5

1173 Words
Rosa tertawa mendengar Rania berkata dosen killer untuk pak Vino. Vino berlalu di hadapan Rania dan Rosa tanpa mempedulikan mereka yang sedang mengobrol. “Syukurlah, akhirnya dia pergi juga,” ujar Rania dengan lega. “Emangnya kenapa sih? emang kamu ada masalah sama Pak Vino?” tanya Rosa yang begitu penasaran. “Udah ... nggak ada apa-apa, yuk kita pulang!” ajak Rania pada Rosa. "Aku pikir kamu juga suka sama Pak Vino," ledeknya. "Hidih, amit-amit jabang bayi!" jawab Rania menggidik bahunya, membuat Rosa tertawa. Mereka Langsung pulang menggunakan motor Rosa. Sesampainya di rumah Rania, Rosa bertanya “Berarti kamu besok bekerja jadi pemandu lagi kan?” tanya Rosa. “Iya, Memangnya kenapa?” tanya Rania. “Tidak, aku hanya mastiin saja, aku pulang dulu ya, sampai jumpa di tempat kerja," ucap Rosa melambaikan tangan kirinya. Rania tersenyum menanggapi keceriaan temannya yang itu, dia pun membalas lambaian tangannya Rosa. Mereka akhirnya melanjutkan tujuannya masing-masing, Rosa lanjut pulang ke rumahnya. ... Keesokan harinya Rania langsung menuju tempatnya bekerja, Rosa mengabari Rania tadi subuh, kalau dia tidak bisa menjemput Rania, karna ada keperluan mendadak bersama Mamanya. Sesampainya di tempat kerja, Raniaa langsung dipanggil oleh asistennya Bos. “Rania, kamu disuruh masuk ke ruangan Pak Wibowo," ucap asistennya. “Ada apa Mbak?” tanya Rania yang tidak enak hati. “Sudah kamu masuk aja sana," jawabnya. Rania Melangkah masuk ke ruangan Pak Wibowo, setelah mengetuk pintu, akhirnya pak Wibowo menyuruh Rania masuk untuk duduk di kursi yang ada dihadapannya. “Jadi begini Rania, kamu kan baru kemarin bekerja sebagai pemandu wisata, tetapi di hari pertama kamu kerja kamu langsung membuat wisatawan tidak nyaman dengan kelakuan kamu,” ucap pak Wibowo. “Maksudnya pak?” tanya Rania lagi. “Kamu tidak usah pura-pura lugu dan tidak usah pura-pura bodoh, kemarin kamu hanya setengah hari kan bekerja? Setelah itu kamu langsung pulang dan mereka juga bilang kalau pengetahuan kamu tentang tempat wisata sangat sangat minim, jadi dengan teramat sangat bapak harus mengambil keputusan tengah untuk menyelesaikan masalah ini, karena saya tidak mau bisnis saya hancur hanya karena ketidak mumpuni nya pegawai saya dalam bekerja,” jawab Pak Wibowo. hati Rania bagaikan diiris Sembilu mendengar perkataan Pak Wibowo, dia kembali teringat apa yang sebenarnya telah terjadi kemarin hari, sehingga dia tidak bisa bekerja full, tapi sepertinya akan sia-sia saja jika dia menjelaskan kan apa yang terjadi kemarin, ini semua gara-gara ulahnya si lelaki b******k itu! Kalau dia tidak melaporkan hal kemarin kepada Pak Wibowo, mungkin pak Wibowo tidak akan sekecewa ini sama dia dan mungkin saja dia masih ada kesempatan bekerja untuk kedua kalinya dari Pak Wibowo. “Kamu mengerti kan maksud saya?”tanya Pak Wibowo kembali pada Rania. “Mengerti Pak, kalau begitu saya pamit dulu, saya minta maaf sudah membuat kecewa bapak di hari pertama saya kerja,” jawab Rania. Rania dengan cepat melangkah keluar dari ruangan Pak Wibowo, dia mengepal tangan dengan kuat mengingat Vino setega itu melaporkan dia pada bosnya, Rania langsung keluar dari gedung kantor dengan wajah marah. “Mau ke mana lu?” tanya Rosa yang kebetulan berpapasan di hadapan Rania. “Aku mau pulang," jawab Rania dengan lesu. “Lho kok mau pulang, enggak kerja?” tanya Rosa lagi. “Tidak,” Jawab Rania singkat. “Kenapa lu, lu masih sakit?” tanya Rosa. “Tidak.” Jawab Rania lagi yang membuat Rosa kebingungan dengan jawaban singkat Rania. “Eh lu kenapa sih emangnya, ada masalah apa? Cerita dong sama gua.” tanya Rosa. “Gua dipecat sama Pak Wibowo,” jawab Rania dengan suara serak yang hampir menangis. “Lho kok bisa dipecat?” tanya Rosa. “Itu gara-gara lelaki Sableng ngelaporin gua sama Pak Wibowo cuman gara-gara gua sakit perut dan tidak bisa menemani pemandu sampai sore dan dia juga bilang kalau aku ini bodoh tidak tahu sejarah apa pun tentang tempat wisata, kan kurang ajar itu cowok!” jawab Rania dengan berapi-api kemarahannya. “Sabar.” Hanya itu yang bisa diucap Rosa menatap temannya yang sangat emosi. “Ya sudah aku mau kerja dulu ya,” lanjut Rosa lagi dengan berat hati. “Iya selamat bekerja ya, hati-hati bekerja jangan sampai Seperti aku yang dipecat tanpa alasan yang konkret,” gerutu Rania gemas. “Amin doain ya,” jawabnya. “Ya pasti aku doain untuk teman terbaik aku,” ucap Rania lagi, mereka berpelukan sesaat dan langsung membubarkan diri menuju tujuannya masing-masing. *** Rania keluar dan langsung menuju toko yang waktu itu dia pernah bertemu dengan Vino, katanya sih itu toko dia, tapi antahlah, Rania tidak peduli, yang penting dia bertemu dengan lelaki itu! Kebetulan Vino sedang ada di sana, sedang bermain game di ponsel dia. “Dasar lelaki kurang etika!” Rania menggebrak meja yang diduduki oleh Vino, membuat Vino kaget, ponselnya sampai terlepas dari tangannya, tapi cepat-cepat di tangkapnya kembali membuat ponselnya itu masih selamat. “Eh cewek gila, maksud Lu apa tiba-tiba datang menggebrak meja hah?!” hardik Vino yang geram melihat tingkah Rania. “Loe yang gila, gara-gara Lu, gua hilang pekerjaan, memang Lu manusia tidak punya hati!” caci Rania dengan emosi yang meluap-luap. "Eh hati-hati Lu kalau ngomong, Lu belum tau gua siapa?! jangan nuduh sembarangan jadi orang!" "Tau gua, tau banget malah, manusia songong sejagat raya, yang ngerasa dirinya paling pintar, ngerasa dirinya paling benar, bisa se enaknya saja ngehancurin mimpi orang! gak punya etika loe!" caci Rania yang masih sangat marah. "Maksud loe apa gua ngehancurin mimpi loe hah?!" tanya Vino dengan telinga memanas. Vino yang sangat jarang memakai panggilan lu gua akhirnya jadi ikutan memakai panggilan kurang sopan tersebut karna emosi. Pegawai yang bekerja di sana mulai melihat perdebatan mereka berdua, tapi mereka takut untuk melerai, ada juga beberapa pelanggan yang melihatnya, tapi mereka langsung pergi di suruh sama pegawai, karna mereka tidak mau ada banyak mata yang melihat keributan tersebut, bisa-bisa citra anak pemilik toko turun. "Hallah, gak usah pura-pura gak tau, jadi laki mulutnya kok lemes banget, cuma Lu kemarin yang bilang gua bodoh, serasa Lu paling pintar aja sejagat ini! gara-gara omongan lu gua hilang pekerjaan!" "Memang kan kenyataannya Lu itu bodoh, tapi sok-sokan kerja jadi pemandu, pakai acara sakit perut segala, bilang saja lu gak bisa jelasin apa-apa, makanya lu takut waktu gua ngajak lu cari destinasi Mesjid!" Hina Vino. "Percuma ngomong sama lulusan luar negeri yang tidak punya attitude!" Rania membalas lebih sengit. "Ya udah pergi sana! sekarang Lu hilang pekerjaan, besok loe akan di hilangkan dari kampus!" Plak! ... sebuah tamparan keras mendarat di pipi Vino. "Anjirr! maksud Lu apaan nampar gua hah?!" Vino makin tersulut emosi, dia mencengkeram kuat lengan Rania yang menampar dia. Pegawainya yang antusias melihat pertengkaran mereka mulai melerai mereka. Mereka sama-sama memegang Vino dan Rania. "Jangan sementang-mentang Lu kaya, Lu bisa seenaknya ngelakuin apa saja! gua berjuang mati-matian demi impian gua! tapi gara-gara Lu, gua harus kehilangan pekerjaan gua! tau loe?!" teriak Rania dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Rania melepaskan badannya dari cengkeraman pegawai toko, dan berlari keluar dari toko Vino dengan menangis sesenggukan. Bersambung ... Note : Silakan di tap love, biar aku makin semangat updatenya. ^_^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD