Bab 01
Briana yang bermain handphone di ruang tengah rumah mereka yang sederhana dan memang semenjak Papa meninggal. Mereka pindah ke rumah yang lebih kecil dan agak sempit. Briana yang bekerja sebagai SPG di salah satu dealer otomotif dan juga mendapatkan uang bulanan dari Mama, yang bekerja sebagai sektretaris, tetap tidak membuat hidup Briana susah.
“Bri!” Arum memanggil putrinya, yang masih asik bermain handphone dengan memakai celana pendek dan tank top yang ketat melekat di tubuh Briana.
“Hmm…” jawab Briana tanpa mau melihat pada ibunya itu.
“Mama mau menikah.”
Briana segera duduk dan menatap Mamanya dengan tatapan tidak percayanya, kalau Mamanya itu mau menikah. Briana meletakan tangannya di kening mamanya, dan tidak panas. Berarti mamanya tidak sakit.
“Mama bercanda?” tanya Briana.
Arum mendengkus. “Memangnya kelihatannya sekarang Mama bercanda begitu? Mama tidak bercanda, kalau Mama mau menikah lagi. Kamu harus kenal calon suami Mama. Dia itu tampan, kaya raya, dan hidup kita bakalan terjamin lagi. Kamu nggak usah kerja lagi, buat susah aja.” Ucap Arum.
Briana mendengar itu tersenyum tipis, memang Briana ini dilarang kerja oleh Mamanya, tetapi, tetap saja Briana mau kerja. Briana itu sudah dewasa. Tidak mungkin ia bergantung terus pada orang tuanya. Apalagi semenjak Papa meninggal, keuangan mereka tidak seperti dulu lagi. Yang baik dan tidak ada masalah.
“Ma, Briana tetap mau kerja. Lagian Briana senang kerja kok. Dan pekerjaan Briana nggak terlalu berat, terus, kalau Mama mau menikah. Lelaki itu baik dan cinta nggak sama Mama?” tanya Briana. Walau Briana ini bukan anak kandung Arum dan Almarhum Ardika, tetapi dia dia sudah seperti anak kandung. Karena Briana adalah anak adik kandung Arum, yang meninggal karena kecelakaan saat Briana berusia tiga tahun.
Semenjak itu Briana diasuh oleh Arum dan Almarhum Ardika. Dan mereka selalu memberikan yang terbaik untuk Briana.
Arum mengibas tangan. “Halah! Kamu tidak usah kerja. Lagian, kalau Mama memang jadi menikah dengan calon Papa tiri kamu itu. Kamu bakalan hidup terjamin, jangan hidup susah dengan belanja pizza satu aja.” Ucap Arum membuat Briana mendengar itu tertawa kecil, lucu sekali mendengar ucapan Mamanya ini.
“Nanti malam Om Jeremy bakalan ke rumah. Kamu nggak usah keluar dulu,” ucap Arum diangguki oleh Briana.
“Siapa Mamaku sayang. Mama harus dandan cantik ketemu sama calon suami.” Briana berucap menggoda.
“Mama dandan cantik? Mama pengennya telanjang depan calon Papa tiri kamu itu!”
“Mama!” teriak Briana membola.
Arum tertawa kecil. “Bercanda. Tapi, goyangan calon Papa kamu itu mantap Briana, lebih mantap dibanding goyangan mendiang Papa kamu. Maafkan aku, Mas, kamu pasti malu ceritain aku di surga sama teman-teman kamu. Tapi aku ini wanita normal butuh kepuasan batin juga.” Arum memasang tampang bersalahnya.
Briana menggeleng, sudah tidak heran dengan sifat mamanya yang satu ini. Blak-blakan tentang hal yang berbau dewasa. Dan sudah terbiasa dengan hal itu. Bahkan yang mengajarkan Briana memakai pakaian seksi adalah ibunya ini. Ibunya selalu mengatakan kalau untuk memperlihatkan lekukan tubuh yang indah, karena sayang kalau disembunyikan.
“Mama mau luluran dulu. Kamu nggak usah kerja hari ini. Kalau perlu berhenti aja. Sebentar lagi kita bakalan jadi orang kaya lagi.” Ucap Arum.
Briana tertawa kecil. “Ma! Yang kaya raya itu calon suami Mama. Bukan kita. Jadi, Briana mau kerja. Nanti kalau suami Mama diambil orang atau Tuhan. Dan kita udah enak-enak nggak kerja, terus kembali kerja. Ngeluh dan merasa capek. Jadi, lebih baik biasakan dari sekarang kerja.” Tutur Briana.
“Kamu ini! Jangan sampai suami Mama diambil Tuhan dong. Nggak mau Mama nanti kayak mendiang Papa kamu, dia ninggalin hutang sama kita. Terus kita bayar semua hutang-hutangnya dan luntang lantung di sini.”
Arum itu tidak pernah mau hidup miskin, dia dulu menerima suaminya karena kaya raya. Eh! Saat suaminya meninggal malah jatuh miskin.
“Terus kalau diambil orang gimana Ma?”
Mama menyeringai. “Briana, kamu tahu pernikahan itu tidak sesetia yang sering dilihat. Kalau dia diambil orang. Mama minta uang yang banyak. Biar Mama tetap hidup enak. Ahh! Sudahlah. Kamu mau ikut Mama luluran nggak?” tawar Arum.
Briana menggeleng, “nggak usah Ma. Lagian yang mau menikah dan bertemu calon suami Mama nanti malam itu Mama, bukan Briana. Jadi untuk apa luluran.” Tolak Briana.
“Biar cantik dong. Biar dia tahu, kalau Mamamu yang cantik aduhay bohay melehoy ini punya anak yang cantiknya luar biasa.” Ucap Mama mengibaskan rambut ke belakang penuh percaya diri.
Briana tertawa kecil. “Mama ini. Ya sudah, Briana luluran sendiri saja. Briana ke kamar dulu.” Ucap Briana beranjak dari ruang tengah menuju kamarnya.
Arum melihat Briana menjauh tersenyum manis. “Cantik banget anak gue. Briana harus dapat suami kaya raya dan bule nanti!” Ucap Arum, menuju kamarnya.
Briana yang berada dalam kamar, menatap pada ponselnya, dan melihat pesan yang dikirim di pesan grup. Lena— teman kerjanya, memamerkan tas Hermes yang baru dibeli olehnya. Bukan dia yang beli, tapi lelaki yang menjadi sugar baby-nya.
[Bener-bener taji Om Evan! Lihat, gue dibelikan tas Hermes harga dua ratus lima puluh juta! Bri! Nggak minat cari sugar daddy? Serahin aja keperawanan sama yang mau bayar lebih. Dibanding sama lelaki nggak jelas!]
[Bener! Apa yang dikatakan Lena itu Bri, kamu itu putusin aja Marko, nggak guna sih. Modal jemput dan antar kerja doang pakai motor butut! Kamu mending jadi sugar baby. Udah jelas dapat yang mapan!]
Briana membalas pesan itu dengan rasa kesalnya, mereka mengejek Marko, lelaki yang sudah menjalin hubungan dengannya selama enam bulan. Walau Mamanya tidak setuju, tapi dia tetap menjalin hubungan dengan Marko.
[Nggak! Aku masih menjaga keperawanan gue!]
[Halah! Nggak perlu menjaga keperawanan Bri! Punya sugar daddy itu enak. Lo harus coba! Nanti malam kita kumpul di klub malam gimana?]
[Nggak dulu deh! Nyokap gue mau kawin lagi, nanti malam mau ketemu calon lakiknya]
[Njirt! Nyokap lo mau nikah lagi! Mantap! Dan lo sebagai anak tiru itu nyokap lo, carinya pasti lelaki kaya bukan kere! Dan lo bisa aja beruntung nanti, main aplikasi untuk narik perhatian lelaki kaya. Bisa aja dinikahin!]
[Gue tetap mau nikah sama Marko!]
[Pret! Cowok miskin jangan diharapin. Yang miskin itu biasanya suka banyak tingkah. Awas nanti dia selingkuh!]
Briana membaca pesan itu cemberut dan mana mungkin Marko selingkuh darinya! Marko cinta padanya. Dan Briana tidak akan mencari Sugar Daddy!