14.Malam Pertama

1574 Words

Gereja kecil tempat Pendeta Samuel melayani tampak begitu tenang. Cahaya sore menembus kaca jendela berwarna, membuat ruangan dipenuhi nuansa hangat dan khidmat. Pendeta Samuel berdiri di depan altar, tersenyum melihat pasangan yang duduk di bangku paling depan. “Bima… Berlian. Apakah kalian siap mengucapkan janji baru, di hadapan Tuhan, untuk saling mengasihi satu sama lain sampai akhir hayat?” Bima menatap mata Talia—atau tepatnya, Berlian yang bersemayam di tubuh Talia. “Saya siap, Pak Pendeta.” Air mata berlinang di pipi Berlian. “Saya juga siap, Pak Pendeta.” Pendeta mengangguk. “Kalau begitu, berdirilah, dan peganglah tangan pasanganmu.” Bima menggenggam tangan Berlian dengan mantap. “Aku, Bima Hardinata… berjanji akan mencintai, menjaga, dan setia padamu, Berlian, dalam su

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD