Chapter 3 - Mengharapkan Dukungan

1040 Words
"Waktunya pembalasan!" teriak Aresha penuh semangat. Namun tiba-tiba... Ting tong... Aresha berjalan ke arah pintu dan melihat di intercom siapa yang datang. "Erza?" gumam Aresha, kemudian membuka pintu. "Hai, sayang..." sapa Erza ketika Aresha membuka pintu. "Hai, sayang... ada apa ke sini?" tanya Aresha. "Salah ya kalau datang karena rindu?" balas Erza dan memeluk Aresha. "Hehehehe... nggak kok, sayang," balas Aresha. "Boleh masuk?" izin Erza. "Hmmm, kayaknya nggak bisa, sayang. Pasti ditegur sama yang punya kost. Tuh, lihat ada CCTV!" ujar Aresha sambil menunjuk ke arah CCTV di depan pintu. "Ck... aku lupa!" kesal Erza. "Hehehe... ya sudah, duduk di sini aja yuk," tawar Aresha, menyuruh kekasihnya duduk di kursi tamu yang ada di depan kamarnya. "Ok, sayang!" balas Erza. "Oh iya, kamu yakin mau mengundurkan diri dari perusahaan?" tanya Erza. "He-em... yakin, sayang!" jawab Aresha mantap. "Kenapa, yank? Padahal gaji kamu kan bagus banget di sini," seru Erza gelisah. "Iya, aku tahu... tapi aku mau mencoba buka usaha kecil-kecilan, yank!" balas Aresha, berharap sang kekasih memberikan dukungan atas keputusannya. "Dengan tabungan yang sekarang aku miliki, aku rasa cukup untuk membuka sebuah usaha. Lagi pula..." lanjut Aresha, ingin jujur tentang hadiah yang baru saja dia terima dan uang yang dia miliki saat ini. Namun, Erza langsung memotong ucapannya. "Apa kamu nggak waras, Aresha? Buka usaha itu butuh modal yang besar! Jangan sia-siakan waktu dan uang hanya untuk hal yang tidak berguna. Lebih baik uang itu kamu simpan untuk pernikahan kita nanti!" tukas Erza panjang lebar, membuat Aresha tertegun dengan ucapan kekasihnya itu. "Aku nggak waras?" tanya Aresha shock. "Iya! Dan berhenti dengan ide gila itu!" sarkas Erza. "Hal tidak berguna? Ide gila?" lanjut Aresha, yang merasa amarahnya sudah di ubun-ubun. Bagaimana tidak, orang yang dia pikir akan selalu mendukung apa pun keputusannya malah bilang dirinya tidak waras dan memiliki ide yang tidak berguna. "Hmmm... berpikirlah baik-baik sebelum mengambil keputusan!" seru Erza. "Jadi, investasi kripto yang selama ini aku tanam dengan saranmu? Dengan sejuta janji yang kamu bilang akan melipatgandakan hasil investasi yang kamu minta dariku? Semuanya sampai sekarang belum aku terima. Tapi terus saja kamu bilang masih butuh waktu! Sampai kapan?" cercah Aresha, tidak bisa lagi menahan amarahnya. Erza terkejut ketika Aresha membahas masalah uang investasi yang selama ini dia minta ke Aresha. "Kamu tenang saja, masalah uang investasi. Itu adalah tabungan kita untuk menikah!" kilah Erza. "Mana buktinya?" seru Aresha. "Aku tidak bawa laptop, harus dilihat di laptop!" Erza terus saja beralasan. "Kamu kan bisa buka m-banking kamu! Seperti biasa, kamu memaksa minta transfer untuk investasi!" seru Aresha. "Dana-nya belum aku pindahkan ke rekening! Kenapa kamu seperti ini sih? Apa kamu tidak percaya padaku?" ujar Erza dengan nada sedikit tinggi. Nafas Aresha menderu menahan amarahnya. "Lebih baik kamu pulang, Erza! Kepala ku sakit!" seru Aresha dan hendak berdiri. Namun, ditahan oleh Erza. "Ingat! Jangan berpikir untuk resign! Gaji dan tunjangan kamu sangat besar!" ujar Erza, yang membuat Aresha tambah kesal dan menghardik tangan Erza. Aresha membuka pintu kost-annya dan masuk ke dalam, meninggalkan Erza di luar. Aresha menghempaskan dirinya di kasur dengan perasaan kesal. "Ternyata dia hanya berpikir tentang uang dan uang!" geram Aresha, yang baru melihat topeng kekasihnya itu. Padahal selama ini sudah banyak kabar yang berhembus kalau Erza adalah seorang playboy mata duitan. Namun, selalu dia abaikan karena Erza selalu baik dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Aresha mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada sahabat kecilnya. 