Part 16

1341 Words
"Non, ini jaket siapa? kata mas Carlo bukan jaketnya," tanya ART rumah Cassandra, Cassandra sedang memulaskan bedak tabur diwajahnya. Cassandra menoleh pada ART rumahnya dan melihat jaket itu, ia menepuk dahinya. "Astaga aku lupa," pekiknya, "letakkan di atas ranjang saja bik, makasih ya," ucap Cassandra melanjutkan kegiatannya memakai make up. Cassandra berpikir sejenak, kenapa ia bisa lupa mengembalikan jaket Kavindra yang menolongnya dari kebejatan Daniel. Cassandra bingung cara mengembalikannya, tidak mungkin tiba tiba ia datang ke ruangan Kavindra dan mengembalikannya, lewat setertarisnya juga tidak mungkin, apa kata sekertaris bosnya itu jika tiba tiba ia mengembalikan jaket bos mereka. Cassandra berdiri dan berjalan menuju ranjang, ia ambil jaket yang sudah dicuci artnya dan menatapnya, tiba tiba jantungnya bergejolak aneh, berebar tak menentu. "Astaga, ada apa ini? kenapa perasaan aneh ini datang lagi. Aku hanya menatap jaketnya, apalagi kalau menatap orangnya secara langsung. sadar Cassie, dia bos kamu, dia duda, dan kamu memiliki perasaan kepadanya? kamu sehat?" gumam Cassandra pada dirinya sendiri. Sejak kejadian di kamar hotel Kavindra di Melbourne, perasaan Cassandra tak menentu, bayangan wajah Kavindra beberapi kali berkelebat di pulupuk matanya dan itu sangat menyiksanya. Apa kata orang jika tahu ia menyukai bosnya yang duda, mereka akan berpikir apakah tidak ada pria lajang di Jakarta hingga ia menyukai duda. Cassandra duduk di ranjangnya, memikirkan kenapa ia memiliki rasa itu pada Kavindra. Cassandra kemudian memasukkan jaket Kavindra dalam paperbag lalu meraih tas tangannya dan turun menuju ruang makan, seperti biasa, mama dan papanya juga Carlo sudah berada di ruang makan. "Kamu bawa apa Case?" tanya Carlo melihat Cassandra membawa paperbag juga tas tangan. "Ini jaket bang," jawab Cassandra. "Oh jaket yang ditunjukkan bibi tadi pagi, jaket siapa memangnya? itu kan jaket pria." "Ini jaket orang yang menolong Cassie waktu kejadian Daniel, Cassie lupa megembalikannya." "Astaga, itu kan sudah cukup lama Case." "Iya bang, namanya juga lupa." "mengembalikannya sambil mengucapkan terima kasih Case," ucap papa Cassandra. "Iya pa, pasti." Cassandra mulai makan sarapan yang dihidangkan oleh ART di depannya, setelah makan Cassandra dan Carlo pamit menuju tempat aktivitas masing masing. ~~~ ~~~ Di ruangan dimana Cassandra bekerja, ia masih bingung cara mengembalikan jaket Kavindra yang mungkin saja bosnya itu sudah lupa pernah meminjamkan jaketnya tapi satu yang pasti Cassandra harus mengembalikannya. Cassandra mengambil ponsel dan menatapnya, ia memiliki nomor ponsel Kavindra, dan haruskah ia menghubunginya terlebih dahulu? tapi Cassandra bingung apa yang akan ia katakan nanti pada Kavindra. Cassandra mengurungkan niatnya dan akan meletakkan ponselnya tapi ia terkejut karena ponselnya berdering. Nama Ana tertera disana, "Ana? kenapa dia menghubungi aku?" gumam Cassandra. "Halo An, ada apa?" "Kak Cassie, bisa datang kesini?" "Kemana?" "IGD rumah sakit." "Apa? kamu kenapa?" "Aku pulang sekolah lebih awal jadi aku naik taksi, tapi taksinya kecelakaan jadi aku sekarang ada di IGD." "Astaga Ana, kenapa tidak menghubungi sopir kamu saja? atau papa kamu untuk menjemput." "Aku sudah menghubungi papa tapi sepertinya papa sedang meeting kak, bisa ya kak? aku takut papa marah." "Baiklah baiklah, aku kesana," jawab Cassandra kemudian mengakhiri sambungan teleponnya, ia bereskan mejanya dan melihat meja bu Alia masing kosong. "Via, Rini, nanti kalau bu Alia kembali dari meeting dengan pak Kavindra tolong beritahu kalau aku izin pulang lebih awal, adik aku kecelakaan," ucap Cassandra pada Via dan Rini, staf produksi yang satu ruangan dengannya. "Iya mbak Cassandra, nanti kami sampaikan," jawab Rini. "Oke, makasih." Cassandra bergegas keluar dari ruangan kepala divisi produksi yaitu bu Alia dan berjalan keluar melalui lobby kantornya, ia menuju area parkir dan segera menaiki mobilnya. Cassandra berpikir, kenapa ia begitu khawatir pada sosok Ana yang baru dua kali ia temui, Cassandra seperi memiliki ikatan kasih sayang dengan gadis itu. Apakah karena ia anak bungsu yang merasa punya adik saat bersama Ana, tak ia pungkiri jika tumbuh rasa sayang pada Ana dihatinya. ~~~ ~~~ Cassandra berjalan memasuki IGD rumah sakit yang sudah di share location oleh Ana, ia bertanya pada perawat tentang gadis korban kecelakaan dalam taksi, tak menunggu waktu lama Cassandra menemukan Ana sedang duduk di salah satu brankar IGD. "Kak Cassie..." "Ana... astaga... kamu baik baik saja kan?" tanya Cassandra khawatir karena melihat kepala Ana yang diperban dengan sedikit noda darah. "Tidak apa apa kak, aku hanya terbentur tadi." "Lain kali kalau pulang sekolah lebih awal jangan naik taksi ah, bahaya. Lebih baik telepon sopir, papa kamu atau telepon kak Cassie." Ana tersenyum senang, "benar aku boleh telepon kak Cassie?" "Boleh tapi jangan sering sering ya, kak Cassie kan bekerja nanti dimarahi bos kalau sering absen." Ana tergelak, "iya kak Cassie sayang," jawab Ana. Cassandra tersenyum mendengar panggilan Ana kepadanya, ia menunggu hingga perawat selesai menangani Ana. "Apa dia boleh langsung pulang sus?" tanya Cassandra. "Boleh, silahkan selesaikan administrasinya ya," jawab perawat tersebut. "Baiklah, terima kasih. Kak Cassie ke bagian adminstrasi dulu ya An." "Iya kan, thanks ya." Cassandra tersenyum dan berbalik meninggalkan Ana menuju bagian administrasi rumah sakit kemudian membayar biaya administrasi. Setelah itu Cassandra kembali ke IGD menemui Ana. "Ayo kak Cassie antar pulang," ajak Cassandra, Ana mengangguk dan turun dari brankar perlahan. "Bisa jalan sendiri?" tanya Cassandra pada Ana. "Bisa kak, luka kecil ini." "Jangan menyepelekan luka kecil An, tetap saja itu luka." Cassandra kemudian berjalan diikuti Ana menuju area parkir, mereka masuk dalam mobil dan tak menunggu waktu lama, mobil Cassandra sudah membelah jalanan menuju rumah Ana. Jam menunjukkan pukul satu siang, dan perut Cassandra sudah terasa lapar, ia berpikir akan membeli makanan setelah pulang dari rumah Ana. Mobil Cassandra berhenti di depan gerbang tinggi rumah Ana, Ana mendial nomor security rumahnya dan memintanya membuka gerbang. Beberapa saat kemudian gerbang terbuka dan mobil Cassandra melaju masuk dalam halaman rumah Ana yang luas, Cassandra memarkirkan mobilnya di sudut yang terlindung dari matahari dibawah pohon rindang yang ada di halaman rumah Ana. Cassandra dan Ana kemudian turun dari mobil, "Kak Cassie langsung pulang ya An," ucap Cassandra. "Kok pulang kak, ayo masuk dulu. kak Cassie makan siang disini saja sama aku, pasti kak Cassie belum lunch kan?" Cassandra tersenyum, "tahu aja kamu kalau kak Cassie lapar." "Tahu dong, kan tadi aku telepon kakak jam sebelas, belum waktunya makan siang, nah ini sudah jam satu lebih, ayo." Ana menarik tangan Cassandra masuk dalam rumah dan menuju ruang makan. Cassandra melihat interior rumah Ana cukup mewah dengan pilar pilar besar yang megah, juga hiasan lukisan dan guci antik. Cassandra tidak heran karena pemilik rumah di Menteng ini pasti pengusaha besar, Cassandra mengikuti langkah Ana masuk dalam ruang makan. "Bik... bibik..." Ana memanggil Art rumahnya, ia mengajak Cassandra duduk di ruang makan yang luas dengan meja panjang yang cukup untuk banyak orang. "Non Ana sudah pulang? bukannya biasanya pulang sore, astaga kepala non Ana kenapa dibalut?" "Ini tadi ada insiden kecil, oh ya tolong siapkan makan siang buat Ana dan kak Cassie." Cassandra menatap art rumah Ana dan tersenyum. "Baik Non, nona mau menu apa?" "Apa saja," jawab Ana. Art itu mengangguk dan masuk dalam dapur, tak lama bersama art lain menghidangkan makanan untuk Ana dan Cassandra. tak menunggu waktu lama, Ana dan Cassandra kemudian menikmati makan siang bersama. Ponsel Ana berdering tepat setelah mereka selesai makan siang, Ana segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tas sekolahnya. "Halo pa." "Ana sayang, ada apa? tadi menghubungi  papa? kamu tidak apa apa kan? maaf tadi hp papa silent ada meeting dengan kepala divisi." "Tadi Ana pulang lebih awal pa dan naik taksi tapi taksinya terlibat kecelakaan jadi Ana dibawa ke IGD." "Astaga Ana, di rumah sakit mana, biar papa kesana." "Tidak perlu pa, Ana sudah di rumah diantara kak Cassie, terpaksa Ana telepon kak Cassie dan minta dijemput di rumah sakit." "Kak Cassie? oh yang pernah Ana ceritakan itu." "Iya pa, ini diantar ke rumah sama kak Cassie, sekalian aku ajak makan siang." "Baiklah papa pulang sekarang." "Nggak us..." "Ish papa, udah ditutup aja teleponnya," gerutu Ana. "Papa kamu mau pulang?" "Iya kak, tadi saat Ana telepon papa sedang meeting." "Kelihatannya papa kamu sangat menyayangi kamu An." "Iya kak, walau sibuk dengan pekerjaan, papa selalu memprioritaskan Ana, seperti saat ini, saat Ana bilang Ana kecelakaan, papa segera pulang." "Kalau begitu kaka Cassie pulang ya." "Jangan kak, biar aku kenalkan dengan papa Ana." Lynagabrielangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD