POV Ilana "Gelap, Mas," kataku selesai ia mengikatkan kain ke bagian belakang kepalaku. "Iya, Sayang, tahan. Hanya sebentar saja, Sayang." Sambil tangannya mengusap kepalaku. Lagi dan lagi. "Baiklah." Aku mengangguk. Tanganku bergerak menyentuh kain yang menutup mata, membuatku jadi tak bisa melihat keadaan sekitar. Suamiku sedang apa sekarang pun aku tak tahu. "Tidak boleh diturunkan ya Sayang, ya?" "Iya, Mas." Aku mengangguk kecil. Hening. "Gak jalan, Mas?" "Ini mau jalan, Sayang." Hening lagi. Aku heran, entah apa yang sedang dilakukannya sekarang. Katanya mau jalan, tapi mobil terus dalam keadaan berhenti. Cup. Kecupan pelan tiba-tiba mendarat di pipiku. Cup. Lagi, di pipiku sebelahnya. Cup. Kali ini di hidungku. Aku menjulurkan tangan namun tak menyentuh apa pun. Terdeng