Salah-7

809 Words
Bibir Alex masih menempel di bibir Ana. Sesekali Alex menggigit bibir gadis di depannya itu. Ini adalah pengalaman pertama bagi Ana. Tentu saja, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Tangan Ana meremas baju Alex saat Alex belum juga mau melepas tautan bibirnya. "Engh ...," lenguh Ana. Merasa jika Ana kehabisan napas, Alex segera menjauhkan bibirnya. Mata Ana masih memejam dengan napas memburu. Begitupun dengan Alex. Hanya saja, ia tidak memejamkan matanya. Namun, asyik memperhatikan gadis yang baru saja diciumnya. "Buka matamu!" pinta Alex dengan suara berbisik. Perlahan Ana membuka mata. Begitu matanya bertemu dengan mata Alex, Ana langsung memeluk erat tubuh Alex. Menyembunyikan wajahnya di depan d**a Alex karena rasa malu yang menderanya. Alex pun membalas pelukan Ana. "Kenapa?" tanya Alex. "Malu ...," jawab Ana masih belum mau mengangkat wajahnya. "Kenapa malu? Apa ini first kiss kamu?" Malu-malu Ana mengangguk dalam pelukan Alex. "Mau lagi?" bisik Alex tepat di telinga Ana. Bukannya menjawab, Ana justru melayangkan tinjunya di lengan Alex. Alex tidak berhenti. Ia meniup telinga Ana berulang kali hingga akhirnya Ana memilih untuk melepaskan pelukannya di tubuh Alex. Karena kejanggalan dalam tubuh yang tadi sempat ia rasakan, mulai ia rasakan kembali. "Aku mau pulang, kalau kamu nggak mau antar, aku pulang sendiri juga nggak apa-apa." "Kamu ngambek?" "Ih ... siapa juga yang ngambek?! Kalau kamu capek, aku nggak apa-apa pulang sendiri." "Enggak! Ayo, aku antar kamu!" Ana mengambil tas yang ia taruh di sofa. Saat ia sedang menunduk, satu kecupan berhasil Alex curi di pipinya. *** Setelah mengantar Ana, Alex langsung kembali ke rumahnya. Masuk ke rumah, Ana langsung berlari menuju kamar. Saat akan menaiki tangga, ada Bik Tinah sedang mengelap meja kaca yang berada di samping tangga. "Hai, Bik," sapa Ana. "Iya, Mbak ... Mas Alex-nya nggak mampir, Mbak?" "Enggak, Bik. Langsung pulang orangnya. Aku ke kamar dulu ya, Bik," pamit Ana. "Iya, Mbak." Di dalam kamar, Ana langsung merebahkan tubuh di ranjang. Senyum tersungging di bibirnya. Mengingat apa yang baru saja terjadi di rumah Alex, tangannya refleks meraba bibirnya. Ciuman pertama yang sangat berkesan untuknya. Seolah Alex berada di depannya, pipinya merona karena malu. Ana membalikkan badan menyembunyikan wajah ke bantal. *** Esoknya, seperti biasa Alex menjemput Ana. Tidak ada rasa canggung sedikit pun, begitu Bik Tinah membuka pintu, Alex langsung masuk ke rumah Ana. "Ana udah siap, Bik?" tanya Alex. "Masih di kamarnya, Mas." "Aku nemuin Ana ya, Bik." "Iya, Mas," jawab Alex, kemudian melenggang ke kamar Ana. Di depan kamar Ana, Alex menurun-kan handle pintu. Tidak dikunci. Alex langsung masuk, kemudian menunggu Ana di depan kamar mandi. Hari ini Alex memang menjemput Ana lebih pagi dari biasanya. Begitu suara pintu terdengar, Alex tidak bergerak sedikit pun. Ia berniat untuk mengejutkan Ana. Gadis itu berjalan ke arah lemari, tiba-tiba kedua tangan Alex melingkari tubuh Ana. Ana menjerit karenanya. "Sssst, jangan menjerit! Nanti dikira Bik Tinah aku ngapain kamu," tegur Alex. "Ya, maaf ... lagian, ngapain kamu ngagetin aku?" "Aku pengin kasih kejutan buat kamu. Dan berhasil! Kamu terkejut." "Hhhhh, tumben pagi banget kamu ke sini?" "Iya, aku kangen banget sama kamu. Dari kemarin, aku pengin cepet-cepet pagi. Biar bisa ketemu sama kamu." Tangan Alex masih melingkari tubuh Ana. Sesekali Alex menciumi leher Ana yang terbuka. Ana memejamkan mata. "Please, Lex ... jangan begini ...." "Kenapa?" Ana membalikkan badan. Sehingga kini ia berhadapan dengan Alex. "Aku merasakan hal yang aneh ketika kamu melakukannya." "Hal aneh apa?" "Aku tidak tahu. Pokoknya perasaan yang tidak pernah aku rasakan." "Gimana kamu pernah merasakan, pacaran aja nggak pernah," cibir Alex. "Nggak usah ledek aku, deh, kamu," protes Ana dengan wajah cemberut. Alex menghapus jarak lagi di antara mereka. Tangannya sudah melingkari tubuh Ana. Tubuh mereka menempel ketat. "Lex ... please ...," mohon Ana agar Alex menjauhkan tubuhnya. Namun, bagi Alex itu seperti suara yang mengomando agar ia tidak berhenti di situ. Lagi. Alex menempelkan bibirnya di bibir Ana. Dengan lidahnya ia memaksa Ana untuk membuka mulut. Ana sudah tidak bisa lagi menolak, karena tubuhnya kini terasa bagai tanpa tulang. Kakinya lemas. Bahkan jika tangan Alex tidak menopangnya, sudah dipastikan tubuhnya akan luruh ke lantai. Alex memberanikan diri untuk menelusupkan tangannya ke dalam jubah mandi yang dipakai Ana. Ana ingin menolaknya, tetapi Alex makin memperdalam ciumannya. Tangan Ana juga tak dibiarkan bergerak oleh Alex. Alex kini sudah berhasil membelai tubuh polos Ana dengan tangannya. Tali jubah mandi Ana pun kini telah terlepas. Ia melepaskan ciumannya. Matanya tertuju pada pemandangan indah di depannya. Ana memejamkan mata. "Kenapa kamu melakukannya?!" tanya Ana, air mata sudah membasahi pipinya. "Karena aku sayang kamu. Kamu juga sayang, kan, sama aku?" Alex balik bertanya. Ana mengangguk. "Kalau begitu, kamu tidak perlu takut dengan apa pun. Apa yang aku lakukan, itu bukti kalau aku sangat menyayangi kamu. Kamu percaya, kan?" Ana mengangguk lagi. Ia melingkarkan tangannya kembali di tubuh kekasihnya itu. Alex pun demikian. Ia dekap tubuh Ana. Tangannya membelai tubuh Ana di balik jubah mandinya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD