Kalimat itu meluncur begitu aja, tapi efeknya kayak bom jatuh di daada Zee. Tangannya refleks melonggar seperti kehilangan tenaga. “Lo … apa?” Chanel menunduk sebentar, lalu ngelihat dia lagi. “Gue capek nunggu sesuatu yang nggak pernah lo janjiin, tapi lo biarin gue percaya. Capek ngerasa spesial padahal nyatanya cuma salah tafsir. Jadi iya, gue mau berhenti halu.” Zee menelan ludah, suaranya pecah tapi tetap dingin di luar. “Lo pikir semudah itu?” Chanel senyum tipis, senyum orang yang udah nyerah. “Enggak. Tapi kalo gue nggak mulai dari sekarang, kapan lagi gue bisa nyembuhin diri gue sendiri?” Zee nggak bisa ngomong. Tatapannya kosong, tapi matanya jelas nahan sesuatu yang nggak pengen dia tunjukin—rasa bersalah, kehilangan, dan penyesalan yang telat banget. Chanel pelan-pelan ng

