Salah-4

822 Words
"Kamu kenal Alex? Kok nggak bilang ke aku?" tanya Alya dengan antusias. Tentu saja, siswi-siswi sangat mengidolakan Alex. Alya salah satunya. "Enggak." "Tapi, tadi dia--" "Kamu dengar sendiri kan tadi, kalau dia juga tahu namaku tadi pas kamu panggil aku." "Dia kayaknya suka sama kamu deh, An. Terima aja kalo dia nembak kamu!" saran Alya. "Apa menariknya dia, sih? Kenapa kalian cewek-cewek pada tergila-gila sama dia?" Ana memang tidak habis pikir dengan jalan pikiran teman-temannya yang begitu mengidolakan Alex. "Dia emang badung, tapi pesonanya itu lho, An ...." Mata Alya menerawang membayangkan sosok Alex. "Pikirin sekolah, jangan pikirin cowok mulu!" "Ah, Ana nggak asyik! Oh, ya. Tadi kalian lagi ngapain?" "Nggak ngapa-ngapain. Tadi pas aku mau ke sini, aku liat dia lagi berdiri di depan pintu. Kemarin juga ketemu di sini. Pas upacara, dia pura-pura sakit," jelas Ana. "Hhhhh, Ana ... salamin ya, kalo ketemu." Ana hanya geleng-geleng kepala dengan perkataan temannya itu. *** Sepanjang jam pelajaran, Alex terus memikirkan bagaimana caranya mendekati Ana. Sikap Ana yang tak acuh padanya membuatnya penasaran, hingga Alex merasa tertantang untuk meluluhkan hati gadis itu. Alex berjanji akan membuat Ana jatuh cinta padanya, bagaimanapun caranya. Ia yakin, meskipun butuh perjuangan, Ana tetaplah perempuan yang akan luluh pada lelaki sepertinya. Bel pulang berbunyi. Alex segera memasukkan semua alat tulis ke dalam tas. Ia akan memulai aksinya siang ini. "Tumben lo buru-buru?" tanya Erik melihat sikap tidak biasa Alex. "Gue mau nungguin cewek PMR di gerbang. Siapa tahu, dia mau gue antar pulang. Biar gue tahu rumahnya," jawab Alex setelahnya ia memainkan kedua alisnya jenaka di hadapan Erik. "Ck, yang penting jangan sampai lo hancurin masa depan anak orang!" Untuk kesekian kalinya Erik mengingatkan Alex. Tetapi yang diingatkan seperti biasa, tidak mengindahkan ucapannya. Anak itu berdiri, kemudian berjalan dengan cepat menuju di mana mobilnya berada. *** Alex sudah berdiri menyender di mobilnya di depan gerbang sekolah. Matanya berkeliling mencari sosok Ana, hingga akhirnya terlihatlah gadis itu berjalan seorang diri keluar gerbang. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Alex segera berlari men-dekati. "Hai," sapa Alex. Yang disapa masih saja bersikap cuek padanya. "Lagi nungguin siapa? Gue antar, yuk!" Alex menawarkan diri. "Ada apa sih sama kamu? Kita kenal juga enggak, tapi kamu gangguin aku terus?!" protes Ana dengan kesal. "Aku kenal kamu, nama kamu Ana." "Itu juga kamu tahu dari temenku. Hanya itu kan, nggak lebih?!" Ana masih bersikap dingin pada Alex. "Makanya kenalan, aku ingin kenal kamu. Ingin dekat sama kamu. Aku antar pulang, yuk!" "Maaf, aku udah pesan takai online." "Cancle aja! Sama aku aja, yuk! Gratis kalo aku yang antar," bujuk Alex. "Maaf, aku bukan cewek-cewek yang mengidolakan kamu, yang dengan senang hati akan menerima tawaranmu," tolak Ana. Tadi memang Ana sudah mendengar cerita dari Alya tentang Alex. Alex diam, tetapi dia tidak akan menyerah. Tak berselang lama, taksi pesanan Ana tiba. Tanpa pamit pada Alex, gadis itu langsung masuk ke taksi itu. Alex tidak kehabisan akal. Ia putuskan untuk mengikuti taksi yang ditumpangi Ana, agar tahu di mana rumah gadis yang sudah mencuri hatinya. *** Sesampainya di depan gerbang rumahnya, Ana segera turun. Ketika ia akan masuk ke pekarangan rumah, Alex membunyikan klakson mobil. Sontak, gadis itu langsung melihat ke asal suara itu. Ana menggeram, saat si empunya mobil keluar dari mobil, kemudian berjalan mendekatinya. "Ada apa lagi, sih?!" bentak Ana. "Galak banget, sih ... gue pengin main ke rumah lo ... gue ikut masuk ya ...." Malas berdebat, akhirnya Ana membiarkan mobil Alex masuk. Setelah turun dari mobil, Alex mengikuti Ana masuk ke rumah. Tanpa dipersilakan, lelaki itu duduk di kursi ruang tamu. "Ada minuman dingin, nggak? Haus, nih," ucap Alex tanpa basa-basi. "Dasar nggak sopan!" Ana berjalan menuju kamarnya setelah sebelumnya ia meminta tolong pada ART-nya yang bernama Bik Tinah untuk membuatkan minum untuk Alex. Bik Tinah membawa nampan berisi satu gelas minuman dingin. Ia meletakkan minuman itu di meja, di depan Alex. "Makasih, Bik," ucap Alex. "Sama-sama, Mas." "Kok sepi ya, Bik? Lagi pada ke mana?" "Ibu sama Bapak lagi pergi urusan bisnis, Mas. Mbak Ana sudah biasa ditinggal sendiri." "Oh ...." Alex hanya beroh saja, ternyata kehidupan Ana sama seperti dirinya. Setelah itu, Bik Tinah meninggalkan Alex untuk kembali ke dapur menyelesaikan pekerjaannya. Ana kembali ke ruang tamu, kemudian duduk di sofa single yang berada di sana. "Sekarang kamu mau ngapain?!" tanya Ana masih dengan nada ketusnya. "Mau ngelamar kamu," jawab Alex yang sudah merubah kata lo jadi kamu. "Ck, kamu bercanda terus." "Dan kamu bawaannya serius." "Karena aku malas harus bercanda sama orang yang nggak aku kenal." "Kamu ... kita udah kenalan, loh. Aku bela-belain ngikutin kamu." "Dan aku nggak memintanya." "Iya, itu memang aku yang mau. Aku pengin jadi temen kamu. Kita senasib, An ...." "Senasib? Maksud kamu?" tanya Ana dengan alis berkerut. "Sama-sama jadi korban bisnis. Orang tua aku juga sibuk. Mereka sering pergi ninggalin aku. Kayak sekarang, makanya aku malas di rumah." Ana diam tak menanggapi. "Aku mau kita berteman. Siapa tahu, kita bisa sama-sama menghilangkan rasa kesepian kita." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD