2

2031 Words
       Panas matahari siang begitu menyengat. Namun dengan semangat Raffa terus melempar bola basket nya ke dalam ring. Ini lah salah satu kebiasaan nya bila sedang boring di kelas nungguin guru ngoceh. Keringat nya sudah mulai bercucuran di wajah tampan nya membuat nya semkin terlihat ganteng-ganteng gimana gitu. Setelah puas, ia segera menuju kantin untuk membeli minum. Ia memesan jus jambu tanpa gula kesukaan nya, setelah itu duduk di bangku paling pojok. Belum ada 5 menit ia duduk salah satu koleksi cewek nya sudah menghampiri nya dan bergelendot manja di lengan nya. "Abis ngapain sih kamu Raf?." Tanya Mona dengan nada yang di buat-buat. Bisa di bilang dia ini ketua asosiasi para cabe goceng serebu dapet sekilo, yang lagi marak di kalangan remaja alias Kids Jaman Now! Tapi, udah beda cerita lagi kalau cabe nya para orang tua yang lagi naik-naik nya sekilo bisa nyampek seratus ribu. "Basket." Jawab nya malas menanggapi. "Pasti kamu capek aku pijitin ya." Tawar Mona. "Apaan sih lo jijik gue!" Bentaknya kesal karena dengan lancang Mona memijat pundak nya. "Ihh sayang aku kan cuma mau mijtin pacar aku emang nggak boleh?" Ucapnya manja. "Siapa pacar lo? Gue? Sorry nggak level sama cabe! Hushh sono!" Usir Raffa. "Apa yang kamu lakukan ke aku itu, JAHAT RAF!!" Ucap Mona setelah itu pergi meninggalkan Raffa di kantin. Ia membuka handphone nya dan membuka aplikasi whatsaap nya. Ia mencari kontak Bima dan langsung mengiriminya pesan agar segera ke sini. Namun dasar nya Bima anak yang sedikit cupu, dia tidak berani keluar kelas dengan alasan takut pada guru super galak nya yang sedang mengajar di kelas. Akhirnya ia menghubungi salah satu gebetan nya yang juga bersekolah di sini, yaitu Cindy. Tak lama kemudian Cindy datang menghampiri tempat Raffa. "Hay bee, kenapa?" Tanya Cindy setelah duduk di samping nya. "Hay, lagi males aja ikut pelajaran." Jawab nya dengan sura malas. "Bee pulang sekolah jalan yuk." Ajak Cindy. "Pulang sekolah ya? Emm, nggak bisa bee aku ada tugas kelompok nanti." Alasan Raffa, padahal nanti jadwalnya jalan dengan gebtan sebelah. "Yahhh bentar aja bee temenin aku ke mall make up aku habis." Ucap Cindy manja. "Besok ya bee aku beneran nggak bisa." Tolak Raffa halus agar Cindy tidak curiga pada nya. Cindy mengerucutkan bibir nya kesal. "Pokoknya besok harus jadi ya bee." "Iya bee iya apa sih yang nggak buat kamu." Jawab Raffa sambil mengusap lembut pipi Cindy membuatnya salah tingkah. "Makasih bee." Ucapnya sambil memeluk tubuh Raffa. "Yaudah ke kelas yuk, aku anterin." Setelah itu mereka berjalan bersama melewati koridor.      Setelah mengantar Cindy ke kelas nya, Raffa kembali menuju kelas nya karena masih ada 1 jam pelajaran. Meskipun saat ini kelas nya sedang di ajar oleh Mr.BonBon alias pak Bono terhormat yang garang nya warbiasahh, ia tetap santay memasuki kelas. "Ass--" "Duduk!" Perintah nya sambil fokus pada buku yang berada di meja nya. Keadaan kelas sangat sunyi senyap semua teman-temannya tertunduk menatap buku di depan mereka. Entah itu mereka mempelajarinya atau hanya melihat nya saja. Raffa pun dengan santay nya berjalan menuju tempat duduk nya yang berada di pojok belakang, bisa di bilang di sana adalah bangku keramat nya dengan Bima. Otak jail nya pun mulai bekerja saat melihat Bima terlalu serius menatap buku nya, ia tersenyum menyeringai sanbil terus berjalan. "HOE!!!" Teriak nya di telinga Bima dengan keras. Bima yang dasar nya kadang suka latah spontan berteriak "BANGSAT!!" Ucap nya dengan volume tinggi. "Brakk!!" Suara gebrakan meja terdengar nyaring di telingan "Suara siapa itu tadi?!!" Ucap pak Bono tak kalah lantang membuat nyali siapa saja menciut. "Bima!!" Ucap teman sekelas sambil mengrahkan pandangan nya pada Bima yang sedang kebingungungan sedang kan Raffa cekikikan menahn tawa. "Bu bu bukan pak, aduhh bukan saya bukan." Ucap Bima gugup setengah mati melihat Mr.BonBon dengan mata berkilatan amarah. "Maju ke depan kerjakan latihan sola 1 sampek 5!!" Ucap nya tak terbantah kan. "Taa--" "CEPAT!!" Raffa pun cekikikan melihat Bima berjalan dengan tubuh bergetar nya. Lihat saja sebentar lagi Bima akan mengeluh mulas karena takut di sertai kegugupan level tinggi. "Kenapa kamu ketawa!!" Bentak Mr.BonBon pada Raffa. "Hah? Siapa pak? Saya? Nggak kok pak salah liat kali." Ucapnya santay setelah itu melanjutkan tawa nya dengan menghadap ke tembok.      Setengah jam berlalu Bima belum juga selesai mengerjakan 5 soal tersebut. Bahkan ia hanya mampu menulis kan nomer soal yang akan ia kerjakan. Bima bukan murid bodoh, dia juga sangat pandai terutama pelajaran hitung menghitung. Namun ia akan berubah menjadi orang ter-oon di saat-saat seperti ini, di mana ia merasa gugup dan keringat dingin. Dan ohhh, tak lupa rasa mulas di perut nya karena kegugupan nya. "BISA NGGAK!" Bentak Mr.BonBon membuat jantung Bima berdetak lebih cepat dan rasa mulas di perutnya semakin menjadi. "Nggak bisa pak, perut saya mulesss!!" Ucapnya langsung meletakkan buku paketnya di meja guru dan berlari menuju kamar.mandi. "HAHAHA!!!" Seluruh teman sekelasnya pun langsung menertawakan sikap konyol Bima. "DIAM!" Seketika kelas menjadi hening, hanya sebagian yang masih menahan tawanya. "Raffa sini kerjakan!!" Raffa pun langsung berjalan dengan gaya santay nya, sesampai nya di depan ia hanya mengamati satu persatu soal yang ada di papan karena jujur saja Raffa tak sejenius adik nya Jemi. Kalau Jemi satu kedipan mata saja semua soal-soal udah tuntas, kalau dia butuh beribu-ribu kedipan untuk bisa mengerjakan soal fisika yang rumit nya nauzubillah. "BISA NGGAK!" Tanya pak Bono degan suara bledek nya. Raffa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil cengengesan memamerkan gigi putih nya. "Sulit pak, hehe" Jawab nya santay. "Makanya kalau pelajaran tuh di kelas bukannya kelayapan!" "Iya pak iya saya janji nggak bolos lagi, nanti kalau saya bolos lagi saya janji lagi." Jawab nya membuat semua teman nya menahan tawa nya mati-matian. Sedangkan muka Pak Bono sudah sangat merah menahan amarah yang sudah di ubun-ubun. "RAFFAEl! DUDUK!" Bentak nya kesal. Raffa pun berjalan kembali ke bangkunya dengan Bima. "Gila lu sumpah." Ucap Daffa yang duduk di depan nya sambil tertawa. "Gue seneng mancing si Mr.Bon apalagi liat muka garang nya, sumpah pengen nyubit pipi nya gue." Jawab nya sambil tertawa.       Sepulang sekolah Raffa sudah menunggu di depan kelas adik nya yaitu Ale. Akhir-akhir ini Raffa lebih protective pada Ale karena ia sedang di kabar kan sedang dekat dengan Deon saingan bahkan musuh Raffa di sekolah ini. Ia tidak mau terjadi apa-apa dengan adik kesayangan nya ini. Saat teman-teman Ale sudah mulai keluar kelas, Raffa mulai berdiri dan mencari Ale. Mata nya celingukan mecari keberadaan Ale namun saat semua sudah keluar ia tak menemukan Ale. Ia menoleh ke arah segerombolan anak yang sedang brjalan bersama. Ia mengamati satu persatu anak-anak itu dannn, akhirnya ia menemukan Ale yang sedang berjalan sambil di tutup-tutupi oleh teman-temannya. Ia berjalan menghampiri Ale sambil tersenyum miring melihat tingkah bandel adik nya itu. Raffa menarik tas yang di pakai oleh Ale sampai pemilik nya tertarik ke belakang. "Mau kemana cantik? Hmm?" Ucap Raffa dengan seringai nya. "Kak Fa! Aku mau jalan sama Deon!" Rengek nya kesal. "Nggak ada jalan-jalan! Pulang ayo." Ucap Raffa tak terbantah kan. Ia merangkul Ale dan sedikit memaksanya. Ia berbuat begini karena ia tidak mau terjadi apa-apa pada adik nya yang sedang dekat dengan bajingan itu. Di dalam mobil sampai sekarang mereka sudah sampai di rumah Ale terus mendumel tidak jelas karena saking kesal nya pada Raffa karena terus melarang nya dekat dengan Deon. "Dasar pemaksa! Aku udah gede kali, udah tau mana yang baik mana yang enggak, aku juga butuh seneng nggak di giniin!" Omel nya tak jelas dengan suara tak terlalu keras. Raffa pun yang mendengarnya cekikikan sendiri. 'Maaf kan kakak ganteng mu ini sayang' batin nya. "Apaan sih Al pulang-pulang bibir nya udah manyun gitu?" Tanya Nabilla yang sedang santay di depan tv. Ale menghampiri Nabilla di ikuti Raffa, mereka bergantian menyalimi tangan Nabilla lalu duduk di samping kiri dan kanan nya. "Kenapa hmm?" Tanya Nabilla lembut sambil mengusap kepala Ale. "Ale kesel sama kak Fa ma!" Adu nya. "Raffa" Nabilla menoleh ke arah Raffa yang sedang cengengesan tidak jelas. "Orang nggak aku apa-apain kok ma, cuma ngelarang dia deket sama orang sinting." Ucap nya sambil menekan kata sinting. Raffa memang sengaja menekan kata sinting, karena kebencian nya pada makhluk tuhan satu itu. "Apa hak kakak ngelarang aku? Aku udah besar kak, udah bisa jaga diri! Mama sama Papa aja nggak ngelarang aku temenan sama siapa aja!" Ucap Ale dengan emosi. "Aku kakak kamu! Kakak cuma nggak pengen kamu kenapa-napa karena salah milih temen? Apa itu salah? Seorang kakak khawatir sama adik nya sendiri?" Ucap Raffa ikutan emosi. "Sudah-sudah kok jadi ribut gini sih?" Ucap Nabilla menengahi kedua nya. "Kak Fa ma!" "Kamu Al!" "Kak Fa!" "Kamu Al!" "STOP!!" Lerai Nabilla yang tak tahan dengan perdebatan mereka berdua. "Ale masuk kamar! Abis itu makan!" "Raffa juga! Masuk kmar abis itu makan!" titah Nabilla pada mereka berdua. Mereka pun berjalan gontai menuju kamar nya masing-masing. Mereka tidak akan bisa menentang ucapan mama nya.      