9

1010 Words
Rania telah memilih sebuah kalimat indah untuk meminta maaf pada Vino. Begitu pulang kuliah, Rania langsung mendatangi toko Pak Vino lagi sambil membawa gorengan yang dia beli di Restoran terkenal, guna mengambil hati dosennya itu. “Permisi.” Ucap Rania. “Eh mbak, Mbak ke sini mau buat keributan lagi ya? Kalau mau buat ribut mending keluar saja,” ucap salah satu pegawai toko Vino sambil mendorang keluar tubuh Rania, lalu menutup pintu toko. “Eh Mbak, eh mbak, wah ... gak pemiliknya, gak pegawainya, benar-benar sama dah, sama-sama gak punya etika, hu ...,” Rania melongos kesal. “Gimana caranya aku minta maaf kalau kayak gini? Masak aku harus minta maaf di kampus! Gak gak gak, loe Rania pasti bisa ketemu sama tu lakik di sini!” Rania memantapkan tekadnya untuk menunggu Vino keluar. Sudah hampir setengah hari Rania menunggu di toko tersebut, tapi Vino belum juga tampak. “Haduh ... mana perutku sudah lapar banget lagi, apa ini aku makan saja ya? Udah ah makan saja, dari pada kelaparan! Nanti minta maafnya pakek kata-kata yang baik saja,” Rania membuka kotak gorengan dan mulai memasukkan satu persatu ke dalam mulutnya. “Heum ... lezat banget! Kalau bukan untuk minta maaf, mana mau aku buang-buang uang untuk beli ini yang harganya dua kali jajanku!” ucap Rania sambil terus memasukkan gorengan potato ke mulut. Tit tiiiitttttttt ... Suara panjang klakson mobil di belakang Rania, terdengar memekakkan telinga Rania. “Woi, udahan dong klaksonnya!” teriak Rania sambil menutup telinganya, tapi suara Klakson itu belum berhenti juga. Rania langsung mendatangi mobil tersebut dan mengedor kaca pintu mobil. “Mbak mbak mbak! Udahin dong klaksonnya, sakit ini telinga saya dengarnya!” “Ada apa ya?” tanya seseorang sambil menurunkan kaca mobilnya. “Vino!” Rania terperanjat ketika kaca pintu mobil terbuka. “Iya, saya dosen kamu, Pak Vino, ada apa?” “Hehe ... tidak ada Pak, maaf saya salah, saya Cuma mau mastiin apa pemilik mobil ini baik-baik saja, karna membunyikan klaksonnya lama sekali.” Ucap Rania sambil memasang senyum. “Maksud kamu apa saya baik-baik saja apa? Apa kamu pikir saya gila?!” “Tidak pak tidak! Haduh ... kenapa bawanya ke gila.” Rania menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Saya Cuma mau mastiin kenapa bunyi klaksonnya sangat lama, hehe,” “Kamu gak lihat, itu di sana ada kucing,” ucap Vino sambil menunjuk ke arah depan, seekor kucing yang sedang menikmati tidur sorenya dengan santai, mungkin kucing tersebut pekak kali ya, bunyi klakson segede itu, dia masih bisa tidur nyenyak. “Oh iya Pak, maaf saya tidak lihat, hehe, kalau begitu saya pindahkan kucing itu sekarang ya,” ucap Rania yang berlari ke arah kucing untuk memindahkannya. “Sini mpus cantik, kita bobok di tempat lain saja ya.” Rania berkata sambil mencoba mengangkat tubuh si kucing. “Meowwww!!! Kucing itu mengerang kuat, berlari dengan cepat sambil meninggalkan satu cakaran yang tidak terlalu dalam. “Aduh ...,” Rania merintih perih. Tit tit ... Vino kembali membunyikan klaksonnya, Rania mundur beberapa langkah agar mobil Vino bisa parkir di sana. Setelah memarkirkan mobil, Vino keluar dari mobil dan langsung pergi menuju toko. “Eh Pak pak pak ....” panggil Rania dari belakang sambil mengejar Vino. “Eh pak saya minta maaf,” ucap Rania yang berhasil menghentikan langkah Vino dengan menarik lengan baju Vino. “Ada apa ya?” tanya Vino sambil menarik lengannya agar terlepas dari genggaman jari Rania. “Karna saya telah salah menuduh anda, dengan segala kehormatan saya, saya benar-benar minta maaf dengan sedalam-dalamnya kepada pak Nevan.” Ucap Rania dengan sungguh-sungguh, sambil sedikit memejamkan matanya dengan kepala menunduk. “Lihat!” Rania membuka matanya perlahan dan aduh! “Maaf banget Pak, saya benar-benar tidak sengaja.” Ucap Rania sambil membersihkan lengan jas Vino yang tercap jari Rania dengan minyak. Rania terus menghapus minyak tersebut agar hilang dari baju Vino, tapi sepertinya sia-sia. “Maaf banget pak, maaf banget, haduh, niatnya mau minta maaf, kok malah nambah-nambahi masalah,” gumam Rania yang masih sibuk membersihkan lengan baju Vino. “Sudah!” ucap Vino. “Hah sudah? Ini tapi masih kotor.” “Sekeras apapun usaha kamu untuk membersihkannya, tak akan bersih kalau tidak punya ilmu cara membersihkannya!” “Maksud loe apa? Gua bodoh gitu?” “Saya dosen kamu!” Vino menegaskan pada Rania. “Maaf ... maaf Pak, saya tidak bermaksud bicara kasar.” Ucap Rania dengan menunduk, begitu dia membuka mata, kosong! Vinonya sudah tidak ada di depan Rania. “Pak Vino, bapak di mana?” Rania celingak-celinguk mencari Vino sekelilingnya. “Selamat sore pak.” “Selamat sore juga.” Terdengar suara obrolan dari dalam toko. “Sudah masuk ke dalam toko? Gimana caranya dia jalan ya?” tanya Rania pada dirinya sendiri. “Ah, kan jadi gagal gua minta maaf.” Ucap Rania sambil menggigit pinggir kotak gorengan yang tadi, dan melemparnya di sana. “Eh Mbak, jadi cewek jangan jorok bangetlah, jangan buang sampah sembarangan, karna sampah Anda membuat semua orang dalam bencana,” ucap salah satu pengunjung yang baru keluar dari dalam toko dan langsung berlalu begitu saja. “Buset dah, kemaruk banget itu orang, eh! ... loe pikir Cuma gua saja yang buang sampah sembarangan di dunia ini hah?” ucap Rania, yang setelah mengucapkan kalimat tersebut dia malah geli sendiri mendengarnya. “Gua baru kali ini buang sampah sembarangan, jadi gua tidak sama, sama mereka yang buang sampah sembarangan.” Gumam Rania dengan merendahkan suara sambil memungut kembali sampah itu. “Rajin amat Mbak, ini sekalian tolong buang ke tong sampah ya.” Ucap lelaki tua yang melewati Rania. “Eh pak ... eh pak ... saya ini bukan petugas kebersihan lho pak!” teriak Rania memanggil bapak itu, tapi percuma, bapak itu sudah pergi jauh dari hadapan Rania. “Nyebelin amat di sini ya, apa ini memang tempat nyebelin ya? Semua orang sama saja, nyebelin!” Rania menghentakkan tas punggungnya dan beranjak pergi dengan cepat dari tempat itu, dia takut, kalau ada banyak hal nyebelin lainnya nanti yang menghampiri dia. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD