Briana yang duduk di kursi meja makan, dengan menatap handphone nya berharap dapat balas pesan dari kekasihnya Marko. Yang dari tadi siang ia mencoba untuk menghubungi dan tidak ada balasan bahkan panggilan teleponnya pun tidak diangkat oleh Marko.
“Kamu kenapa kayak orang galau gitu hah?” tanya Arum menatap pada cermin dan melihat penampilannya yang sudah sempurna atau belum. “Kamu mending tinggalin aja itu Marko. Nggak guna. Udah miskin malah tukang selingkuh!” Lanjut Arum tanpa melihat pada Briana.
“Ma! Jangan bicara seperti itu tentang Marko. Dia mana mungkin selingkuh.” Ucap Briana.
Arum mencibir mendengar penuturan putrinya barusan. Arum mendengar pintu rumah diketuk dengan cepat Arum berjalan menuju pintu rumah lalu membuka pintu rumah dan tersenyum manis melihat siapa yang datang.
“Ayo, masuk ke dalam. Di dalam ada putriku.” Arum menarik tangan Jeremy membawanya masuk ke dalam rumah.
“Briana! Briana!”
Briana mendengar teriakan ibunya menghela nafas kasar, lalu menghentak kaki berjalan menuju ruang tengah. Mata Briana bertemu dengan mata lelaki yang berdiri di samping ibunya. Briana melotot dan menatap pada ibunya. Bertanya pada ibunya melalui tatapan.
Ini calon suami Mama?
Arum tersenyum. “Briana, ini kenalkan Jeremy, calon Papa tiri kamu. Jeremy, ini kenalkan putriku yang selalu aku cerita. Bri! Cepat salam sama Om Jeremy.”
Briana mengulurkan tangannya, lalu menyalami tangan Jeremy. Jeremy menyambut uluran tangan Briana, dan tersenyum manis pada Briana.
“Jeremy, salam kenal Briana. Mudahan kita bisa dekat.” Kata Jeremy tersenyum.
Briana mengangguk, dan menatap salah tingkah. Karena calon suami mamanya ini, memang terlihat lelaki kaya raya, tampan, dan kalau digambarkan seperti Massimo yang membuat Laura menjadi kelonjotan saat rudal Massimo masuk ke dalam lubangnya.
Ya Tuhan! Apa yang dipikirkan oleh Briana sekarang? Jangan berpikiran hal seperti itu pada calon ayah tirinya ini.
“Jeremy, kita makan malam sekarang. Aku sudah masak yang banyak untuk kamu. Dan Briana, setelah makan malam. Kamu boleh keluar sebentar. Mama lihat kamu gelisah,” ucap Arum.
Briana tersenyum senang dan segera berlari menuju meja makan kembali. Briana mengambil makanannya dengan cepat membuat Arum menggeleng pelan.
“Bri! Kamu yang tenang dong makannya. Kamu nggak malu dilihat sama calon suami Mama.”
Briana menatap pada Jeremy yang tersenyum padanya. Briana salah tingkah dan menunduk. Dia memakan makanannya sepelan mungkin, layaknya puteri kerajaan yang makan dalam perjamuan mewah.
“Bri, Mama dan Om Jeremy bakalan menikah tiga hari lagi.”
Briana mendongak dan menatap ibunya dengan pandangan mata sangat terkejut sekali mendengar apa yang dikatakan oleh mamanya.
“Kenapa cepat sekali? Memangnya semuanya sudah siap?” Tanya Briana.
Arum tertawa kecil. “Kami cuman menikah di gereja tanpa pesta pernikahan Bri. Kamu tahu, kalau Om Jeremy ini juga duda. Jadi, setelah menikah nanti kita bakalan pindah ke rumah Om Jeremy. Kamu nggak keberatan ‘kan?” Tanya Arum.
Briana menggeleng pelan. Apa mau dikata oleh dirinya, lagian itu demi kebahagiaan mamanya, jadi, Briana ngikut saja apa yang dilakukan oleh mamanya itu.
“Briana nggak keberatan kalau mau pindah ke rumah Om Jeremy. Kan Mama sama Om Jeremy bakalan nikah.” Ucap Briana tersenyum manis pada ibunya.
Jeremy masih memperhatikan dalam diam Briana. Sangat cantik sekali. Ternyata Arum tidak berbohong, kalau Briana, putrinya Arum memang cantik. Arum saja sangat cantik.
Arum mengulum senyum. “Nanti kamu temui itu Marko dan minta putus sama Marko. Kamu yang cantik begini itu, pantasnya sama yang kaya raya dan tampan. Bukan malah sama pemuda nelangsa nggak tahu arah kayak begitu.”
Briana tersenyum tipis matanya bertemu dengan mata calon Papa tirinya yang masih menatapnya dengan dalam. Briana melihat ke arah lain, dan menjadi salah tingkah karena dilihat oleh calon Papa tirinya itu.
“Marko? Lelaki yang kamu ceritakan, katanya selingkuh dari putrimu ya?” Jeremy menoleh ke samping dan menatap wajah cantik namun sudah mulai kendur milik Arum.
Arum mengangguk. “Iya, dia itu pemuda miskin. Kamu tahu nggak? Kalau dia itu minta dibelikan bensin ke Briana, padahal dia yang mau jemput Briana. Nggak modal. Makanya aku nggak setuju Briana sama dia. Lebih baik Briana sama yang lain saja. Kamu ada rekan bisnis nggak? Jodohin sama Briana.”
Jeremy menatap kembali pada Briana. “Nggak tahu. Itu terserah ke Briana saja. Ahh… kita setelah ini bukannya mau–”
Jeremy menggantungkan kalimatnya. Dan mengusap paha Arum. Arum tersenyum, dan sudah tahu maksud dari calon suaminya itu.
“Bri! Kamu sudah selesai makannya? Lebih baik pergi sekarang temui Marko. Dibanding kamu gelisah terus. Nggak tenang kayak gitu.” Ucap Arum, dan sudah menggesek pahanya. Dan dia sudah mulai terangsang dengan jari panjang Jeremy yang perlahan mulai naik ke area intimnya.
Briana mengangguk, dia bisa melihat betapa gelisahnya ibunya sekarang. Tanpa sadar mata Briana menatap pada celana Jeremy, dan menelan salivanya melihat celana lelaki itu menyembul dan bagaimana milik Jeremy yang panjang dan begitu besar.
Ahh… melihat dari balik celana saja sudah bisa ditebak oleh Briana. Bagaimana kalau melihatnya secara langsung. Briana menggeleng, apakah pria matang memang menggoda dan miliknya besar dan panjang?
Sehingga kedua temannya suka sekali menjadi sugar baby dan menyerahkan keperawanannya pada lelaki yang lebih dewasa.
Apa yang dipikirkan oleh Briana? Kenapa Briana, ingin mencari sugar daddy setelah melihat sembulan dari calon papa tirinya.
Jeremy menatap di sebalik matanya. Dan menyeringai pelan, ia fokus pada Arum yang sudah mulai duduk di pangkuannya sekarang. Jeremy memegang pinggang Arum, berkata untuk tahan dan jangan terlalu agresif.
Briana yang masih belum keluar, ia menatap pada mamanya dan calon ayah tirinya yang sudah setengah telanjang. Dan Briana bisa melihat punggung kekar calon ayah tirinya.
Briana tidak bermaksud mengintip. Hanya penasaran saja, dan bagaimana panasnya lelaki matang itu menyentuh Ibunya. Briana jadi berkeringat sendiri, dan mengusap keringatnya berulang kali.
Briana berjalan cepat meninggalkan rumahnya yang kecil itu. Dan harus menemui Marko yang sedari tadi tidak membalas pesannya.
Kemana lelaki itu?
Mengabaikan sejenak tentang pemikiran Briana yang mau mencari sugar daddy, agar bisa memiliki pria matang yang membuatnya puas dan memberinya uang banyak.
EHH?!!