Kumandang suara azan juga kecupan lembut di kening membuatku membuka mata. Suamiku tersenyum, wajahnya tampak segar dengan rambut basah dan ia terlihat menawan mengenakan koko putih senada dengan kopiahnya. "Sayang, bangun," katanya lembut. Aku menggeliatkan tubuh, mengulurkan tangan padanya dengan malas dan ia pun menariknya. Aku melingkarkan tangan ke lehernya dan memandangnya. "Mas udah salat?" tanyaku. Ia menggeleng. "Belum, ini mas mau ke masjid. Adik bangun, salat, lalu buatkan mas teh, ya? Sama goreng singkong juga, mas akan menghadiri sidang." "Memang ada singkongnya?" Aku memandangnya. Kapan belinya coba belum ke pasar juga. "Ada di dapur, mas cabut dari pekarangan belakang tadi begitu bangun. Sudah mas rebus dan bumbui, adik tinggal goreng saja," sahutnya, tatapannya tertuju

