"Lama banget sih ganti baju? Lihat, macet jadinya, kan?" ngomel Ando.
Tasha dan Ando terjebak macet di perkotaan jalan. Apalagi cuaca sekarang kurang mendukung.
"Gimana gak lama, Tuan? Tasha kan harus beresin dapur yang sudah Tuan berantakin. Apalagi sok-sok bisa masak. Ujungnya juga pekerjaan Tasha," balas Tasha, lebih tidak mau kalah dari omelan.
Tasha sudah tidak mau disalahkan apa pun. Jikalau bukan karena perbuatan Ando mem-berantakan dapur. Tentu Tasha tidak akan selama itu.
Ando diam, lalu mencari alasan lain. "Ya bisa ditinggalin dulu? Perut lebih di utamakan. Siapa suruh daging itu main pakai acara gosong! Lain kali kalau mau tidur itu jangan kayak kerbou!"
"Terserah Tuan sajalah, kalau niatan Tuan memang gak ikhlas ajak Tasha buat makan malam, Tasha bisa beli di kaki lima sana!" celetuk Tasha sudah dari tadi dia incar gerobak di seberang lampu merah.
Tasha merindukan cemilan di seberang kaki lima itu. Waktu sebelum dia memulai kerja di rumah majikan dari ibunya. Tasha selalu beli cemilan itu tiap malam. Bahkan bisa berkali-kali.
Ando pun terdiam setelah apa dia salahkan ke gadis pendek. Dia pun memilih untuk tidak menyalahkan dirinya lagi.
Entah kenapa hati Ando melunak, ketika mobil yang panjang, Ando malah memilih menyamping kiri bertepatan dengan penjual gerobak dengan gambar yang sangat besar dan jelas tersebut.
Tasha yang merenggut pun berpaling menatap Ando. "Loh, katanya mau makan di restoran? Kenapa berhenti di sini?"
"Katamu, mau makan cemilan itu? Ya sudah, sekalian. Aku juga mau makan kok," ucap Ando keluar dari mobil.
Tasha yang muka merenggut kembali berseri-seri. Jarang ada seorang anak majikan mau mengabulkan permintaannya. Saat Tasha akan buka pintu untuk keluar, malahan pintu itu sudah dibuka duluan oleh Ando.
Tasha bengong melihatnya, seingatnya, Ando tidak pernah mau buka pintu untuknya. Malahan Tasha sendiri keluar tanpa disambut ramah padanya. Sekarang Ando malah membukakan pintu untuknya.
"Ada apa? Berubah pikiran?" timpal Ando menatap serius pada Tasha.
"Hah? Gak kok, Tuan!" Tasha segera keluar dari mobilnya. Sembari bergumam kecil, "Tumben Tuan mau buka pintu buat Tasha. Biasanya boro-boro, apa pengaruh dari obat bubuk diberikan oleh Nyonya, ya?"
Ando menoreh arah Tasha. "Kamu ngomong sesuatu?"
Tasha langsung menegak, "Hah? Gak ada kok, Tasha sambil pilih rasa mana yang pengin Tasha makan. Tuan mau rasa apa?" elak Tasha.
Tasha berharap Ando tidak mendengar apa yang dia gumam tadi. Jika sampai ketahuan, tamatlah riwayat hidupnya. Ando pun menoleh sembari lihat pilihan rasa ada di depan spanduk tempelan di gerobak itu. Banyak aneka rasa. Lalu dia penasaran dengan rasa belum pernah dia makan.
"Aku pilih ini," tunjuk Ando pada Tasha. Tasha sebaliknya mengarah jari di mana Ando pilih.
"Tuan yakin mau makan rasa itu?" Tasha kembali bertanya lagi pada Ando. Tasha tidak yakin jika Ando memang benar-benar memilih rasa itu, apalagi rasa itu sangat menyengat di hidung.
"Kenapa? Rasanya enak, dilihat dari gambar saja, sudah menggiurkan air liur ku, apalagi dibayangin dengan jilatan yang...."
"Baiklah Tuan, Tasha pergi pesan, gak perlu di teruskan," Dengan cepat Tasha melangkah kakinya ke gerobak itu. Tanpa beri satu kalimat lanjutan pada Ando dengan pikiran tidak waras.
"Aku belum selesai ngomong, main pergi saja, memang kamu tau apa yang aku pikirkan?" Ando masih sempat bertanya, apalagi di kaki lima banyak orang melirih Ando.
Tasha pura-pura tidak mendengar, betapa malunya jika Ando melanjutkan kalimat tidak bermoral itu. Apalagi Ando sosok laki-laki dewasa, beda dengan Tasha, dia masih gadis menuju dunia dewasa.
"Bang pesan martabak rasa durian campur seres cokelat, satu, terus rasa cokelat mentega kacang, satu," kata Tasha pada penjualnya.
"Mau ukuran apa? Medium, small, atau...."
"Medium!" sambung Ando spontan. Tasha menoreh tajam arah Ando. Padahal Tasha belum menjawab sudah di jawab duluan olehnya.
"Sudahlah, gak habis bisa dilanjut buat besok," lanjut Ando menarik seulas senyum sekaligus merangkul pinggangnya Tasha.
Sembari menunggu pesanan dalam antrian yang panjang. Ando dan Tasha memilih untuk duduk di salah satu kursi panjang seperti pembeli lainnya.
Beberapa saat kemudian ada sepasang sepatu berdiri tepat di depan mereka berdua. Tasha hendak untuk menghindar, eh, malah orang tersebut duduk sambil menepuk paha Ando tengah melihat ponselnya. Tasha pun tertohok dong melihatnya.
Ando sebaliknya terkejut, dia mendongak dan membuat dirinya tidak berkutik. "Hai, Honey!" sapa waria.
Tasha tercegah melihat sapaan dari waria itu. Tasha kelupaan kalau tongkrongan di kaki lima ini banyak yang waria, Tasha pasti bakal mual lihat Ando digoda oleh waria yang aslinya sesama jenis.
Ando masih diam, seketika sengatan listrik menyelimuti dirinya. "Ganteng sekali sih, dirimu," goda si waria itu.
Tasha beranjak dari duduk, dia lebih baik memilih menjauh tapi malah dihalau oleh Ando, padahal jaraknya jauh lagi. Tasha pun menoleh.
"Mau ke mana?" tanya Ando tajam.
"Mau ke sana, lihat sudah giliran kita belum?" jawab Tasha bohong. Soalnya pesan mereka antri masih urutan angka lima, sedangkan punya Tasha masih urutan angka delapan.
Waria itu mendongak menatap Ando serius. "Kamu sudah berubah? Kamu gak ingat siapa aku?" timpal waria itu ikut berdiri dari duduknya.
Ando masih diam belum menjawab semua pertanyaan dari waria ini. Dia masih menatap Tasha. Ando teringat dua hari kemarin, dia sempat berhubungan mesra dengan Lucas. Bahkan tidak sengaja terpergok oleh Tasha. Tidak lain istrinya sendiri. Hubungan itu sangat ekstrim untuknya. Napsu dengan Lucas tidak dapat dilepas. Ketika melihat Lucas akan mengancam Tasha.
Hati Ando sangat terluka, dia terpaksa melakukan di depan istrinya dengan cara menjijikan, ya, bersenggama dengan Lucas, sesama jenis. Sekarang apa dia akan mengulang kembali. Bahkan Ando sendiri belum bisa terlepas dari g*airah dengan sesama jenis.
"Masih antrian lima, kamu mau beli minuman? Biar aku temani," ucap Ando netral. Lalu dia berjalan menggenggam tangan Tasha sedikit menjauh dari waria itu.
Tasha bengong lihatnya, perasaan dirinya tidak ingin beli minuman. Kenapa sebaliknya si Ando mengalihkan kebohongan. Tasha sebentar menoleh ke belakang. Tetapi di perintah oleh Ando. "Jangan menoleh!" ucapnya dengan seribu langkah cepat menjauh dari gerobak itu.
Sampai di depan indomaret, Ando masuk dan Tasha juga. Tasha bingung mau beli apa. Ando malah berjalan memasuki ke tempat minuman pendingin. Sama hal dengan Tasha juga.
"Kamu mual, kan. Lihat tindakan waria tadi?" ucap Ando pelan sembari mengambil minuman fanta.
Tasha yang sedang memilih malah terhenyak. "Hah? Eh ..., enggak, kok. Tadi Tasha memang mau ...."
Ando membuka fanta itu dan meneguhkan hingga setengah. Padahal belum dibayar. Wajar anak orang kaya bebas. "Bilang saja kalau merasa mual, gak perlu sok cari alasan gak jelas kayak tadi!" pungkas Ando suaranya garing membuat pengunjung ada di dalam indomaret menoleh.
Tasha tidak tau maksud sikap Ando sekarang ini. Dia merasa Ando sedikit aneh, ya, aneh dari sore saat dirinya pulang dari nongkrong dengan Lely.
****
TAP LOVE DONG. UDA UPDATE. MAAF YA. SAYA BELUM. BISA UPDATE SESERING MUNGKIN. KARENA BADAN MASIH KURANG FIT. ^^