"Aku serius, dan tidak pernah aku se serius ini," jawab Kavindra. 
Cassandra diam dan berpikir, semua diluar pikirannya, yang ia lihat  tadi dalam gedung betapa mesranya Kavindra dan Clara tapi kenapa  sekarang Kavindra malah mengatakan jika ia jatuh cinta pada dirinya. 
"Tapi Clara?" 
"Kenapa Clara?" 
"Kalian berhubungan kan?" 
"No..." 
"Tidak mungkin, kalian mesra sekali tadi," jawab Cassandra. 
"kamu cemburu bukan?" 
"What??" Cassandra mendelik mendengar ucapan Kavindra, "itu tidak  benar," jawab Cassandra mengalihkan pandangannya dari Kavindra, Kavindra  tersenyum dan melangkah lebih dekat pada Cassandra. 
"Aku tahu kamu cemburu, itu yang membuat aku berani menyatakan perasaanku kepadamu." 
"Apa?" 
"Aku ingin mengatakan ini saat kamu datang untuk Anna tempo hari tapi  sayang saat aku pulang kamu sudah tidak ada di rumahku, tapi sebelum  aku mengutarakan perasaanku aku mau tahu bagaimana perasaan kamu  kepadaku Cassie dan saat tahu rasa cemburu itu ada dimata kamu, aku  yakin untuk menyatakan perasaanku." 
"Pak Kavindra sengaja melakukan itu? mesra dengan Clara untuk membuat saya cemburu." 
"Iya, maaf," jawab Kavindra tersenyum, ia meraih tangan Cassandra dan menggenggamnya erat. 
"Aku tidak bisa membohongi perasaanku lagi, aku tidak mau mengingkari  jika memang perasaanku ini nyata kepadamu. bukan karena kamu pernah  memberikan darahmu padaku, bukan juga karena Anna sangat dekat denganmu  dan menyayangimu tapi ini pure perasaan yang timbul di hatiku." 
Cassandra menggeleng, "maaf... saya tidak bisa" jawab Cassandra  melepaskan genggaman Kavindra dan berbalik, ia berlari menuju mobilnya  dan segera pergi dari area parkir gedung dimana pesta wedding  anniversary pak Agung diselenggarakan. 
Kavindra menatap mobil Cassandra yang semakin menjauh dan hilang dari  pandangan matanya, hatinya sedih, saat ia bisa merasakan jatuh cinta  lagi, ia malah jatuh cinta pada seorang gadis muda, ia tahu semua itu  tidak mudah bagi Cassandra, jatuh cinta pada seorang duda yang usianya  terpaut jauh pastilah bukan impian seorang gadis seperti Cassandra.  Apalagi duda dengan seorang anak yang usianya sudah remaja, Kavindra  menghela nafas. 
Kavindra tidak menyesali apa yang telah ia katakan pada Cassandra,  justru ia lega karena ia sudah mengatakan apa yang ia rasakan, jika  Cassandra tidak bisa menerima cintanya baginya itu sangat wajar. 
~~~ 
~~~ 
Cassandra berganti ganti posisi tidur, sudah hampir tiga jam ia  mencoba tidur tapi ucapan Kavindra di area parkir terngiang di  telinganya hingga ia tidak bisa tidur. 
Jam di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan ia masih belum bisa terlelap tidur. 
"Apa dia benar-benar serius dengan ucapannya? tapi aku tidak bisa  melakukan itu, apa kata papa dan bang Carlo jika aku malah jatuh cinta  pada pesaing bisnisnya. Papa dan bang Carlo tidak akan setuju, apalagi  usia kami jauh berbeda," gumam Cassandra kemudian, ia menatap  langit-langit kamarnya. 
Cassandra tahu ini tidak akan mudah baginya, ia harus mengingkari  perasaannya sendiri tapi ia benar benar harus memikirkan perasaan  keluarganya. Cassandra sudah dewasa dan ia berhubungan dengan seseorang  bukan untuk main main, ia mencari pria yang akan menjadi calon suaminya  dan yang jelas itu bukan Kavindra. 
Mana mungkin ia berhubungan dengan pesaing bisnis papanya, ia yakin  papanya akan murka jika tahu perasaannya. Tapi disisi lain Cassandra  senang perasaannya berbalas, ia tidak bertepuk sebelah tangan. Cassandra  berharap ia bisa menghapus rasa itu dihatinya, dan karena ia jarang  bertemu Kavindra Cassandra yakin ia bisa melupakan rasa itu. 
Cassandra mulai mengantuk dan kemudian terlelap tidur. 
Keesokan harinya Cassandra bergegas karena tak ingin terlambat  seperti kemarin, ia tak ingin bu Alia tidak lagi menganggapnya pegawai  yang buruk karena sering terlambat. Untungnya walau ia tidur hanya  beberapa jam ia bangun pagi sekali setelahnya, bukan karena apa apa tapi  karena tidurnya tak nyenyak dan saat melihat jam dinding kamarnya sudah  menunjukkan jam lima pagi maka ia segera bangun dan mandi. 
Walau Cassandra sangat mengantuk tetap saja ia bisa datang pagi  seperti biasanya, ia sudah berkutat dengan laptop di depannya saat bu  Alia, Rini dan Via datang bersamaan. 
"Selamat pagi Cas..." 
"Pagi bu Alia." 
"Sepertinya dua minggu ke depan kita lebih mandiri." 
"Kenapa bu?" 
"Pak Kavindra sedang ada urusan ke London dua minggu, jadi kita harus bekerja dengan arahan beliau dari jarak jauh." 
Mendengar hal itu, Cassandra merasa sedikit lega, kesempatan bertemu  Kavindra secara tidak sengaja di lobby gedung kantor tidak akan terjadi  dalam dua minggu ini. Tapi entah kenapa perasaannya bukannya senang  malah ada yang terasa hilang saat mendengar Kavindra akan pergi ke  London. 
"Tapi tetap dapat arahan dari beliau kan bu?" tanya Rini. 
"Iya memang, tapi kalau jauh tidak maksimala jadi lebih ke inisiatif mandiri kepala divisi, kamu bantu saya ya Cas." 
"Baik bu." 
Bu Alia kemudian berjalan menuju mejanya begitu juga Rini dan Via, mereka semua tenggelam dalam tugas masing masing. 
Oooo---oooO  
"Case, mama dan papa, kedua orang ua Jenny, bang carlo dan Jenny akan  berlibur ke Barcelona, kamu ikut juga kan?" ucap Carlo saat mereka  sedang makan malam bersama. 
"Barcelona? kapan bang?" Cassandra menatap mama, papa dan Carlo bergantian." 
"Minggu ini, kamu bisa kan?" 
Ck... aku kan kerja di perusahaan orang bang, harus memalui proses  perizinan cuti, kenapa tidak bilang sih dari kemarin kemarin?" gerutu  Cassandra pada Carlo. 
"Orang rencana ini juga mendadak, kata papa mendekatkan dua calon keluarga." 
"Bang Carlo dan kak Jenny akan menikah?" 
"Ya bisa dibilang begitu sayang," ucap mama Cassandra. 
"Cassie tidak bisa Ma, pa kalau mendadak, bisa kena SP atau bisa juga dipecat nanti." 
"Kalau dipecat kan bisa kerja di perusahaan kita Case?" saran Carlo. 
"Namaku jelek dong di perusahaan, enggak enggak, Cassie tidak ikut," jawab Cassandra. 
"Yakin kamu Case? kita kan belum pernah ke Barcelona?" tanya Carlo. 
"Yakin bang, lain kali kita bisa kesana lagi kan? suatu saat nanti." 
"Dengan  calon suami kamu tentunya kan, biar lengkap," celetuk Marco membuat  Cassandra terbatuk batuk, otomatis ingatannya tertuju pada Kavindra. 
"Astaga Case, kenapa kamu malah memikirkan pria itu saat bang Carlo membahas calon suami. hentikan pikiran gila kamu," batin Cassandra merutuki dirinya sendiri. 
"Cassie mau ke kamar dulu ma, pa, bang Carlo." 
"Makanan kamu tidak kamu habiskan sayang? kamu tidak enak badan?" 
"Enggak ma, hanya tidak nafsu makan saja, Cassie tidak apa apa," jawab Cassandra kemudian berdiri dan meninggalkan ruang makan. 
"CAssie terlihat aneh belakangan ini," ucap mama Cassandra. 
"Mama benar, seperti ada yang menganggu pikirannya," jawab Carlo. 
"Mungkin masalah pekerjaan, kamu kan tahu adik kamu itu idealis anaknya, semua harus sempurna." 
"Sifat itu jelas menurun dari papa." 
"Tentu saja, Cassie kan anak papa ma." 
"Anak mama juga," ucap bu Sandra. 
"Hei... kenapa tidak ada yang memperebutkan Carlo?" tanya Carlo pura pura marah, "apakah aku tidak mirip kalian?" 
"Sensitif sekali kamu, seperti gadis yang menstruasi," ledek pak Arya membuat bu Sandra tergelak, Carlo pun juga ikut tertawa. 
Oooo---oooO 
Kavindra  keluar dari kamar mandi shirtless hanya memakai celana pendek saja, ia  berjalan menuju pintu balkon hotel dimana ia menginap di London. matanya  menatap jauh, lampu lampu kota London yang berkelap kelip tak mampu  menarik perhatiannya. Ia memikirkan penolakan Cassandra beberapa hari  lalu, Kavindra tak menyalahkan gadis itu, dirinya yang terlalu percaya  diri jika Cassandra akan menerima pernyataan cintanya saat ia tahu gadis  itu memiliki rasa cemburu kepada Clara. 
Kenapa perasaannya  menjadi sedih dan tidak bersemangat seperti ini, seperti ada yang hilang  dari dirinya. Kavindra sadar tidak semua cinta bisa berbalas walau ia  tahu seseorang itu juga memiliki perasaan yang sama, pasti Cassandra  memiliki pertimbangan sendiri dengan menolaknya walau ia lihat rasa itu  di mata Cassandra. 
"Bos... apa yang bos pikirkan? mbak Cassandra?" tanya Pak Agung yang sudah berdiri di sebelah Kavindra. 
"Hemmm...entah kenapa perasaanku hampa saat ini, tidak bersemangat." 
"Bos masih bisa mengejar cinta mbak Cassandra nanti, jangan putus asa." 
"Dia sudah menolak aku Gung," 
"Ditolak  sekali, bos masih bisa berusaha lagi, jangan menyerah bos. Wajar mbak  Cassandra terkejut dan menolak, karena hal ini bukan hal biasa bos.  Jatuh cinta pada seorang duda bukan hal yang mudah bagi seorang gadis  tapi bos harus membuktikan bos layak untuk mendapatkan hati dan cinta  mbak Cassandra." 
Kavindra menoleh pada pak Agung disebelahnya, "menurut kamu begitu?" 
"Tentu  saja bos, mbak Cassandra itu gadis yang spesial, apakah bos rela  melepas gadis seperti dia, mungkin bos harus berjuang lebih keras." 
"Aku rasa juga begitu, thanks ya Gung." 
"Sama sama bos." 
Lynagabrielangga.