Malam hari nya semua tengah berkumpul di ruang tengah nya. Mereka semua duduk di atas karpet bludru yang sangat lembut. Bercerita dan bercanda sudah mejadi rutinitas mereka setiap hari nya ketika tengah berkumpul seperti ini. Raffa mendekati Jemi yang tengah sibuk berkutat dengan buku-buku nya. "Jem lu nggak bosen apa mantengin buku mulu? Sekali-kali mantengin cewek napa?" Ucap Raffa yang langsung mendapat lirikan tajam dari Jemi. "Yaampun Jem lirikan lu, ngeri gue liat nya." Raffa bergidik ngeri melihat lirikan tajam dari Jemi.. "Jes! Jemi punya cewek gak?" Tanya Raffa jail. "Apa kak cewek? Buku lebih penting kali kak." Jawab Jessi di sambut dengan tawa mereka. Jemi pun tak menghiraukan bahkan tak memperdulikan ejekan saudara-saudara nya baginya itu hanya lah angin lalu. "Ehh nggak boleh gitu sama Jemi, menurut kalian papa dulu orang nya gimana sebelum kenal mama?" Ucap Nabilla. "Papa banyak cewek nya." Cetus Ale begitu saja. "Prediksi Jessi juga gitu kak Al, Papa dulu suka gonta-ganti cewek kayak kak Fa! Hayo ngaku." Ucap Jessi ikut-ikutan menebak Briya yang di tuduh seperti itu pun tertawa terpingkal-pingkal. "Aduh-aduh perut papa sakit." Ucap nya di sela tawanya. "Sayang nya papa pinter-pinter banget sih, coba tanya mama berapa banyak cewek papa dulu." Ucap Briyan sambil menatap Nabilla yang juga masih tertawa. "Nahh bener kan dugaan kita, papa itu dulu  ceweknya banyak kayak kak Fa!" Ucap Jessi senang karena menurutnya tebakan nya benar. "Kak Fa lagi, kak Fa lagi." Ucap Raffa sambil mengusap dadanya. "Ma berapa aja cewek papa dulu?" Tanya Ale antusias. "Papa kamu itu dulu nggak pernah punya cewek sayang cuma mama cewek nya papa." Jelas Nabilla membuat anak-anak nya menggeleng tak percaya. "Mama bohong ihh, orang papa genit gitu. Tuh kan dikit-dikit ciumin mama." Ale pun masih tidak percaya dengan ucapan Nabilla begitupun Jessi, mereka masih kukuh dalam pendirian nya kalau dulu Briyan adalah cowok playboy seperti kakak nya. "Liat Jemi." Mereka semua pun langsung menatap Jemi yang sedang sibuk dengan buku-buku tebal nya. "Ya gitu papa dulu, nggak jauh sama Jemi kerjaan papa mantengin buku mulu tiap hari." Jelas Briyan membuat Ale dan juga Jessi menganga tak percaya sedang kan Raffa malah tertawa terbahak-bahak "Kak kok ketawa?" Tanya Jessi bingung. "Aku lagi bayangin muka papa." Jawab nya. "Ngapain kamu bayangin muka papa?" Tanya Nabilla bingung juga. "Pasti lucu banget kalau muka papa datar kayak tembok gitu, nggak ada senyum nggak ada cemberut datar terus." Ucap nya sambil terus tertawa terpingkal-pingkal. "Mau mama kasih liat foto papa yang dulu? Mama masih ada loh." Nabilla tersenyum menyeringai. "Ma please nggak usah, muka papa gaje banget dulu sumpah." larang Briyan. "Mana ma aku pengen liat." Paksa Ale. "Gimana pa boleh nggak?" "Awas aja, mama habis malam ini." Briyan pun tak mau kalah, ia tersenyum menantang. Nabilla berdiri dari duduk nya dan maulai berlarian ke kamar. "Nggak takut!" teriak nya sambil menjulur kan lidah nya megejek. "Oke awas aja." Briyan yang tak mau kalah langsung mengejar Nabilla yang hampir sampai pintu kamar. Akhir nya mereka bisa masuk ke kadalam kamar bersama, sedang kan anak-anak mereka melihat tingkah orang tua nya hanya menggelengkan kepala nya sambil tersenyum senang. Tak berapa lama pintu kamar mereka terbuka sedikit memperlihatkan kepala Briyan dan menyumbul dari dalam. "Sayang cepet tidur udah malem, Jemi juga belajar nya besok aja sayang lampu nya di matiin ya nice dream sayang." Teriak Briyan lalu menutup pintu nya kembali. Mereka pun juga mulai berjalan menuju kamar nya masing-masing untuk tidur. ❤❤❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD