Aluna tak bisa tidur meski waktu semakin larut. Ia terus melihat ponselnya, berharap Kaivan menghubunginya. Sayangnya, meski matanya sampai kering dan berair karena terus memandangi ponselnya, tak ada panggilan atau setidaknya pesan apapun dari suaminya itu. Aluna menghela napas dan menyerah, meletakkan ponselnya dengan posisi tengkurap. Ia lalu menghadap langit ruangan dan tak bisa berhenti memikirkan Kaivan. Ia terus bertanya-tanya, apakah ini karena dirinya memarahi Kaivan kemarin? Aluna memejamkan mata sejenak kemudian mengubah posisi miring kanan membelakangi ponselnya, menatap bantal dan bagian kosong yang biasanya Kaivan tempati, menemaninya tidur setiap malamnya. Namun, malam ini ia tidur sendirian. Pagi harinya, Aluna mengerjapkan mata saat silau cahaya matahari menerpa waj

