“Sekalian saja pura-pura mati. Kalau cuman kesakitan begitu kurang meyakinkan jika sedang kritis. Lagipula mana ada orang sakit parah bisa teriak-teriak sambil berkata kotor. Gak malu apa sama malaikat pencabut nyawa,” cibir Dandi sembari memakan donat pemberian Lea. Terpaksa dia memakannya karena perutnya tiba-tiba lapar saat tengah malam. “Memangnya malaikat sudah datang?” tanya Dipta dengan polosnya. Adakalanya orang pintar bersikap bodoh juga. “Sudah sejak tadi, Mas. Tapi bingung mau cabut nyawa yang mana dulu. Soalnya dua-duanya terlalu berisik.” Mendengar obrolan dari kedua sahabatnya membuat Yoga mendengkus kesal. Pembahasan yang tidak bermutu seperti itu tak layak dibicarakan. Karena ada yang lebih penting dan harus segera mereka urus. Di luar rumah sakit telah berkumpul para a

