Sore itu, Briana duduk di ruang keluarga sambil mengelus perutnya yang mulai membesar. Jevian sedang bermain di atas karpet dengan beberapa mainannya, tertawa kecil setiap kali mainan berbentuk bola meluncur ke arahnya. Namun, perhatian Briana justru tertuju pada putrinya, Lolita, yang duduk di sofa dengan wajah lesu. Gadis remaja itu sejak tadi hanya menatap ponselnya tanpa ekspresi. Jarinya tidak lagi lincah mengetik pesan seperti biasanya. Sesekali, dia mendesah keras, seakan ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Briana mengerutkan kening. Ini tidak seperti Lolita yang biasanya ceria. Pelan, Briana mendekati putrinya dan duduk di sebelahnya. "Lolita, ada apa sayang?" tanyanya lembut. Lolita tidak langsung menjawab. Dia hanya menghela napas kasar, kemudian menyandarkan k