16. Asrama Putri

1139 Words
            Asrama Kartapati memang memiliki dua bangunan utama yang terbagi menjadi milik penghuni asrama putra dan juga penguni asrama putri. Keduanya memiliki jumlah enam kamar yang sama juga dengan desain isi dalamnya yang sama pula, tidak ada yang dilebihkan atau dikurangkan dari dua bangunan itu. Si pemilik asramanya membuatnya sama agar adil saja bagi mereka dan tidak ada yang protes.             Mungkin yang membedakan hanyalah warna cat dari bangunan tersebut di mana bangunan asrama putri memiliki warna yang dominan lembut dan asrama putra memiliki warna yang tegas. Hanya itu saja yang membedakan sedangkan semuanya sama saja, bahkan sampai tata letak untuk setiap barang di dalam bangunan pun sama kecuali jika para penghuninya memang sengaja memindahkan barang-barang tersebut sesuai dengan maunya mereka.             Pak Karta dan Ibu Ana tentu tidak melarang, bahkan jika mereka ingin menambahkan beberapa hal untuk asrama mereka pun tidak masalah selagi mereka nyaman. Jika Pak Karta bisa membantu terkadang malah beliau yang membelikan sesuai request dari mereka semua, namun jika dirasa mereka masih sanggup untuk membeli sendiri maka para penghuni itu akan membeli sendiri.             Namun, yang pasti adalah sejak awal asrama ini dibangun, semua desain dibuat secara adil tanpa memandang apa pun. Pemilik asrama kartapati hanya ingin bahwa tidak ada yang merasa dibedakan ketika tinggal di sini.             Soal kamar dalam setiap bangunan asrama, di dalama asrama putra ada jumlah enam kamar yang sudah terisi full dengan semua penghuninya, yaitu; Anjar yang datang pertama kali ketika asrama ini baru saja diresmikan untuk dibuka, lalu disusul dengan Abima, Dika, Ilham, Randu lalu Tara yang menjadi penghuni terakhir yang baru saja bergabung sekitar tujuh bulan yang lalu. Sudah tidak ada lagi kamar kosong yang tersisa di dalam asrama putra, kecuali jika salah satu dari penghuni yang ada sudah menyelesaikan masa kontrak mereka dan akhirnya pergi dari asrama ini.             Namun sejauh ini tidak ada tanda-tanda dari mereka yang ingin pergi ataupun pindah dari asrama ini karena semua orang sudah terlalu nyaman tinggal di asrama kartapati. Asrama yang banyak orang bilang merupakan tempat tinggal perantau paling nyaman dengan semua fasilitas yang diberikan serta keramahan dari si pemilik asrama tersebut.             Banyak orang yang ingin tinggal di sana, namun sayang ada keterbatasan kuota penerimaan dalam asrama tersebut dan sekarang sudah sepenuhnya terisi sehingga tidak ada lagi tempat kosong untuk ditinggali.             Berbeda dengan asrama putra yang kamarnya sudah terisi full dengan semua penghuni yang datang dari tempat yang berbeda-beda. Di dalam asrama putri ada satu dari enam kamar yang ada di sana justru dengan sengaja dikosongkan oleh si pemilik asrama karena permintaan putri kandung mereka yang tak lain dan tak bukan adalah Tarisa.             Sebenarnya di waktu dulu sempat ada seseorang yang mengisi kamar tersebut hingga penghuni di asrama putri pun telah full dengan semua kamar yang terisi penuh dan tidak ada lagi kamar kosong yang tersisa di sana. Namun, sang gadis yang menyewa kamar itu sudah lebih dulu keluar dari asrama karena pada waktu itu dia hanya tinggal sementara waktu berdasarkan dengan jangka waktu dari masa kontrak yang didapatkan dari pekerjaannya di kota itu, dan lama masa kontrak yang dia miliki hanya enam bulan saja tanpa perpanjangan waktu lebih lama lagi.             Gadis itu memilih untuk menyewa kamar kosong di dalam asrama kartapati karena jarak dari asrama menuju tempat kerjanya itu tidak terlalu jauh dan bisa dia jangkau hanya dengan berjalan kaki, sehingga rasanya lebih bisa menghemat uang mengingat bahwa bayaran di asrama kartapati pun tidak setinggi asrama pada umumnya. Sehingga pada akhirnya gadis itu benar-benar memutuskan untuk menyewa satu kamar di sana dan tergabung dalam bagian kartapati selama enam bulan lamanya.             Tetapi, ketika masa kontrak dalam pekerjaan gadis itu telah habis pada akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari asrama karena pada saat itu dia belum memiliki pekerjaan baru yang bisa dijadikannya sebagai pegangan lain untuk tetap menetap di asrama itu, dan juga sulit baginya untuk tetap berada di asrama dalam keadaan tidak bekerja. Jika tetap menetap di sana, gadis itu akan butuh mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk satu dan segala hal yang lainnya sebagai bentuk kebutuhannya, namun di sisi lain gadis itu juga tidak lagi memiliki pemasukan yang terhitung cukup untuk menghidupinya selama di sana.             Dia memang memiliki beberapa tabungan dari pekerjaannya yang sebelumnya, namun dia tidak memiliki kepastian apakah setelah ini bisa mendapatkan pekerjaan lagi dalam jangka waktu yang dekat atau tidak. Jika hanya bisa menebak-nebak dan berpegang pada harapan saja, rasanya tidak akan menguntungkan untuk gadis itu. Padahal Pak Karta juga sudah menawarkan untuk tidak apa-apa jika dia ingin tetap menetap dan membayar biasa sewa ketika gadis itu sudah memiliki pekerjaan baru saja.             Tapi rasanya tidak enak jika harus menerima tawaran Pak Karta yang seperti itu, dia jadi merasa diistimewakan dan tidak mau jika hal itu sampai terjadi, lagipula Pak Karta dan Ibu Ana sudah cukup banyak membantunya selama ini. Jika dipikirkan lagi gadis itu juga butuh biaya untuk pengeluarannya yang lain yang mungkin saja tidak pernah dia duga sebelumnya. Yang pasti ada lebih banyak hal negatif daripada positifnya jika dia memilih untuk tetap menetap.             Gadis itu juga sempat bicara empat mata bersama dengan Pak Karta dan Ibu Ana untuk mencari solusi yang tepat karena perbandingan harapannya hanya 50:50 dan tidak ada kepastian di sana. Gadis itu hanya takut jika dia memilih tinggal maka hanya akan menyusahkan banyak orang saja, lagipula tabungan yang sudah dia kumpulkan dari pekerjaan sebelumnya juga masih harus dia tabung dan bawa pulang ke kotanya.             Setelah melewati banyak sekali pertimbangan dan juga mencari solusi dari para penghuni asrama putri yang lain—yang tentunya meminta gadis itu untuk tetap menetap saja dan menerima tawaran Pak Karta, akhirnya gadis itu memilih untuk pergi dari asrama kartapati setalah masa kontrak dari pekerjaannya benar-benar telah habis.             Sayang sekali rasanya harus meninggalkan tempat tinggal yang nyaman seperti asrama kartapati, namun mau bagaimana lagi gadis itu juga tahu bahwa dia tidak bisa egois untuk memikirkan keinginannya sendiri sedangkan dia tidak tahu apa yang akan menunggunya di depan sana. Mungkin lain kali, jika gadis itu kembali diberi kesempatan dan kebetulan masih ada kamar kosong di dalam asrama kartapati, maka dia akan kembali ke sana jika memang ada kesempatan yang bisa dia ambil.             Pada akhirnya, ketika gadis itu benar-benar memutuskan untuk pergi, salah satu kamar dalam asrama putri akhirnya menjadi kosong kembali dan tersisa lima gadis saja yang masih bertahan di sana. Satu di antaranya adalah seorang pekerja tetap di sebuah perusahaan dan empat lainnya adalah seorang siswi dari Sekolah Menengah Atas yang berbeda-beda.             Mereka berlima juga datang dari asal yang berbeda-beda, memiliki karakter yang tentu berbeda-beda pula. Namun, dalam jangka waktu yang tidak bisa terbilang sebentar ini mereka mampu membangun hubungan yang baik antara sesama penghuni asrama putri dalam asrama kartapati.             Jika asrama putra memiliki ikatan yang kuat antar sesama penghuninya, maka asrama putri pun juga seperti itu. Bahkan gabungan dari penghuni asrama putra dan juga putri memiliki ikatan pertemanan yang juga sama baiknya. Semua hal yang ada di asrama ini benar-benar terasa amat sangat positif.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD