Author’s POV
Sore ini Ami mandi lebih lama dari biasanya. Dia menuruti semua saran dua sahabatnya yang memintanya untuk sedikit lebih agresif dalam menghadapi suami yang gengsinya segedhe pesawat dan setinggi monas. Selepas makan pizza dan berbincang banyak hal, Luna mengajaknya berbelanja keperluan wanita, mulai dari lulur sampai parfum. Inilah yang menyebabkan Ami lama mandi, dia tengah mengoles tubuhnya dengan lulur bearoma strawberry yang begitu menenangkan.
Seusai mandi, Ami menyemprotkan body mist yang wanginya begitu menenangkan bagai aroma therapy, tapi di saat yang bersamaan ada aroma s*****l yang menyeruak dan diharapkan mampu memikat Liam untuk lebih tertarik padanya. Membayangkan apa yang akan dilakukan nanti malam sudah membuat Ami gugup dan deg-degan tak karuan.
Setelah selesai sholat Isya, Liam memilih menonton DVD. Dia pilih film begenre komedi agar pikirannya yang sempat ruwet meratapi kisah cintanya dengan Lalisa yang berakhir tragis, kembali menjadi fresh dan jernih. Ami di dalam kamar mandi sudah bersiap berganti lingerie. Tanpa sadar sudah lima belas menit Ami berada di dalam dan dia masih sibuk menantang dirinya sendiri, berani nggak? berani nggak? berani? Nggak? berani? Ini sama sekali bukan keputusan mudah. Yang dia takutkan, bagaimana jika Liam sama sekali tidak meliriknya? Bagaimana jika Liam malah menertawakan tingkah konyolnya yang berani mengenakan lingerie super duper seksi? Bukankah ini sama saja dia merendahkan diri sendiri? Dan Liam akan semakin gencar membullynya dengan menyebutnya cewek m***m.
Dia teringat kata-kata Henry yang mengatakan bahwa Liam tak akan membully atau menertawakannya, justru Liam akan sangat menyukainya dan memusatkan perhatian pada tubuh Ami. Ami memantapkan hati untuk mengganti pakaiannya dengan lingerie pilihan sahabatnya itu. Ini semua ia lakukan untuk memberi Liam pelajaran.
Pintu kamar mandi terbuka. Liam tak bergeming dari sikapnya. Tatapan matanya masih tertuju pada layar. Ami melangkah perlahan. Keraguan kembali menyergap. Baru saja dia hendak berbalik menuju kamar mandi, Liam menoleh padanya. Liam begitu terperanjat melihat Ami mengenakan lingerie yang begitu seksi dan mini. Matanya sampai tak berkedip. Ditelisiknya setiap lekuk tubuh Ami yang terpahat sempurna. Liam tak menyangka, di balik penampilan maskulin Ami, dia memiliki tubuh yang seksi. Model lingerie yang seksi abis ini benar-benar mengeksplore keindahan tubuh Ami. Liam menelan ludah. Gengsi masih merajai pikirannya. Dia tak mau menunjukkan ketertarikannya meski fantasi liarnya terus berkelana. Rasa-rasanya dia ingin menerkam tubuh Ami saat itu juga.
“Kenapa lo lihatin gue? Tertarik?” Ami menaikkan sebelah alisnya. Sejujurnya dia malu dan gugup ditatap sedemikian lekat oleh suaminya. Tapi demi memberikan pelajaran untuk Liam, dia tahan rasa malunya dan dia berusaha untuk tampil percaya diri.
Liam terkekeh dan melayangkan tatapannya ke arah lain.
“Nggak usah GR lo. Lo mau dibalut pakaian semini apapun, gue nggak bakal tertarik.”
Sesaat terngiang perkataan Henry.
Mi kalau misal nanti Liam bilang kalau dia nggak tertarik atau dia bully lo, percaya ama gue, itu cuma akal-akalan dia aja buat nutupin ketertarikannya.
“Gue juga nggak peduli lo tertarik ama gue apa nggak. Gue cuma lagi pengin nyobain lingerie pemberian Luna. Lagipula cuacanya kan gerah.” Ujar Ami lebih percaya diri dari sebelumnya.
Liam masih menatap layar, sekuat tenaga ia kendalikan diri untuk tidak menoleh Ami.
“Ngeles lo. Lo lagi mancing gue kan? Cuaca gerah dijadiin alasan. Kan bisa nyalain AC?” Liam memencet remot AC dan menurunkan suhu ruangan.
Ami yang mengenakan lingerie tipis dan transparan merasakan dingin yang mencekam. Ami bersedekap.
“Kenapa lo turunin suhunya?” Ami melirik Liam tajam.
“Lo tadi bilang cuacanya gerah.” Liam sedikit nyolot.
“Ya udah gue ganti baju dulu yang lebih tebel.” Ami melangkah menuju lemari. Tatapan mata Liam terus mengikuti. Sumpah, apa yang terpampang di depannya benar-benar godaan untuk Liam.