'Luna... besok temani aku ke Mall!' (Aresha) 'Siap, Nona Aresha ku sayang!' (Luna) Aresha ingin menyegarkan pikirannya dengan berbelanja dan memanjakan dirinya di salon. Kalut dengan pikirannya sendiri, membuat Aresha mengantuk hingga tertidur. Sedangkan Erza, yang baru saja meninggalkan kost-an Aresha, menghubungi seseorang. 'Kamu di mana, sayang?' (Erza) 'Aku lagi di kost-an, sayang.' (jawab seorang wanita) 'Baiklah, on the way, sayang.' (Erza) 'I'm waiting, sayang.' (jawab wanita di balik telepon dengan manja) Tidak sampai dua puluh menit, Erza tiba di sebuah kost-an yang bebas tanpa jam malam dan tanpa larangan kunjungan teman pria atau wanita. Erza menekan password kost-an mewah tersebut dan masuk ke dalam. "Hai sayanggg!" seru seorang wanita dengan manja, langsung berlari ke arah Erza dan bergelayut manja dengan pakaian tidurnya yang super tipis. "Hmmm, iya sayang," jawab Erza santai, tidak bersemangat. "Kamu tidak semangat, kenapa sayang?" "Ckk! Aku dari kost-an Aresha, ternyata dia benar-benar mau resign!" seru Erza kesal. Sambil menarik tangan Erza, wanita tersebut menyuruh Erza duduk di atas ranjang, kemudian duduk di pangkuan Erza. "Jadi gimana sayang? Kamu sudah melarang dia resign?" "Iya. Aku suruh dia berpikir. Semoga saja otaknya kembali waras!" sarkas Erza. "Hmm, semoga. Kalau dia sampai resign, kamu pasti kesulitan meminta uang darinya, dan aku pasti tidak bisa beli tas atau sepatu baru, sayang!" jawab wanita itu dengan manja. "Tenang saja sayang. Selama ini dia selalu mengikuti apa yang aku suruh!" jawab Erza penuh percaya diri. "Iya. Aku percaya sayangku," jawab wanita tersebut, lalu memeluk tubuh Erza dengan manja. "Sekarang beri aku hadiah, hmm?" gumam Erza di telinga wanitanya. "Tentu saja sayang..." Setelah berkata seperti itu, sang wanita langsung menurunkan pakaian tidurnya, memperlihatkan tubuh polosnya yang begitu putih dan menggoda. Tidak tahan, Erza pun langsung membuka pakaian dan celananya tanpa sisa, kemudian menarik tubuh polos wanita di depannya. Mereka pun langsung saling berciuman dengan begitu panasnya. Tangan mereka saling menyentuh area sensitif mereka. "Uhmm, Erza!" desah wanita tersebut ketika telunjuk Erza bermain di liangnya dengan begitu cepat. Kini mulut Erza turun ke gunung besar dan kenyal. Dengan lahap, ia menghisap bagian puncaknya dan memberikan sedikit gigitan lembut. Hingga wanita itu terus mendesah menikmati permainan mulut dan jemari Erza. "Tubuhmu sangat indah sayang!" gumam Erza, yang kemudian membaringkan tubuh wanitanya di atas ranjang. Membuat wanita tersebut bahagia mendengar pujian kekasihnya itu. Erza membuka lebar kaki wanitanya, kemudian mengarahkan miliknya yang sudah siap tancap untuk bermain di arenanya. "Aku mulai!" seru Erza, dan wanitanya tambah membuka lebar kedua kakinya agar Erza lebih leluasa. Dengan sekali hentakan, miliknya terbenam sempurna. Erza dengan kasar bergoyang. "Ah... ah..." desah mereka berdua yang terbuai dalam permainan panasnya. "Kamu lebih sayang siapa, Erza?" tanya wanita yang wajahnya begitu sayu akibat pergumulannya. "Uhmmm... tentu saja kamu, Lu... ummfttt!" Belum selesai Erza bicara, wanita tersebut langsung melumat bibir Erza dengan ganas. ~~ Wah wah wah... siapa nih? Erza selingkuh? Jangan lupa tap love dan masukkan ke daftar baca kalian ya sayang-sayang :*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD