Mamanya Rania menyiapkan obat pereda sakit perut untuk dia, Rania menelan pil tersebut dan kembali membaringkan badannya.
“Kenapa kamu bisa sakit perut Nak? Apa kamu makan pedas?” tanya Mamanya yang selalu mewanti-wanti agar Rania tak menyentuh makanan pedas, karna Rania tidak kuat dengan makanan pedas.
“Bukan Ma, tadi Rania salah minum.”
“Salah minum?” tanya Mamanya dengan mengerutkan kening.
“Iya Ma, tadi tu Rania lagi kerja jadi pemandu wisata, Mama tau, Rania bertemu dengan cowok sialan yang kemarin itu ngurung Rania di gudang penyimpanan barang, biar Rania beresin, kan kurang ajar banget kan Ma.” Curah Raysa.
“Lho, kok bisa dia kurung kamu? Apa dia mau macam-macam sama kamu?” tanya Mamanya tambah panik.
Rania menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal, “Ah kenapa harus cerita hal itu sama Mama, kalau jujur sama kejadian kemarin, kan jadi kelihatan akunya yang bodoh,” gumam Rania dalam hati.
“Anu Ma ....”
“Kenapa?” tanya Mamanya yang masih terlihat panik.
“Rania teriakin dia maling, padahal dia pemilik toko itu,” jawab Rania cengengesan.
Mamanya menghela napas dan berkata “Pantas saja dia mengurung kamu, kamunya asal main tuduh, Ya udah, kamu istirahat terus, Mama mau ke belakang, mau siapin makan malam untuk kita."
"Iya Ma."
...
Rania memejamkan matanya, tiba-tiba dia teringat dengan kata-kata Vino “Aku juga malas punya pemandu bodoh!”
“Ahh! ... sialan banget sih itu cowok, mentang-mentang lulusan luar negeri, bisa seenaknya saja ngatain orang lain bodoh!” Rania mencakar kuat jemarinya di bantal dan menonjoknya beberapa kali dengan kesal.
Dia membuka ponsel, dan mulai berselancar untuk mengakhiri kebodohannya seperti yang dituduhkan oleh Vino untuk dirinya.
Rania mulai mencari pencarian Masjid bersejarah di daerahnya, dia mangut-mangut dalam keseriusannya membaca. Setelah dirasa pengetahuannya sudah ada sedikit tentang masjid di daerahnya, dia memilih mencari pengetahuan tentang wisata yang menarik lainnya di daerah tersebut.
***
Keesokan hari Rania ada jadwal kuliah, dia berangkat kuliah dengan malas, perutnya masih saja tawuran di dalam karena tidak terima dengan tamu tak di undang kemarin, walaupun tidak separah kemarin.
Dia melangkah gontai memasuki ruang belajar.
“Eh, dengar-dengar dosennya gak bisa datang, tapi ada penggantinya.” Ucap salah satu teman kuliah Rania yang sedang duduk di kursi.
Rania tidak terlalu peduli dengan siapa yang mengajar, yang penting yang dia ajarkan bermanfaat dia akan menerimanya.
Sambil menunggu dosennya masuk, Rania membuka buku novel karya salah satu penulis terkenal di Indonesia, yang isinya bercerita tentang jalan cinta seorang mahasiswa di Eropa.
Rania asyik membaca dan menghayati tiap kata yang dia telaah dengan pikirannya, sehingga tidak sadar dosennya masuk.
“Masih sibuk membaca?” tanya Dosennya yang mendekat ke tempat duduk Rania, teman-teman Rania sudah mulai tertawa kecil melihat Rania yang sedang serius menatap bukunya.
Rania mendongak kepala ke atas, dia sangat kaget wajah lelaki nyebelin kemarin sekarang berada tepat di hadapannya.
“Kam-,” tunjuk Rania dengan suara yang langsung terhenti, dia segera sadar kalau dia sedang di kampus, Rania segera menurunkan telunjuknya yang terlepas dari kesadarannya.
Rania menatap Dosen penggantinya itu yang tak lain adalah Vino. Rania berpikir keras, “Bagaimana bisa dia menggantikan Dosen yang biasanya, sedangkan katanya dia baru lulus kuliah!”
Terlihat juga ekspresi Vino yang tak kalah terkejut melihat Rania, wanita yang dia kerjai kemarin sedang berada di dalam ruangan yang akan di pegang hari ini, dan lagi-lagi mereka bersitegang.
Vino tidak memperpanjang masalahnya dengan Rania, karna dia juga sadar, kalau mereka sedang di kampus, bukan di toko ataupun di laut.
Vino mengenalkan namanya terlebih dahulu kepada murid-muridnya. “Vino Anggara.” Itulah namanya, dia tidak menjelaskan detail pendidikannya, hanya nama dan langsung mengajar dengan baik di ruang kelas Rania.
“Saya kira untuk pelajaran hari ini sudah cukup, masih ada waktu 15 menit lagi sebelum keluar, bapak bebaskan kalian yang mau bertanya tentang apa saja, kalau bapak tahu, bapak akan jawab, kalau bapak tidak tahu, kalian cari tahu sendiri,” ucap Vino yang membuat muridnya tertawa, karna menurut mereka lucu, tapi tidak bagi Rania, dia malah mencibir kelakuan Vino.
Sebagian murid bertanya tentang pelajaran hari ini dan hari yang lalu, ada juga yang bertanya di luar topik seperti, “Bapak sudah menikah?” tanya seorang mahasiswi cantik berambut ikal yang otomatis, bernama Maisya, yang membuat kelas seketika heboh.
“Mau daftarin lu ya Maisya?”
“Mau ngajak kenalan lebih lanjut ya?”
Itulah sederet pertanyaan yang mereka lontarkan untuk teman perempuannya itu.
Rania yang melihat kegaduhan di dalam lokal hanya mencibir, dan kembali berkutat dengan novelnya.
Vino yang melihat Rania tanpa reaksi apa pun terhadap celoteh temannya terhadap Vino, membuat Vino penasaran bagaimana sebenarnya perempuan galak itu.
“Saya belum menikah, kalau ada yang mau mendaftar, datang saja ke rumah untuk daftar di orang tua saya.” Jawab Vino, membuat mahasiswi yang lainnya berteriak heboh, antara senang ada kesempatan atau karna itu sebuah candaan.
Rania yang mendengar jawaban Vino langsung menaikkan bibirnya 2 cm ke atas sambil menggidikkan bahu, serasa bulu kuduknya di jambak hantu ngesot mendengar ucapan Vino.
“Laki-laki buaya.” cibir Rania dan kembali membaca buku.
Vino melirik sekilas ke arah Rania, masih tak ada senyuman di wajah perempuan yang dia sebut bodoh kemarin.
“Ah ... apa peduli aku sama responsnya senang atau tidak belajar denganku, yang penting aku sudah memberikan pelajaran dengan baik," batin Vino mencoba cuek.
Jam kuliah telah berakhir, Vino keluar dari ruangan.
“Ihhh ... ganteng banget pak Vino, pangling aku," ucap Lala.
“Bukan lu saja, aku juga pangling tau!” jawab Irma
“Eh ... sudah sudah! Kalau kalian juga suka sama pak Vino aku mau kita bersaing secara sehat.” Sahut Maisya yang tadi bertanya pak Vino sudah menikah atau belum.
“Oke,” jawab temannya serentak, membuat Rania menggeleng-geleng kepala melihat tingkah mereka.
“Kalian tidak tahu bagaimana sebenarnya lelaki yang sedang kalian ributin, itulah gunanya jangan banyak kemakan halu sama muka saja, muka iya baik, tapi kelakuan belum tentu! Ingat itu Rania ya, jangan sampai bodoh juga masalah jatuh cinta!” ucap Rania pada dirinya sendiri.
***
Di korisor kampus, Rania sedang duduk sendirian, tiba-tiba Rosa datang menghampiri Rania.
“Eh, besok lu kerja kan?” tanyanya.
“Ya kerja kalau akunya sehat.”
“Memangnya kamu sakit? Kenapa?" tanya Rosa sambil memperhatikan Rania.
“Iya, Cuma mules kemarin, gara-gara di suruh paksa minum sama lelaki sableng.” Ujar Rania.
Tiba-tiba Vino melewati tempat Rania dan Rosa duduk. Dia segera menutup mulutnya rapat-rapat dengan salah satu tangannya.
Rosa yang melihat hal itu jadi tertawa.
"Jadi kamu suka juga sama Dosen keren itu?" tanya Rosa yang salah sangka terhadap reaksi Rania, dia pikir Rania menutup mulutnya karna kagum sama ketampanan Vino.
"Apa? aku suka sama Dosen killer seperti itu?" setengah kaget Rania bertanya balik pada Rosa.
Bersambung ...