Di dalam asrama putri ada lima penghuni yang berasal dari asal kota yang berbeda-beda, ada yang datang ke Jakarta karena mengadu nasib dan telah diterima bekerja pada salah satu perusahaan yang cukup ternama di kota Jakarta ini. Ada yang masih berkuliah dan juga mencari sambilan-sambilan kecil dengan pekerjaannya. Ada juga para siswi Sekolah Menengah Atas yang datang karena merantau, namun ada juga yang memang berasal dari Jakarta tetapi karena jarak rumahnya dengan sekolah itu cukup jauh maka dia memilih untuk menyewa salah satu kamar di asrama Kartapati.
Penghuni asrama putri kartapati pertama adalah Oreana Gantari, gadis berusia sembilan belas tahun itu sedang berkuliah pada salah satu universitas ternama di Jakarta dan juga yang memiliki beberapa pekerjaan sampingan untuk tambahan uang jajannya. Gadis itu berasal dari pulau Sumatera tepatnya di kota Lampung, dia memilih untuk merantau karena memang mengincar universitas di Jakarta.
Oreana atau yang kerap di sapa dengan panggilan Rea itu—tetapi terkadang dipanggil dengan nama Oreo jika anak-anak sedang dalam mode ingin mengganggunya, datang ke asrama kartapati dua hari tepat setelah Anjar baru bergabung juga di tempat ini. Gadis itu memiliki sifat periang dan juga cerewet, suka tak mau mengalah dengan para penghuni asrama putra terutama Anjar yang padahal lebih tua dari dirinya, tapi tetap saja Rea lawan tanpa rasa takut sedikitpun.
Rea akan menjadi murka jika para penghuni asrama putra memanggilnya dengan sebutan Oreo, padahal kan dia bukan makanan tapi anak-anak itu suka sekali meledekinya setiap hari sampai membuatnya marah. Tapi, ya, kemarahan itu hanya candaan semata agar suasana di asrama menjadi menyenangkan. Rea tidak benar-benar marah kok, terkadang dia memang pernah marah jika sedang memiliki banyak masalah serta tugas yang menumpuk, gadis itu biasanya akan berubah menjadi lebih sensitif.
“Kak Anjar, beliin gue cokelat dong, gue lagi bete nih,” ujar Rea pada suatu hari ketika dirinya menemukan Anjar yang sedang berada di dapur utama dan dirinya juga baru sampai di tempat itu.
“Dih? Ngapain lo minta ke gue, beli sendiri sana pake duit lo jangan minta ke gue.” Lalu begitulah jawaban yang Anjar berikan kepada gadis itu hingga membuatnya jadi manyun seketika, tapi siapa yang menyangka bahwa dua jam setelahnya ketika Rea baru saja keluar dari kamarnya sehabis tidur, Bella tiba-tiba mendatanginya dengan sebuah cokelat di tangan gadis itu sembari mengatakan.
“Kak, nih cokelat dari Kak Anjar. Katanya kapan-kapan beli sendiri, ini terakhir kali dia beliin lo, jangan maksa lagi buat minta katanya.”
Setelah mengatakan itu Bella langsung berlalu begitu saja ke kamarnya, meninggalkan Rea dengan segala tanda tanya yang tiba-tiba muncul di atas kepalanya karena baru menyadari beberapa hal.
Pertama, dia tidak memaksa Anjar, dia hanya meminta sekali namun ketika laki-laki itu menolak untuk memberi Rea pun memilih untuk langsung kembali ke asramanya. Kedua, Anjar sering sekali berkata sebagai pesan bahwa besok-besok dia harus mulai membeli makanan yang dirinya inginkan sendiri, jangan pernah meminta lagi pada laki-laki itu karena tidak akan dia berikan, padahal kenyataannya selalu seperti ini, Anjar akan tetap membelikan ketika Rea meminta sesuatu darinya.
Memang tidak setiap saat dibelikan sih, tapi terkadang laki-laki itu pasti menitipkannya seperti ini kepada salah satu penghuni asrama putri.
Jika sudah begini bisa ditebak bukan? Bahwa sebenarnya dibalik pertengkaran mereka yang sering terjadi di depan anak-anak lainnya, sebenarnya ada satu buah rahasia yang disimpan oleh salah satu dari mereka dan belum juga terungkap hingga saat ini dan membuat banyak orang bertanya-tanya.
Sebenarnya apa sih hubungan Anjar dan Rea yang sesungguhnya?
Tapi tentu saja pertanyaan itu tidak akan terjawab.
Penghuni kedua, ketiga dan keempat dalam asrama putri adalah Bella, Bintang dan juga Rashi. Ketiga gadis itu memiliki usia yang sama yaitu enam belas tahun ketika datang ke asrama ini pada satu tahun yang lalu, jarak waktu kedatangan mereka hanya berselang satu hari sampai satu minggu karena memang berdekatan waktunya dengan penerimaan masuk sekolah baru. Bintang dan Rashi adalah anak rantau sedangkan Bella berasal dari kota yang sama namun memilih tinggal di asrama karena rumahnya jauh dari sekolah.
