1. Bertemu

1074 Words
Lisa terus berlari seperti apa yang dikatakan Ariana. Ia tak tau kemana arah ia berlari, yang ia tau ia sekarang ada di depan sebuah rumah yang cukup megah, dan berniat untuk mencari tempat berlindung untuk sementara. "Halo sayang akhirnya kamu datang padaku." ucap seorang pria tampan di depan pintu gerbang mengagetkan Lisa. "Siapa kamu?!" jerit Lisa yang tidak senang dipanggil sayang oleh orang yang belum dikenalnya. "Aku? Aku matemu namaku Steve Evans." ucap pria itu dan tiba-tiba warna matanya berubah menjadi warna merah. "Arghhh!!!" Lisa langsung menjerit dan berlari kabur meninggalkan rumah tadi. Steve berdecak kesal. Ia langsung mengejar Lisa dan membuat Lisa tidak sadarkan diri. "Merepotkan sekali, tapi aku tidak mungkin salah dia pasti adalah mateku." Steve membopong tubuh Lisa masuk ke dalam. "Siapa yang kau bawa?" ucap seorang wanita dengan dress mininya. "Dia mateku, jadi jangan berniat untuk menjadikannya santapanmu." balas Steve dengan nada menyindir. "Tenang saja, kecuali teman kencan satu malammu yang kamu bawa kesini." balas wanita itu telak, tapi tak langsung membungkam Steve. "Mana mungkin aku membawa mereka, padahal di sini aku sudah memiliki seorang mate." Steve kembali membuka suara dan berusaha membela diri. "Ya ya ya! What ever!" balas wanita itu sambil berlalu masuk ke dalam sebuah kamar. "Angel!" wanita itu berhenti melesat dan menoleh ke arah sang kakak, Steve. "Pinjamkan bajumu untuknya, tapi jangan baju kurang bahanmu itu ya!" Angel memutar bola matanya jengah. "Ini bukan baju kurang bahan! Tapi ini memang sedang trend di dunia manusia." balasnya tanpa mau mendengarkan ocehan-ocehan Steve lagi. 'Brak!' Seorang pria tiba-tiba menendang pintu dengan sangat keras. Angel keluar dari kamarnya dan memberikan baju miliknya untuk Lisa. "Aku yang akan lihat." cegah Steve menahan Angel untuk diam di sini. Steve melesat ke depan pintu dan melihat kakak sulungnya yang juga membawa manusia ke rumah mereka. "Dimana Angel?" tanya kakak sulung nya yang langsung to the point. "Dia ada di ruang keluarga." kakak sulungnya melesat sambil menggendong seorang gadis. "Arnold! Jangan!" teriak Angel saat Arnold kakak sulungnya akan membuka kaos gadis yang ia bawa. "Bajunya basah dan kotor, aku hanya ingin menggantinya apa itu salah?" ucapnya tanpa ada beban sedikitpun. "Kalian berdua bawa mereka masuk ke kamarku dan tunggu di ruang tamu." perintah Angel yang dihiraukan oleh sang kakak. "SEKARAAAANG!" teriaknya dengan menggunakan kekuatan spesial miliknya. Kedua kakaknya langsung melesat menjalani perintah adik toa mereka. Cukup lama Angel memperhatikan mate kedua kakaknya yang terlihat polos dengan pakaian babydoll yang ia pakaikan ke mereka. "Terlalu kebuka gak ya? Gak kali, lagian kalo pake kaos mana enak, orang lagi tidur kok." gumamnya langsung ke luar kamar. "Kalian mau kemana?" tanya Angel saat kedua kakaknya akan memasuki kamarnya. "Tentu saja menemui mereka." ucap Arnold dan Steve berbarengan. "Biarkan mereka beristirahat." ucap Angel dengan nada jengah. "Baiklah..." ucap Steve sedikit mengalah dan langsung duduk di sofa ruang keluarga. Arnold terdiam untuk sesaat, lalu kemudian ia tersadar. "Aku akan memberitahu yang lain." gumam Arnold dan langsung melesat meninggalkan keduanya. "Apa kamu sudah mengobati mereka?" tanya Steve sambil menuangkan darah ke dalam gelas kaca. "Belum, kupikir Arnold yang akan mengobati mereka." Steve mengangguk mengerti mendengar ucapan Angel. "Tunggu mereka sadar, baru diobati." ucap Steve dengan tampang yang datar. "Jika boleh aku ingin tinggal selamanya di dunia manusia dan berbaur dengan manusia, itu pun jika diijinkan." Angel