Dentuman musik yang begitu kencang memekakkan telinga, membuat Hadi yang duduk di kursi salah satu ruang VIP di lantai dua memijat pelipisnya yang berdenyut.
Kalau saja ia tahu temannya mengadakan acara ulang tahun di sebuah klub malam tentunya Hadi akan langsung menolak.
Sungguh, semakin bertambah usia membuat Hadi tidak lagi menyukai tempat-tempat seperti ini. Tidak seperti saat ia masih remaja memang sering menghabiskan waktunya di klub malam sampai kemudian ia bertemu dengan Silvi dan menikah dengan wanita itu membuat Hadi merubah kehidupannya.
Dirinya yang biasanya hobi menghabiskan waktu mabuk-mabukan di klub malam berubah total ketika menjadikan Silvi sebagai istrinya. Hadi merubah semua hal buruk tentang dirinya dan ini kali pertama setelah ia menikah dengan Silvi selama 6 tahun terakhir mengunjungi klub malam yang memang tempatnya sangat berisik.
Bau asap rokok, alkohol, dan berbagai jenis aroma parfum menjadi satu dalam sebuah ruangan luas tempat di mana sudah banyak orang yang mencari kesenangan duniawi.
"Ayolah, Hadi. Kita sudah lama nggak menghabiskan waktu kayak gini. Sesekali memang kamu cari hiburan di luar rumah biar nggak suntuk."
Suara Rendra menggema di telinga Hadi yang langsung menggelengkan kepalanya sebagai respon.
Hadi benar-benar tidak nyaman kalau harus berada di ruangan seperti ini. Salah sendiri Rendra yang tidak mengatakan jika acara ulang tahun pria berusia 32 tahun itu akan diadakan di klub malam seperti ini.
"Kalau saya tahu kamu bawa saya ke sini, saya nggak akan datang." Pria itu mengangkat telapak tangannya memberi kode pada wanita yang ingin mendekat dan menolaknya secara halus. "Sebentar lagi saya akan pulang. Saya nggak betah lama-lama di sini."
"Kenapa cepat mau pulang? Udah nggak sabar pengen ngelonin istri baru?" Rendra tertawa menatap Hadi.
Sementara yang ditatap justru menampilkan ekspresi senang karena berhasil menggoda pria itu.
"Kamu jangan sering-sering menggoda Hadi, Ren. Nanti kalau dia ngambek bisa-bisa dana investasi di perusahaan kamu ditarik sama dia," ujar Hendra. Pria itu meneguk minuman di dalam gelas sambil melirik Hadi yang kini ekspresi wajahnya sudah berubah masam.
"Oh, jangan seperti itu, Di. Bisa bangkrut perusahaan aku kalau kamu tarik dana investasi kamu di perusahaan. Sebagai teman yang baik tentunya kamu harus memikirkan nasib temanmu ini yang selalu suka foya-foya."
Di kedua tangan sisi kiri dan kanan Rendra terdapat dua orang wanita yang berusaha untuk menyenangkan pria itu.
Begitu juga dengan Hendra yang saat ini sedang merangkul seorang perempuan cantik. Hanya Hadi yang tampak duduk dengan tenang di single sofa tidak memedulikan banyak wanita yang berusaha untuk memberi kode padanya.
Pria itu melihat pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 10.
Segera Hadi bangkit berdiri. "Saya mau pulang ke rumah. Kalian bersenang-senanglah di sini."
Tanpa menunggu respon dari Hendra dan juga Rendra, Hadi kemudian melenggang pergi meninggalkan ruangan yang masih dipenuhi dengan euforia kemeriahan ulang tahun Rendra.
Tak lama kemudian ia tiba di lantai dasar. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana sambil melangkah mencari pintu keluar.
Hadi yang sudah melihat pintu keluar spontan menghentikan langkahnya kemudian segera mundur untuk mempertajam penglihatannya.
"Apa saya salah lihat?" Pria itu bergumam pada dirinya sendiri kemudian segera mendekati meja bartender.
Kelopak mata pria itu melebar takjub ketika melihat sosok wanita yang menjadi istrinya kini sedang duduk menikmati musik sambil menggoyangkan kepala dan juga meliukkan tubuhnya di atas kursi. Bukan itu saja yang menjadi fokus Hadi melainkan cangkir sloki yang ada di depan Wanita itu sudah hampir habis pertanda jika Wanita itu sudah meminum alkoholnya.
Ekspresi wajah Hadi langsung mengeras total. Segera pria itu menepuk pundak Tiana, membuat si empunya menoleh dan membelalakkan matanya ketika melihat keberadaan Hadi di sini.
"Mas Hadi? Mas Hadi di sini juga? Duh, nggak sangka saya kalau Mas Hadi suka ke klub malam juga cari hiburan." Tiana tampak takjub menatap Hadi. Tidak menyangka Jika ia akan bertemu dengan pria yang berstatus sebagai suaminya itu di klub malam. "Mas mau cari perempuan atau mau cari hiburan biasa? Enggak sangka kalau ternyata Mas juga hobi cari hiburan di tempat kayak gini."
Tiana berdecak seraya menatap Hadi. Silvi bilang kalau suaminya sudah berubah dan menjadi pria yang baik. Pria baik mana yang datang ke klub malam seperti ini, pikir Tiana seraya berdecak.
"Kenapa kamu ada di sini, Tiana? Apa yang kamu lakukan?" Ekspresi wajah Hadi tampak mengeras. Apalagi saat ia melihat tampilan Tiana yang begitu panas dan seksi sehingga membuatnya harus fokus menatap wajah wanita ini.
"Saya? Tujuan orang datang ke klub malam tentu saja untuk cari hiburan. Memangnya mau apa lagi? Nggak mungkin kalau saya mau berobat ke sini." Tiana menyahut dengan santai pertanyaan Hadi tanpa terintimidasi sama sekali dengan ekspresi yang ditampilkan oleh pria ini.
"Sangat bagus kamu keluar malam dengan pakaian seperti ini. Kamu bahkan nggak izin ke saya sama sekali. Kamu kira bagus kelakuan kamu seperti ini?" Hadi menggeram marah menatap Tiana.
"Ya memang bagus. Setidaknya saya cari hiburan dan kesenangan saya sendiri."
Wanita itu masih tampak santai. Hadi yang sudah kepalang emosi segera menarik tangan wanita itu untuk berdiri. Emosinya semakin memuncak saat melihat banyak sekali mata-mata pria yang kini tertuju padanya. Hadi tentu saja tidak terima.
"Ikut saya pulang sekarang."
"Saya nggak mau. Saya belum ketemu inspirasi apapun!" Tiana berusaha untuk mempertahankan posisinya agar tetap duduk di kursi.
Seorang pria datang menghampiri mereka kemudian menepuk pundak Hadi.
"Kalau cewek ini nggak mau sama lo, jangan dipaksa, bro. Nggak kelihatan gentlemen sama sekali." Pria yang sejak tadi memperhatikan Tiana akhirnya melangkah mendekat berusaha untuk menjadi pahlawan bagi wanita yang dipaksa oleh seorang pria.
Hadi mengalihkan tatapannya pada pria tidak dikenal itu sambil tetap menggenggam pergelangan tangan Tiana.
"Nggak usah ikut campur urusan saya." Pria itu berkata dengan mata tajamnya.
"Oh? Nggak usah ikut campur urusan lo? Gue harus ikut campur karena gue nggak tega lihat ada cewek yang disakitin sama laki-laki nggak dikenal kayak lo."
Hadi yang mendengarnya langsung menarik keras Tiana hingga wanita itu berdiri kemudian segera merangkul pinggang wanita itu dengan tatapan tajam diarahkan pada pria tidak dikenalnya.
"Dia nggak kenal sama saya? Kamu salah. Dia jelas mengenal saya karena saya adalah suaminya."
Setelah melemparkan bom perkataan yang membuat pria itu membeku di tempat, Hadi langsung membawa paksa Tiana keluar dari klub malam diiringi oleh tatapan banyak orang yang terkejut dengan aksi ketiga orang yang menarik perhatian.
"Lepaskan saya!" Tiana berusaha untuk memberontak namun Hadi berhasil membawanya dan memanggulnya di atas pundak.
Sementara pemberontakan yang dilakukan oleh Tiana berakhir dengan sia-sia kala tubuhnya sudah dihempaskan di dalam mobil.