Ketiga gadis itu cepat sekali akrab karena mereka memiliki usia yang sama, sudah pasti akan lebih mudah nyambung ketika bicara walaupun ketiganya bersekolah di tempat yang berbeda. Bella dan Bintang berada di satu sekolah yang sama dengan Abima dan Dika, sedangkan Rashi bersekolah di tempat yang sama dengan Ilham dan Randu.
Rea yang kebetulan menjadi penghuni pertama di asrama itu pun menyambut mereka dengan hangat, dia juga bisa dengan mudah akur dengan ketiga gadis itu karena Rea memang memiliki sifat yang amat sangat friendly sehingga membuat banyak orang jadi nyaman ketika berada di dekatnya.
Bella, Bintang dan Rashi hanya seorang siswi biasa yang tidak memiliki pekerjaan sampingan untuk membiayai sekolah mereka. Ketiganya hanya fokus sekolah saja tanpa mau memikirkan hal lainnya, dan untungnya kondisi ekonomi dari keluarga ketiga gadis itu cukup baik hingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari mereka.
“Bell, minta skincare dong, punya gue baru habis nih yang dari oren baru sampai besok!” Rashi berteriak pada Bella sembari mendongakkan kepalanya untuk menatap lantai atas. Kebetulan kamar Bella memang berada di lantai dua dan kamar Rashi ada di lantai satu.
Tanpa mau turun, Bella muncul dari atas sana sembari memegang botol skincare miliknya. “Nih, tangkep,” katanya yang sudah bersiap ingin menjatuhkan botol itu ke bawah agar bisa ditangkap oleh Rashi.
Bintang yang sedang duduk di depan televisi sembari menonton kartun kesukaannya pun hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah kedua gadis itu tanpa mau ikut campur, sebab dia adalah gadis yang paling tidak ribet untuk urusan diri sendiri. Untungnya Bian memiliki wajah yang bagsu sedari kecil sehingga dia tidak membutuhkan perawatan seperti itu, atau lebih tepatnya Bintang terlalu malas mengurusi hal-hal merepotkan seperti itu.
Maklum saja lah, soalnya gadis itu memiliki sifat yang paling tomboy di antara penghuni asrama putri yang lainnya. Bahkan terkadang para penghuni asrama putra juga takut padanya jika Bintang sudah murka.
Lalu terakhir ada Alicya, dia adalah penghuni terakhir yang bergabung dalam asrama kartapati sekaligus gadis yang memiliki usia paling tua dari seluruh penghuni asrama putri. Alicya sudah bekerja pada salah satu perusahaan besar yang ada di Jakarta dan posisinya sudah sebagai karyawan tetap jadi sudah bisa dipastikan bahwa dia akan tinggal cukup lama di asrama itu.
Alicya itu sangat cantik, perawakannya juga terlihat amat anggun sehingga terkadang para penghuni asrama putra pun berbicara dengan lembut padanya, mereka takut salah bicara. Katanya sih asalnya dari solo dan keturunan putri juga, maka tak heran mengapa gadis itu bisa terlihat amat cantik walaupun hanya dalam sekali lihat.
Anak-anak lain lebih sering memanggilnya dengan sebutan Kak Cya, kata mereka agar nama gadis itu lebih mudah dipanggil dan Cya menurut saja dengan apa yang adik-adiknya itu inginkan. Dia juga tidak merasa masalah jika harus dipanggil dengan nama itu.
Cya itu amat sangat loyal kepada anak-anak di asrama putri, mengingat bahwa dirinya juga yang sudah berpenghasilan tetap maka tak jarang gadis itu akan tiba-tiba memesan banyak makanan untuk mereka makan bersama. Bahkan terkadang Cya juga memberikannya untuk para penghuni asrama putra.
Keloyalannya sebelas dua belas dengan Anjar.
Namun bedanya Anjar masih mendapatkan uang itu dari orangtuanya dan Cya dari hasil bekerjanya.
“Kak Cya, kakak ada order pizza nggak, ya? Ini tadi di depan waktu aku baru buang sampah ketemu abang gojek katanya atas nama Cya?” Bintang yang bertanya pada suatu hari.
Cya langsung keluar dari kamarnya setelah mendengar itu. “Iya, itu kubeli untuk kalian juga kok, ayo makan bareng sini panggil yang lain.” Gadis itu pun segera mendekat ke meja bersantai mereka, mulai membuka box pizza yang sudah dia pesan satu per satu.
Lalu tentu saja ada Bintang yang berteriak dengan kencangnya sebagai pembawa informasi. “GAIS, INI KAK CYA ADA BELI PIZZA! TURUN KALIAN SEMUA AYO KITA MAKAN BARENG!”
Hanya dengan teriakan itu saja, tiga penghuni lainnya langsung keluar dari kamar mereka masing-masing dengan amat sangat rusuh. Kalo kata mereka sih bisa jadi perbaikan gizi setiap kali Cya membelikan mereka makanan enak untuk dimakan bersama, dan hal seperti itu menjadi sesuatu yang tidak bisa dilewatkan begitu saja oleh mereka.
Begitulah keakraban yang ada di antara para penghuni asrama putri, walaupun baru mengenal kurang lebih satu sampai dua tahun tapi kedekatan mereka terasa seperti sudah mengenal selama bertahun-tahun.