Part 5

913 Words
Bara sedang berada di rumah mertuanya. Mereka sedang membahas tentang peresmian pernikahan. "Enggak, enggak! Gue nggak mau ada resepsi. Ntar dikira orang, gue hamil duluan makanya cepet-cepet nikah," tolak Anya mentah-mentah. "Yang penting, kan, enggak, Sayang...." Bunda Anya mencoba menenangkan sang putri. "Pokoknya enggak, Bun ... kalaupun harus diresmikan, oke! Nggak apa-apa, meskipun sebenarnya Anya nggak mau. Udah terlanjur mau gimana lagi. Tapi kalau untuk resepsi, paling enggak tunggu Anya benar-benar yakin kalau orang ini memang jodoh Anya." "Nya ... Nya ... kamu ini, sama suami sendiri begitu. Pakai lo-gue lagi. Coba sekarang diubah, hormati suami kamu." "Enggak apa-apa, Bun ... kalo memang Anya nyamannya begitu," ujar Bara. "Tuh ... untung Bara sabar orangnya." Anya tidak merespons dengan argumennya. Ia hanya menampilkan ekspresi tidak suka. "Gimana, Bar? Anya-nya belum mau digelar resepsi?" "Nggak apa-apa, Bun. Yang penting didaftarkan dulu ke KUA. Lapor RT. Biar Bara juga leluasa pas ke sini." "Oke ... Bunda akan bantu urus. Kalau Anya, pasti nggak mau ngurus sendiri." *** Satu minggu kemudian, mereka resmi di mata negara menjadi suami-istri. Anya tidak mau tinggal di apartemen suaminya. Akhirnya, Bara hanya bisa menuruti keinginan perempuan itu. "Lo mau bawa gue ke mana?" tanya Anya saat merasa mobil Bara melewati jalan yang bukan menuju rumahnya. "Apartemen. Ada sesuatu yang harus aku ambil." "Ish ... kenapa nggak nanti lo yang ambil sendiri aja, sih?!" protes Anya yang tidak pernah sekalipun berkata manis pada sang suami. "Malas bolak-balik. Lagi pula, nanti aku mau menikmati waktu sama kamu. Kita udah resmi, jadi nggak ada alasan kamu buat menolak." "Ck, punya suami pedenya selangit kayak lo itu, nyebelin. Bikin kesel mulu." "Ya jangan dibuat kesal. Kamu harusnya bersyukur bisa jadi istri aku." "Ih ... apaan, sih?!" Bara tertawa. Ya, ia harus menge-charge kesabaran setiap waktu agar kuat menghadapi istri kecilnya. Sampai di apartemen, Bara memarkirkan mobil. Kemudian, menuntun Anya masuk. Meskipun gadis itu menolak, pria itu tetap saja memegang erat tangannya. Mereka masuk ke dalam apartemen begitu Bara membuka pintu. Melewati pintu masuk, Anya dikejutkan dengan dinding yang penuh dengan wallpaper Winnie the Pooh, karakter Disney kesukaannya, beruang yang identik dengan warna kuning dan merah. Bara memperhatikan ekspresi Anya. Ia senang, usahanya sepertinya akan menghasilkan hal positif. "Kamu senang?" "Ih ... apaan?! Enggak!" Pria itu tersenyum. Ia tahu, Anya tengah berbohong. "Aku kumpulin boneka dan hiasan-hiasan itu dari dulu. Tapi, baru hari ini aku bisa tunjukin ke kamu." "Buat apa?! Lo pikir, gue bakalan luluh dengan lo sogok begini?! Enggak, lah, ya! Lo itu...." Ucapan Anya terhenti saat bibir Bara menyentuh bibirnya. Hanya menempel. Gadis itu membeku. Hal yang baru saja dilakukan suaminya, mampu membuat tubuhnya bereaksi. "Jangan galak-galak lagi ... mulai sekarang, kalau kamu galak sama aku, aku bakalan cium kamu." Anya tersadar. Dipukulnya lengan Bara dengan kencang. "Lo kurang ajar, ya! Gue bilangin Bunda nanti." "Bilangin aja ... kamu lupa, tadi kita abis tanda tangan buku nikah? Kalaupun aku buat kamu hamil sekalipun, Bunda nggak akan marah, Sayang." Mendengar perkataan Bara, membuat Anya bergidik. Hamil? No ... Anya tidak mau hamil, ia tidak mau punya anak. Apalagi bersama orang yang tidak dicintainya. "Jangan ngaco, deh, lo!" "Apanya yang ngaco? Bahkan sekarang pun, aku bisa membuatmu hamil kalau kamu mau." Bara tersenyum menggoda, yang justru membuat Anya ngeri melihatnya. "Toilet mana? Gue mau pipis!" Bara menunjuk di mana toiletnya berada. Anya segera berlari ke tempat itu. Ia tidak mau mendengar ucapan suaminya yang semakin ngawur. *** Pukul tujuh malam, mereka masih berada di apartemen. Hujan mengguyur. Bara mendapat informasi, kalau jalan menuju rumah mertuanya kebanjiran. "Pulang, yuk," ucap Anya setengah merengek. "Duduk dulu sini...." Bara menepuk sofa yang sedang ia duduki. Anya menurut. Namun, ia memberi jarak di antara mereka. "Nggak usah deket-deket!" pekik Anya saat Bara menggeser tubuhnya. "Kamu nggak dingin? Aku dingin, butuh kehangatan." "Kalo lo deket-deket gue, gue teriak!" ancam Anya. "Teriak aja." Bara tidak menggubris ucapan istrinya, ia tetap geser mendekat. Begitu tubuh mereka bersisian, dengan paksa Bara memeluk Anya. Pemberontakan yang dilakukan gadis itu, tak dihiraukannya. "Kurang ajar banget, sih, lo!" "Diem, ah ... aku cuma mau meluk istriku, kok. Kalau kamu berontak terus, nanti aku malah cium kamu lagi." Mau tidak mau, akhirnya pemberontakan Anya terhenti. Namun, ia tetap waspada. Bara membetulkan posisi. Hingga akhirnya, ia duduk menyender pada pegangan sofa. Kaki kirinya berselonjor di sofa. Anya duduk di depan tubuh pria itu, hingga Bara bisa memeluknya dari belakang. "Gini, kan enak...." "Enak buat lo!" "Memang ... karena hanya aku yang menikmati kebersamaan sama kamu. Kamunya masih pura-pura nggak suka sama aku, sih." "Heh! Siapa yang pura-pura. Gue beneran, ya, nggak suka sama lo!" "Jangan ngegas terus, ah ... kasihan tenggorokan kamu." "Lo mau ngapain?!" Lagi-lagi Anya memekik saat bibir suaminya menyentuh leher. "Nyari kehangatan. Dingin banget. Kamu nggak merasakannya?" Bara makin mengeratkan pelukan. Bibirnya pun makin bergerak agresif. "Lo ngapain, sih?" Niat hati ingin memprotes, mengeluarkan jurus teriakan. Namun, seolah Anya seperti kehilangan tenaga. "Mengeluarkan apa yang selama ini aku tahan," bisik Bara tepat di telinga si istri kecil. *** Tengah malam Anya terbangun. Bukan di kamarnya, tetapi ruangan itu hampir sama dengan ruangan yang setiap hari digunakannya untuk tidur. Penuh dengan hiasan Winnie the Pooh. Anya mengamati keseluruhan ruangan itu. Ia mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Yang diingat, tadi ia berada di sofa bersama Bara. Bara.... Gadis itu merasa ada beban di atas perutnya. Menengok ke samping kanan, ada Bara dengan mata terpejam. Melihat ke arah tangan Bara, tangan Bara tampak tidak memakai baju. Harap-harap cemas, Anya membuka selimut. "Apa yang lo lakuin, HAH?!" oOo
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD