Tubuh Chanel masih berkedut halus, sisa kl1m4ksnya belum sepenuhnya reda. Keringat bercampur air mata tipis masih meleleh di pipinya yang sekarang merona merah. Tapi Zee belum puas sampai disitu. Tangannya mencengkeram paha Chanel yang basah dan licin, lalu mengangkat tubuh Chanel dengan kekuatan penuh. “Z-Zee … akhhh!! Kita masih di kampus!” Tapi Zee cuma menempelkan bibirnya ke telinga Chanel, suaranya serak dan berat banget. “Lo pikir gue bisa nahan? Liat gue …” Tangannya menarik resleting celana. Dan begitu celana dan boxer Zee m3l0rot separuh, juniornya menyembul keluar, panjang dan berdenyut kasar. Pipi Chanel langsung memerah karena pertama kalinya melihat benda keras itu. Zee nggak banyak bicara. Dipegangnya b0kong Chanel, digeser dikit, lalu bagian kepala juniornya sudah m

