bc

Psychopath Boyfriend

book_age16+
134
FOLLOW
1K
READ
murder
possessive
sadistic
badboy
sweet
Girl Power Counterattack
Multi-professional Billionaire Writing Contest
Writing Challenge
like
intro-logo
Blurb

Ema Syaquila, seorang mahasiswi kedokteran harus menelan kenyataan pahit saat dirinya menjadi incaran pembunuh berantai Kevin Brave yang tak lain adalah teman kuliahnya sendiri.

Kevin yang awalnya hanya ingin membunuh Ema untuk kepuasan jiwanya semata, kini malah jatuh cinta dengan korbannya sendiri.

Hingga Kevin membawa Ema ke dalam kehidupannya, membuat Ema merasakan apa arti cinta yang sesungguhnya.

chap-preview
Free preview
Part 1
Pagi yang cerah di sebuah universitas ternama. Ema Syaquila menginjakkan kakinya di sana. Hari ini adalah hari pertama ia menjadi mahasiswi semester dua di fakultas kedokteran.   Ema berjalan menaiki tangga bersama Sarah, temannya. Belum saja Ema sampai di kelasnya, ia melihat para mahasiswi yang sedang berkumpul mengelilingi seorang pria. "Mereka sedang apa di sana?" kata Ema kepada Sarah. "Apalagi jika bukan meminta foto bersama Kevin." balas Sarah. "Kevin siapa maksudmu?" "Kevin Brave, apa kau lupa?" "Oh, mahasiswa kedokteran kelas sebelah itu?" tanya Ema dan dibalas anggukan oleh Sarah. Kevin Brave, adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sangat terkenal karena ketampanannya. Kevin tak pernah menolak setiap orang yang ingin berfoto denganya. Tak hanya itu, Kevin pun sangat ramah kepada para mahasiswa dan dosen. Gayanya yang cool memang menjadi idola bagi kaum hawa. Sarah mengangguk membenarkan, "Apa penyimpanan ponsel mereka tidak penuh ya, jika setiap hari selalu meminta foto dengan Kevin?" "Entahlah, mungkin mereka menyimpan sebagian fotonya di laptop." "Ah, Kevin memang selalu menggoda. Andaikan aku bisa menjadi pacarnya." "Kenapa kau menginginkannya?" "Dia tampan dan ramah sekali. Apa kau tak menyukai Kevin?" "Tidak. Aku hanya kagum dengan keramahannya." "Oh, ayolah Ema. Kevin tidak seburuk apa yang kau pikirkan." "Ya, terserah kau saja. Aku ingin masuk ke dalam kelas." ucap Ema lalu memasuki kelasnya bersama Sarah. *** Pelajaran kelas pertama sudah selesai. Tadinya Ema dan Sarah berniat untuk pergi ke kantin kampus. Tetapi seorang dosen memanggil mereka. Mereka mendapat tugas untuk membawakan buku-buku beliau ke kelas ekonomi yang berada di lantai tiga. Ema dan Sarah menaiki tangga dengan memeluk buku-buku tersebut. Mungkin karena beban yang berat dan tenaganya tidak sekuat Gatot Kaca, Ema tak sengaja menjatuhkan beberapa buku dosen ekonomi itu. Beberapa buku terlihat berjatuhan dan berserakan. "Ya Tuhan, kau harus lebih berhati-hati Ema." kata Sarah khawatir. Ia berusaha untuk membantu merapikan buku-buku yang terjatuh itu. "Iya, aku memang ceroboh." aku Ema. Sebuah tangan kekar membantu Ema merapikan buku-buku tersebut. Pria itu merunduk mensejajarkan tingginya dengan Ema. Baik, Ema dan Sarah sama-sama menoleh melihat siapa yang membantu mereka. Tak disangka seseorang tersebut adalah Kevin Brave, mahasiswa tampan yang tadi mereka bicarakan. Sarah tidak dapat menahan rasa terkejut juga senangnya. Suaranya terdengar lirih. "Oh my god. Apakah ini yang dinamakan rezeki?" "Terimakasih. Kau juga terlihat seperti rezeki untukku." balas Kevin sembari tersenyum hangat. Membuat Sarah menjadi ingin terbang ke langit yang tinggi. Berbeda dengan Sarah, Ema malah diam tak bereaksi apa-apa. "Hai salam kenal, namaku Kevin Brave. Kau?" Kevin mengulurkan tangannya kepada Ema. "Ema Syaquila." Ema menerima uluran tangan Kevin. "Nama yang bagus." puji Kevin. "Terimakasih." "Apa kau tak mau berkenalan denganku?" kini Sarah membuka suara. "Oh, maafkan aku sudah melupakanmu. Namaku Kevin Brave, kau?" "Sarah Fonda, mahasiswi kedokteran." "Nama yang indah.“ “Wah, apakah itu sebuah pujian?” “Tentu saja, Nona.” “Aku merasa tersanjung mendengarnya.” ucap Sarah tersipu malu.  “Kalau begitu aku pergi dulu ya." pamit Kevin. "Cepat sekali? Kau mau kemana?” tanya Sarah. “Ada sesuatu yang perlu aku urus. Aku pergi dulu, semoga harimu bahagia, nona-nona.” “Ah, baiklah. Terimakasih atas bantuanmu Kevin. Kau sangat baik!" ujar Sarah menatap kepergian Kevin. “Kau lihat sendiri kan, Ema? Kevin sangat mempesona—“ ujar Sarah kepada Ema tetapi tidak mendapatkan balasan. Sarah menoleh ke kanan, ia tak menemukan Ema. Ia mendongak ke atas. Ternyata Ema sudah lebih dulu berada di lantai tiga. "Kenapa kau meninggalkanku, Ema?" decak Sarah. "Kau terlalu lama berkenalan membuatku waktuku semakin terkuras!" "Maafkan aku. Aku akan menyusulmu!" Dengan sekuat tenaga, Sarah menaiki anak tangga mengejar ketertinggalannya dengan Ema. *** "Baiklah, kelas hari ini selesai. Kalian boleh pulang." ucap sang dosen. Ema membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Akhirnya, selesai juga kelas malam hari ini. Menjadi mahasiswi kedokteran memang harus menjaga kesehatan tubuh yang baik karena terkadang Ema mendapatkan jadwal kelas malam yang membuatnya kedinginan. "Ema, kau mau aku antar pulang?" ucap Sarah, temannya. "Aku jalan saja Sarah, lagipula apartemenku tidak jauh dari sini." tolak Ema halus. "Baiklah, kalau begitu aku duluan ya." "Iya, Sarah." Sejujurnya, Ema ingin mengiyakan ajakan Sarah. Namun ia merasa tidak enak jika setiap hari Sarah selalu mengantarkannya pulang. Ema berjalan pulang sendiri di tengah gelapnya malam. Dia memilih arah jalan yang berbeda dari biasanya. Ya, jalan pintas yang jarang ia lalui. Menurutnya jalan pintas ini lebih mempercepat Ema untuk sampai ke tempat tujuannya. Para penduduk di sekitarnya sudah tidak lagi melakukan aktivitas. Maklum, hari sudah hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Mata Ema menjelajah setiap sudut kota yang sepi itu. Ia memperhatikan satu persatu bangunan dan baliho. Hingga ketika, langkahnya terhenti saat melihat seseorang di kejauhan. Pria bertopeng putih yang terlihat tengah memasukkan seorang wanita ke dalam mobilnya. Tampaknya wanita itu pingsan karena tidak melakukan reaksi apapun kepada sang pria. Sadar akan kejahatan yang sedang mengintainya. Ema tak berani mendekat. Dia membalikkan tubuhnya dan berlari Ema takut, ia tak berani mendekat. Ia berniat untuk putar balik namun sayangnya pria itu sadar akan kehadirannya. Pria itu mendekatinya dan menghalangi jalannya. "Kau tak bisa lari dariku, Nona!" ucap pria tersebut. Dia mencengkeram tangan Ema dengan kuat. Suaranya teredam sedikit karena memakai topeng. "Lepaskan aku! Kalau tidak aku akan melaporkanmu ke polisi!" ancam Ema dengan suara yang serak karena gugup. Tetapi bukannya takut. Pria tersebut malah tertawa seolah ancaman Ema adalah gurauan semata. "Apa maksudmu tertawa seperti itu?! Aku akan berteriak meminta pertolongan!" "Teriak saja, teriaklah sesuka hatimu." pria itu malah menantang. Sebelum Ema berteriak keras, pria tersebut langsung membekap mulut Ema menggunakan sapu tangan yang sudah tertempel obat bius. Ema pingsan! Pria tersebut langsung memasukkan Ema ke dalam mobilnya. Ia terlihat sangat puas karena sebentar lagi akan membunuh korbannya. Membuat jiwanya semakin senang melihat orang lain menderita. *** Ema terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa pusing dan berat. Matanya membulat seketika saat melihat kedua tangannya diikat di sebuah kursi tempat ia duduk. Ema juga melihat berbagai organ-organ tubuh manusia yang terlihat terpisah dan ditaruh di toples yang berbeda-beda. Mulai dari potongan kepala manusia, potongan jari, lidah, hingga puluhan bola mata. Benar-benar sangat tak lazim untuk dilihat! Aroma di tempat ini juga tak sedap. Sedikit berbau amis dengan pemandangan yang tidak mengenakkan mata. Apakah semua ini adalah mimpi? Ema menggigit bibirnya dengan kuat, seolah tak percaya jika dirinya berada di tempat seperti ini. Ema berharap ini adalah mimpi. Namun sayang, alibinya salah besar. Bibirnya mengeluarkan cairan berwarna merah dan Ema menyaksikannya sendiri. Ternyata, ini semua nyata bukan alam bawah sadar manusia. Jantung Ema berdegup kencang, ia mulai mengingat apa yang terjadi kepada dirinya. Setelah berpikir keras, ia menyadari bahwa dirinya dibekap oleh seorang pria. Ema sudah dapat memastikan, pasti dirinya akan bernasib seperti organ-organ tubuh manusia di dalam toples tersebut. Oh, shit! Mengapa akhir hidupnya harus berakhir dengan tragis seperti ini?! "Sudah bangun, Nona?" suara bariton  pria menyambutnya. Ema menoleh dan melihat seorang pria bertopeng putih sedang berdiri diambang pintu memperhatikannya. Entah sejak kapan dia sudah berada di situ. "Siapa kau?!" Pria itu membuka topengnya. Ema membulatkan matanya terkejut seolah tak percaya dengan pria tersebut. Ya, pria itu adalah Kevin Brave, mahasiswa tampan yang sangat terkenal di kampusnya. "Kevin Brave?" ucap Ema terkejut. Next?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

The crazy handsome

read
465.4K
bc

The Seed of Love : Cherry

read
111.8K
bc

Love You My Secretary

read
242.9K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.8K
bc

Kamu Yang Minta (Dokter-CEO)

read
293.0K
bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook