Patri sedang ngulek bumbu pecel di dapur. Ia mendapatkan pesanan besar bumbu pecel dari tetangganya, Bu Sutarni. Parmi, Puput, Pipit ikut membantu. Ketiga putri tertua dari pasangan harmonis Patri dan Janu itu kebagian menggoreng kacang dan mengiris bumbu. “Sudah lama banget ya Mas Djat pergi,” celetuk Pipit, anak ketiga. “Baru juga 4 bulanan,” jawab Parmi yang tertua. “Kok kita belum dapet kiriman apa-apa sih? Jangankan uang jajan, siomay, batagor, cireng juga ga ada.” Kini Puput mulai ikut menggerutu. Ia mencacah bawang merah yang sedang diirisnya dengan kesal, membuat jus dari benda yang diirisnya itu menyerbak kemana-mana dan membuat air mata Puput mulai mengalir. “Udah… Jangan nangis,” sela Patri. “Siapa juga yang nangis. Ini gara-gara bawang merah yang diiris nih,” elak Puput