menatap handphonenya yang berdering. "Pria gila? Siapa itu? Kenapa tidak diangkat?" tanya Steve karena ia tak bisa membaca pikiran adik bungsunya ini. "Biarkan saja." Angel mematikan handphonenya bahkan mencabut baterainya. "Ingat Angel, aku memang tidak pernah melarangmu untuk melakukan apapun, tapi setidaknya jangan tutupi masalah yang sedang kamu alami." ucapan tegas Steve membuat Angel terbungkam. *** Ariana pov Argh kenapa kepalaku sakit sekali! Dan dimana aku? Aku menoleh ke sebelah kiriku. Lisa? Itu Lisa kan? Aku mengguncang tubuh Lisa dengan perlahan. "Lisa.." bisikku tepat di telinganya. "Arghhhh!!!" Lisa langsung berteriak saat membuka matanya. "Hei! Ini aku Ana!" aku menampar pipinya dengan cukup keras. "Ugh! Apa-apaan kau ini! Kenapa kau menamparku?!" bisa tidak sih pelan sedikit suaranya? "Kenapa kita bisa ada di sini?" tanyaku sambil mengingat-ingat kejadian sebelumnya. "Aku tak bisa mengingatnya." ucapku mengatakan yang sejujurnya. "Seperti biasa, kamu sangat payah dalam mengingat kejadian atau seseorang. Namun, kamu malah selalu mengingat pelajaran yang ada." ucapnya sedikit menyindirku. "Sudah sadar?" aku dan Lisa menoleh ke arah pintu ruangan ini. Ternyata ada dua pria tampan berdiri di sana. Tunggu! Sepertinya aku mengingat salah satu pria itu. Aku mencoba berdiri dan Lisa pun ikut berdiri di sampingku. "Kamu!" aku menoleh ke arah Lisa. Dia kenapa? Kenapa refleknya lambat sekali? "Sebernarnya siapa kamu?!" teriak Lisa sambil nunjuk-nunjuk pria yang ada di hadapannya sekarang. "Tenang dulu oke." ucap pria yang di hadapanku, sepertinya aku mengenali pria ini tapi dimana ya? "Sekarang biar aku obati kalian, setelah itu kalian segeralah beristirahat. Baru besok kita akan menjelaskan semuanya." aku dan Lisa terdiam cukup lama. Pria di hadapanku menggiring kami berdua untuk duduk lagi di kasur. Pria di hadapanku menaruh tangannya di atas lukaku, lantas aku meringis kesakitan. "Kenapa bisa hilang dalam sekejap?" aku mengedipkan mataku berkali-kali, kebiasaanku ketika sedang terkejut. "It's a magic!" sahut pria di hadapan Lisa dengan semangat dan senyum miring. Aku melihat wajah Lisa yang menjadi pucat, dia ini kenapa sih? "Pasti kakimu terkilir kan, tunjukkan padaku." pria di hadapanku langsung jongkok dan aku pun mengarahkan kakiku yang terkilir di atas pahanya. Ia juga melakukan hal yang sama seperti lukaku sebelumnya, hasilnya pun kakiku jadi tak sakit lagi. "Apa kamu juga terluka?" tanyanya ketika sudah selesai denganku. "Tidak usah diobati, ini hanya luka kecil." Lisa sepertinya menyembunyikan sesuatu dariku, sedangkan pria di hadapannya juga menatap Lisa penuh selidik. "Baiklah kalau tidak ingin diobati terserah saja. Ayo Arnold! Kurasa mereka sudah menunggu kita di bawah." ucap pria yang tadi di hadapan Lisa lalu keluar begitu saja. "Kalian istirahatlah." pria yang dipanggil Arnod atau Ano entahlah aku lupa siapa namanya, pergi setelah membelai rambutku dengan lembut. "Ah Lisa pipiku panas banget!" teriakku karena baru merasakan hal ini pertama kali. "Kamu kenapa sih? Dari tadi diem aja udah kaya handphoneku yang jarang ada notif." Lisa masih gak bersuara juga. "Hey Lisa kamu kenapa sih?!" aku langsung memukul kepalanya dengan greget. "Ih apa sih Ana! Aku tuh lagi takut, cemas, bingung, pokoknya campur aduk deh!" duh kok aku gak ngerti sih. "Aku masih gak ngerti deh, bahkan aku masih belum inget kenapa aku bisa nyampe sini." ucapku sambil berusaha mengingat kejadian sebelum ini. Sekelebat bayangan kejadian tadi terlintas di otak cantikku, tunggu. Pria yang tadi mengobatiku, dia itu vampire.. To be continue..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD