah! Bubar kalian semua!" sela Kepala Staf Pria.
"Yah, Bapak Deon!" protes semua karyawan yang sedang ghibah pagi itu, terganggu oleh Deon yang merupakan kepala staf di FF Food.
****
Tap... tap... tap...
Langkah kaki Aresha membawa kopi dan sepiring cake untuk sarapan sang Presiden Direktur FF Food, yaitu Alvarro Osmond Cullen. Presiden Direktur termuda di Kota Bandung ini sangat terkenal karena kepiawaiannya dalam membesarkan FF Food.
"Huffttt..." Aresha menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan napasnya.
"You can do it, Aresha!" serunya di balik pintu, menyemangati dirinya.
Tok tok tok
"Permisi, Pak..." seru Aresha sambil membuka pintu kayu yang begitu besar untuk masuk ke dalam ruangan Presiden Direktur Alvarro.
"Saya bawa kopi dan cheesecake untuk sarapan, Pak!" lanjut Aresha, meletakkan cangkir dan piring kecil di atas meja Alvarro.
Alvarro Osmond Cullen, yang awalnya diragukan dalam memimpin perusahaan FF Food, berhasil membuktikan keberhasilannya dalam waktu kurang dari satu tahun. Ia berhasil meningkatkan hasil penjualan di perusahaan.
Alvarro merupakan sosok yang diagungkan, dinilai seperti sebuah berlian untuk FF Food. Atau lebih tepatnya, patung seni berharga untuk FF Food karena ketampanan dan tubuhnya yang sempurna. Namun, tentu saja, jangan percaya begitu saja dengan penampilannya yang begitu sempurna. Dia adalah orang yang sangat menjengkelkan, dingin, dan tidak berperasaan.
Dengan memasang senyum indah, Aresha memberanikan diri untuk berbicara.
"Permisi, Pak, maaf mengganggu. Ada yang ingin saya bicarakan..." ucap Aresha pelan dan sopan.
Namun, Alvarro yang cuek hanya berdiam diri, tidak langsung menyahut ucapan Aresha. Ia tetap menyelesaikan pekerjaan di depan laptop.
Aresha dengan sabar menunggu, meski sambil menggerutu melihat atasannya itu.
"Ada apa, Nona Alesha?" jawab Alvarro tanpa melihat Aresha.
"Sudah aku bilang berulang kali, namaku ARESHA!" batin Aresha kesal, yang selama tiga tahun bekerja bersama Alvarro terus saja dipanggil dengan nama Alesha oleh Alvarro.
Namun, itu tidak seberapa. Ada lebih banyak hal di luar nalar yang harus dilakukan oleh Sekretaris Aresha dengan si penggila kerja Alvarro. Seperti lembur tiada henti. Sepertinya Alvarro melupakan bahwa dalam sehari hanya ada dua puluh empat jam saja. Sehingga Aresha harus selalu mengatur ulang jadwalnya apabila pada hari itu ada pertemuan mendadak dengan klien lainnya. Mau tidak mau, Aresha harus mengatur ulang semua jadwal yang telah dia atur sebelumnya.
Yang paling berkesan dan membekas dalam tingkat kebencian Aresha adalah ketika dirinya mendapatkan pesan singkat dari Alvarro untuk menyuruhnya membeli Tacos. Namun, ketika Aresha sampai di ruangan, Alvarro kosong melompong, tidak ada orang. Akhirnya, Aresha memutuskan untuk menunggu kurang lebih satu jam. Ketika Aresha menghubungi Alvarro, ternyata sang psikopat itu dengan santainya menjawab bahwa dirinya sudah ada di rumah.
"Jadi, kau mau membicarakan hal apa?" seru Alvarro, membuyarkan lamunan Aresha.
Aresha mengenang kembali bagaimana dia harus bekerja keras sejak SMA untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membiayai sekolah serta kuliahnya dari hasil kerja kerasnya. Orang tuanya meninggal meninggalkan utang yang harus dia lunasi. Hari-hari rutin yang terus berulang membuat dirinya merasa bosan menjalani rutinitasnya, terutama dengan atasan seperti Alvarro Osmond Cullen yang menyebalkan.
"Ternyata begini rasanya jadi orang kaya baru... Akhirnya hidupku terlihat cerah! Kebahagiaan... Aku datang!" batin Aresha senang.
"Aku akan mengundurkan diri menjadi budakmu, Alvarro!" batin Aresha lagi.
Dengan percaya diri, Aresha meletakkan surat pengunduran dirinya di atas meja Alvarro.
Tackk
Bunyi suara meja yang bergesekan dengan amplop Aresha.
"Pak... Saya mau mengundurkan diri...!!!" seru Aresha dengan lantang.
"Akhirnya...!! Tidak bertemu lagi dengan dirimu, Alvarro...!! Tidak harus bekerja...!!" batin Aresha.
"Hmm... habis ini apa yang aku lakukan ya?" batin Aresha, senang memikirkan hari-harinya nanti tanpa kesibukan seperti saat ini.
"Apa itu...?!" seru Alvarro, kembali membuyarkan lamunan Aresha.
"Surat pengunduran diri, Pak. Mohon dicek. Setelah Bapak cek, akan saya sampaikan ke bagian personalia..." jawab Aresha.
"Surat pengunduran diri dari siapa?" tanya Alvarro.
"Dari saya, Pak!" jawab Aresha.
"Kenapa kau mengundurkan diri?" cercah Alvarro dingin.
"Karena alasan pribadi, Pak. Semuanya sudah saya jelaskan di surat pengunduran diri saya!" jawab Aresha dengan lembut, berusaha tenang.
"Jadi, saya pamit ya, Pak..." lanjut Aresha dan hendak menoleh.
"Tidak boleh!!" seru Alvarro, menghentikan langkah Aresha.
"Hahhh...?!!!" seru Aresha setengah berteriak dengan ekspresi bingung.
Dengan tatapan yang begitu dingin, Alvarro berkata, "Surat ini saya TOLAK!!!"
~~
Hai hai... ketemu lagi dengan novel terbaru mamazan, ikuti keseruan kisah Alvarro dan Aresha ya