Keesokannya, Dion mendatangi ruangan perawat. "Sus, jenazah putri saya ada dimana? Apa sudah dimakamkan?" tanya Dion. "Belum Tuan. Sekarang berada di ruang jenazah. Kalau Tuan ingin memakamkannya, Tuan bisa membawanya," jawab sang perawat. Setelah mengurus proses administrasinya. Dion akhirnya membawa jenazah putrinya ke makam keluarganya. Dia ingin memakamkan putrinya di samping makam papanya. Proses pemakaman Distya hanya dihadiri oleh Dion, dan juga sopirnya. Sejak dari rumah sakit hingga sampai pemakaman, air mata Zico tak berhenti mengalir. Sebelum, mereka memasukkannya ke liang lahat, Dion membuka penutup kepalanya. Tangisnya kembali pecah saat melihat wajah dan juga tubuh sanv putri membiru. "Maafkan Papa sayang," ucapnya. Dion pun memberikan jenazah putrinya ke penjaga makam.