Chapter 2- Di Tolak

1014 Words
Dengan tatapan yang begitu dingin, Alvarro berkata, "Surat ini saya TOLAK!" Glek... Aresha menelan saliva-nya. Raut wajahnya tegang seketika. "Maksud Bapak? Ditolak?" gugup Aresha dengan ekspresi bingungnya. "Iya, pengunduran diri kamu saya tolak!" ulang Alvarro santai. "Tapi, Pak..." seru Aresha terbata-bata. "Segera siapkan meeting bersama klien dari perusahaan Zee Food untuk jam sepuluh pagi!" potong Alvarro santai. Dengan refleks, Aresha pun menjawab, "Baik, Pak!" "Ehh, kok jadi gini?" batin Aresha bingung. "Lalu, bagaimana dengan kondisi pasar di Lotte Super Mart?" lanjut Alvarro sambil membaca berkas di tangannya. "Saya sementara siapkan laporannya, Pak," jawab Aresha. "Tolong, ada apa dengan tubuhku ini? Ckk!" batin Aresha kesal yang tidak bisa menolak titah dari Alvarro. "Ok, segera laporkan ke saya pagi ini juga!" titah Alvarro. "Baik, Pak!" jawab Aresha dan segera keluar dari ruangan Alvarro menuju mejanya. Tubuhnya dengan refleks kembali bekerja. Kembali berkutat di depan komputer membuat laporan penjualan untuk diserahkan ke Alvarro. Rinng... ringg... ringgg Bunyi intercom Aresha berbunyi. "Iya, Pak?" (Aresha) "Aresha, geser meeting hari ini ke hari Rabu!" (Alvarro) "Baik, Pak, akan saya aturkan." (Aresha) "Hikss... ada apa ini? Bukan ini mauku!" batin Aresha bergejolak. Namun, mulai pagi sampai siang, Aresha berkutat dengan pekerjaannya tanpa rehat. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Waktu makan siang, namun masih ada berkas yang harus dia selesaikan. "Oh my Lord!" seru Aresha menepuk jidatnya. Bip bip bip... Notifikasi ponsel Aresha berbunyi. Dengan malas, dia mengambil ponselnya dari dalam laci meja. "Erza?" gumam Aresha membaca pop-up di layar ponselnya. Aresha membuka pesan singkat dari Erza. 'Kamu bercanda, kan sayang? Pikirkan baik-baik sebelum kamu mengundurkan diri. Mencari pekerjaan sekarang sangat sulit. Dan posisimu itu sangat bagus, kamu bekerja di perusahaan besar di kota ini. Pikirkan baik-baik, Aresha.' Aresha tertegun membaca pesan singkat dari sang kekasih. Dia merasa sangat kesal. Namun, ada pesan susulan lagi. 'Maaf kemarin aku lembur di kantor, jadi tidak melihat pesan yang kamu kirim, sayang... Love you.' Aresha yang tadinya kesal akhirnya kembali luluh dengan kata manis dari Erza. 'It's ok, sayang. Masalah pengunduran diri akan saya pikirkan. Miss you.' Balas Aresha, lalu menunggu balasan dari Erza, namun balasan pesannya tidak kunjung masuk. Aresha memutuskan pergi ke kantin untuk makan siang. Ketika Aresha hendak berdiri, ponselnya kembali berbunyi. Dengan cepat, Aresha membuka ponselnya. 'Bawakan makan siang.' (Presdir) "Huft!" hembusan napas Aresha setelah membaca pesan singkat dari presdirnya. Dengan langkah gontai dan pikiran yang kemana-mana, Aresha berjalan ke kafe yang letaknya tepat di sebelah perusahaan. "Areshaaa!" teriak seorang wanita dengan suara manja. "Lucy?" balas Aresha lemas. Lucy, yang merupakan salah satu teman baiknya di kantor, selalu setia menemaninya. Walaupun gayanya yang centil dan manja, Lucy selalu setia mendampingi Aresha di kantor. "Kok lemas gitu, beb?" seru Lucy sambil memeluk lengan Aresha. "Huft... gara-gara psikopat itu, aku nggak bisa mengundurkan diri!" ketus Aresha. "What?! Kamu mau resign?" kaget Lucy. "Iya... Aku mau resign dari kantor dan menikmati hari tua!" jawab Aresha asal. Entah kenapa, dia belum mau memberi tahu sahabat dan kekasih hatinya bahwa dia sekarang ini menjadi miliarder, hanya karena sebuah keberuntungan. "Gaya kamu selangit aja! Beruntung kamu bisa jadi sekretaris Pak Presdir yang super tampan dan menggoda itu!" ujar Lucy. "Ya udah, kamu aja yang gantiin aku, beb! Kamu mau?" seru Aresha kembali semangat, berharap sahabatnya itu mau menggantikan dirinya. "Serius? Mau banget dong! Kapan lagi bisa kerja bareng Co-gan Sempurna alias cowok ganteng seperti Pak Presdir!" jawab Lucy tidak kalah semangat. "Iya! Sempurna untuk di museumkan," batin Aresha. Tidak terasa mereka tiba di Café Zoe, tepat di seberang perusahaan. Café Zoe selalu ramai pengunjung karena letaknya yang strategis, tepat di tengah-tengah area perkantoran. Salah satu alasannya adalah karena Café Zoe memiliki owner yang tampan dan ramah. "Morning, Nona Aresha!" sapa pria tampan sambil memberikan senyuman lebarnya kepada Aresha. "Morning juga, Kak Vincent!" balas Aresha sambil membalas senyuman Vincent. "Ihh, Kak Vincent cuma nyapa Aresha aja. Gak lihat gitu ada yang manis dan cantik di sini?" ucap Lucy centil sambil memegang dagunya dengan kedua tangannya. Vincent memutar bola matanya dengan malas. "Hai, Lucy!" sambil tersenyum sekilas. "Hai juga, Kak Vincent!" balas Lucy dengan genit. "So, Nona Aresha mau pesan apa?" seru Vincent yang kembali ramah kepada Aresha. "Huum... Satu paket Bento yang nomor 2, dan satu paket Bento yang nomor 5 ya, Kak. Di bungkus pisah, ya, Kak!" jawab Aresha. "Siap, Nona cantik!" balas Vincent sambil mengedipkan mata. "Kalau aku salad aja, Kak Vincent! Soalnya aku lagi diet. Biar body nggak melar! Hehehe!" celutuk Lucy. "Ok!" jawab Vincent singkat. Setelah semua pesanan selesai, Aresha dan Lucy kembali ke kantor. "Bye, Aresha!" seru Lucy sambil melambaikan tangan. "Bye!" balas Aresha, tapi tidak bisa membalas lambaian tangan Lucy karena kedua tangannya penuh dengan Bento. Karena Aresha dan Lucy beda divisi, mereka selalu berpisah di lobi kantor sebelum Aresha naik ke lantai lima belas, lantai presdir FF Food. Lucy merupakan karyawan kontrak di bagian pemasaran. Karena rekomendasi Aresha, dirinya bisa masuk di perusahaan ini. Tok tok tok... "Permisi, Pak!" sapa Aresha sambil meletakkan makan siang Alvarro di atas meja. "Ok!" jawab Alvarro singkat. Aresha pun keluar untuk menikmati makan siangnya. Tidak terasa waktu berlalu. Sudah waktunya jam pulang kantor. Namun, Aresha belum bisa beranjak dari kursinya karena Alvarro masih berada di ruangannya. "Huft, lembur lagi!" gumam Aresha sambil terus mengetik laporannya. Ceklek... Suara pintu milik Alvarro berbunyi. Spontan, Aresha berdiri dan menunduk. Namun, Alvarro dengan santainya melewati Aresha. Alvarro menghentikan langkahnya dan menoleh. "Terima kasih untuk hari ini!" ujar Alvarro, kemudian berlalu meninggalkan Aresha. "Ehh?! Si Cuek bilang terima kasih...!!!" seru Aresha tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Aresha pun membersihkan meja dan mematikan laptopnya, bersiap-siap pulang. Tidak sampai lima belas menit, Aresha berjalan kaki dan tiba di kost-an tempat tinggalnya. Kost-an yang cukup nyaman untuk dirinya sendiri, dengan fasilitas ruang tidur, kamar mandi dalam, dan kitchen set mini. Dan yang paling disukai Aresha adalah kost-annya ini memiliki balkon kecil. Setelah membersihkan diri, Aresha berbaring di ranjangnya sambil menatap buku rekeningnya. "Hmm... total hadiah 2 Miliar, dipotong pajak sisa 1,8 Miliar..." gumam Aresha. "Baiklah...!! Aku akan membuat pekerjaan berantakan dan mencari masalah denganmu, Alvarro Osmond Cullen...!!!" teriak Aresha membara. "Waktunya pembalasan...!!" teriak Aresha penuh semangat. Namun tiba-tiba... Ting tong...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD