“Kau pikir aku adalah orang yang bodoh. Sekarang terserah padamu. Kau hanya memiliki dua pilihan. Pertama, kau akan aku angkat sebagai wanitaku, dengan alasan kau telah mengandung anakku. Anggap saja aku menyelamatkanmu dari rasa malu, tapi kau harus mematuhi segala perintahku, apapun yang terjadi. Kedua kau akan menjadi pelayan dapur istana, yang tentunya disana akan banyak kejahatan dan persaingan hanya untuk melayaniku. Tak hanya itu, kau akan bekerja hampir dua puluh empat jam…” ucap Marvin dengan senyum mekar menghias wajahnya, karena merasa mendapat jalan keluar atas permasalahan yang menimpanya. Windy berjalan mondar-mandir seperti orang bingung. Lalu dia menatap kearah Marvin dan menjawab. “Baiklah. Karena kau memberikanku pilihan. Maka aku akan memilih opsi ketiga!” teriak Windy

