POV Rivan "Dia, Pak, yang menganiaya saya," tudingku ke arah pebinor itu yang terlihat santai sekali. Bisa-bisanya dia sesantai itu. Dia bahkan sedikit tersenyum padahal aku ke sini bukan hanya seorang diri melainkan membawa dua polisi yang akan segera menangkapnya. Aku dan dua polisi pun berjalan mendekat ke arah pebinor itu. Kulihat Ila sangat pucat, bisa-bisanya. Apa dia begitu mencintai si pebinor itu? Ila pasti terbuai olehnya sesaat saja, karena aku yakin cinta Ila hanya untukku. Sekian lama bersama, tidak mungkin dia dengan cepat pindah ke lain hati. Seperti aku contohnya, walau sempat ke lain hati, tapi ternyata tetap Ila yang kucintai. Ila pun pasti begitu. "Selamat sore." Si pebinor berdiri lalu dia mengangguk sopan. "Selamat sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sa