“Papah!” seru seorang bocah perempuan bermanik mata biru. Langkah Hans terhenti. Ia sengaja mundur dan melongok ke arah sofa ruang keluarga selaku sumber suara. Tadi ia mendengar suara bungsu yang juga menjadi putri semata wayangnya. Benar saja, kesayangannya itu tersenyum semringah di sofa besar yang menghiasi ruang keluarga. Hanya saja, bocah berambut pirang bergelombang dan memiliki kulit seputih s**u itu tak sampai beranjak layaknya biasa. Sebuah kenyataan yang membuat Hans yakin, ada yang membuat dirinya kalah saing dan itu sungguh telah mengalihkan dunia Cello, anak perempuannya yang baru menginjak enam tahun. “Mamah kasih kamu hadiah baru, sampai-sampai, kamu enggak mau langsung peluk Papah?” ujar Hans sembari melepas jas hitam dari tubuhnya. Cello tersenyum semringah sambil mema