“Nggak usah ganti.” Liam menutup mulutnya, keceplosan.
Ami melirik Liam dan tersenyum, “lo suka ya?”
“Nggak!” Jawab Liam singkat membuang muka.
Ami tertawa dalam hati. Dia tahu Liam sudah mulai tertarik padanya, ya mungkin baru pada tubuhnya. Ami mendekat ke arah kulkas, membuka pintunya dan seketika ia teringat perkataan Luna.
“Jangan lupa Mi, pancing dia dengan gerakan e****s dan seksi. Tonjolin bagian-bagian yang kira-kira bisa merangsang dia. Misal d**a lo dan ini.” Plak... Luna menepuk pantatnya.
Ami menurutinya. Dia menundukkan badannya untuk mengambil apel yang ada di bawah. Pinggangnya menekuk dengan sudut 90 derajat. d**a Liam kembang kempis melirik tali G-string yang tercetak jelas di lingerie transparan yang Ami kenakan. Dan bagian belakang tubuh Ami yang paling kenyal itu terlihat begitu sintal. Lagi-lagi Liam menelan salivanya. Ia rasakan celananya semakin menyempit.
Ami menutup kembali pintu kulkas setelah ia mengambil sebuah apel. Dia melirik Liam. Liam salah tingkah karena kepergok menatap Ami begitu lekat. Liam mengalihkan pandangannya ke arah lain.
kata-kata Henry melintas kembali di benaknya.
Mi coba perhatiin bagian depan celana Liam. Ada tonjolan nggak? Kalau ada sesuatu yang menonjol cukup jelas, itu artinya dia udah tegang. Lo tinggal tunggu aja. Dia bakal melakukan serangkaian pendekatan, mungkin juga menyentuh lo perlahan. Saat dia lagi mupeng-mupengnya, lo dorong dia ampe keluar kamar. Langsung saja tutup pintunya dan kunci dari dalam.
Ami menyuci apel itu dengan air kran yang mengalir dari wastafel. Diam-diam Liam kembali mencuri pandang ke arah Ami, menikmati setiap jengkal tubuh istrinya yang dibalut lingerie transparan.
Ami duduk di sofa lain sebelah sofa yang ditempati Liam. Ia silangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya mengekspose paha mulusnya. Liam serasa kejang saat itu juga. Gairahnya makin tak tertahan. Rasanya panas dingin tak menentu, cenut-cenut nggak karuan. Meski ia sudah menurunkan suhu ruangan, dia justru merasa gerah dan pikiran ngeresnya sudah melanglangbuana kemana-mana.
Liam merasa aneh. Ia tak pernah merasakan desiran sehebat ini saat melihat perempuan mengenakan pakaian seksi, termasuk juga pada Lalisa. Atau mungkin karena statusnya dan Ami yang sudah halal yang membuat Liam tak bisa mengendalikan hawa nafsunya.
Mata mereka beradu. Pandangan Liam mulai melembut bahkan sudah ada aura mesumnya. Teringat kembali perkataan Chandra yang menyarankannya untuk memanfaatkan “SIM” sebaik-baiknya. Surat Izin Meniduri? Atau Surat Izin Menaiki? Astaga Liam merutuki diri sendiri yang terkontaminasi pikiran ngeres ala Chandra. Dia berpikir tak ada ruginya memberikan keperjakaan pada istri, nggak dosa, dan sudah menjadi kewajibannya untuk memberikan nafkah lahir dan batin.
Liam menggaruk rambut belakangnya. Debaran jantungnya berpacu semakin cepat. Kesepakatan untuk tidak melakukan kontak fisik menguap begitu saja. Saat ini Liam hanya menginginkan menjamah tubuh istrinya dan menikmati setiap jengkalnya. Dia menginginkan sesuatu yang intim dengan istrinya.
“Mii....” Akhirnya Liam memberanikan diri bersuara.
Ami menghentikan kunyahannya pada sepotong apel yang ia gigit.
“Apa?” Tanya Amber setenang mungkin meski dia begitu berdebar menatap ekspresi wajah Liam yang sudah didominasi aura m***m.
“Kemarin waktu kita dansa, gue lihat gerakan lo masih kaku. Mau nggak gue ajari? Gue kan kadang diundang ke acara party yang formal. Sering ada sesi dansanya buat pasangan. Kan tengsin juga kalau kita malu-maluin dansanya karena kaku. Mending kita latihan buat membiasakan diri saat harus dansa di publik.”
Ami mencerna kata-kata Liam barusan. Ami tahu dansa cuma dijadikan alasan, padahal Liam begitu menginginkannya. Ami meletakkan apelnya di meja.
“Okey kita latihan sekarang.”
Liam tersenyum merayakan kemenangan. Serangkaian rencana m***m menari-nari di otaknya. Dia memikirkan langkah awal apa yang akan ia selancarkan untuk membuat Ami terangsang.
Liam menyalakan musik dari smartphonenya. Ia memilih lagu romantis “perfect” by Ed Sheran. Liam menggenggam tangan Ami dan menariknya lebih dekat padanya. Ami merasa deg-degan luar biasa. Degup jantungnya seolah berdetak berkali lipat lebih cepat. Ia bisa merasakan hembusan napas Liam begitu dekat, menyapu wajahnya.
Liam semakin memperpendek jaraknya dengan Ami. Dia menuntun tangan Ami dan mengalungkannya di lehernya, lalu dia memeluk pinggang Ami. Suasana begitu romantis. Dansa malam ini serasa jauh lebih mendebarkan dan manis. Liam berbisik lirih di telinga Ami dan membuat gadis tomboy itu meremang.
“You look so sexy tonight Mi, I want to do something more with you..” Liam mengeratkan pelukannya hingga badan mereka saling menempel, hanya pakaian yang melekat di badan masing-masing yang menjadi sekat.
Ami bisa merasakan ada gairah yang menyala-nyala di setiap kata yang meluncur dari bibir Liam. Ini juga godaan besar untuknya. Perasaannya masih utuh untuk Kris, tapi berpelukan sedemikian erat dengan Liam saat ini terbitkan gelenyar aneh dan dadanya bergetar hebat. Terlebih lagi Ami merasakan sesuatu yang di bawah sana, tepatnya “milik Liam” sudah mengeras.
Tangan Liam mulai meremas-meremas bagian tubuh Ami yang lebih kenyal dibanding bagian tubuh lain dan bergerilya menjelajah setiap jengkal tubuh istrinya. Ami mengatur napas. Baru kali ini dia disentuh laki-laki bahkan juga seperti diobok-obok di setiap inchi tubuhnya. Rasanya napasnya kian mencekat. Ami berusaha melepaskan diri dari dekapan Liam. Ia teringat misinya malam ini hanya untuk mengerjai Liam bukan malah hanyut dalam perlakuan romantis Liam.
Liam menarik kembali tubuh Ami dalam pelukannya. Malam ini Ami terlihat begitu cantik di matanya dan juga...menggairahkan. Liam menyapu pipi Ami dengan jari-jarinya. Dengan tangkas Liam mengangkat dagu Ami. Mata mereka kembali beradu. Liam mengulas senyum tipis dan menelusuri setiap garis wajah istrinya yang memang benar apa yang dikatakan johan, manis..!
Liam mendekatkan wajahnya lebih dekat pada wajah Ami. Ujung bibirnya hampir mengenai bibir Ami. Tanpa Ami duga, Liam mendorong tubuhnya hingga menghimpit tembok. Liam menatap Ami dengan binaran mata penuh harap bahwa malam ini akan menjadi malam paling romantis untuk mereka. Sisi terdalam hatinya seolah mengeluarkan erangan frustasi, merasa gagal menahan diri dari godaan indah di depannya, apalagi sudah dihalalkan agama. Ami makin berdebar. Liam kembali mendekatkan ujung bibirnya pada bibir Ami yang terlihat begitu seksi, ranum, merah dan terlihat cipokable banget. Dia mengecup lembut bibir istrinya dan membuat Ami terhenyak. Seerrr.....seakan angin menelusup ke segala celah di hatinya dan menggetarkan seluruh tubuhnya. Ada rasa mendambakan sentuhan yang seakan mengalir di semua pembuluh darah. Ciuman kedua ini seakan menuntun keduanya untuk meningkatkan kecupan menjadi ciuman yang lebih dalam. Perlahan tapi pasti Ami membuka mulutnya dan membuat Liam lebih leluasa memagut bibir istrinya ganas, menyesap dalam-dalam hingga terdengar suara kecapan menggema, memenuhi seisi ruang seperti baru pertama kali merasakan sensasi ciuman yang memabukkan. Liam di balik ketengilan dan kesongongannya adalah tipe yang idalis, yang masih takut dosa setiap kali berduaan dengan Lalisa. Dia belum pernah mencium Lalisa sedalam ini, hanya kecupan lembut tanpa nafsu karena Liam memang membatasinya dan menekan gejolak untuk tidak melakukan sesuatu yang lebih. Ini pertama kali dia mencium seorang perempuan dengan gemuruh gairah yang tak tertahankan. Di saat yang sama Ami merasa seperti melayang menerima ciuman Liam yang begitu liar. Ami memainkan insting untuk membalasnya.
Manusia dibekali insting s*x sejak lahir, selain juga insting property yaitu keinginan untuk meraih kemakmuran dan kekayaan, juga insting religion yaitu keinginan untuk meraih ketenangan hidup. Meski pengalaman keduanya masih minim, itu sama sekali tak menjadi penghalang untuk menyalurkan keinginan masing-masing karena adanya insting s*x itu.. Di saat Liam menjelajah leher jenjang Ami dengan memberi kecupan lembut di sepanjang lehernya, sementara tangan Liam berusaha melepaskan lingerie yang dikenakan Ami, seketika Ami teringat ucapan Henry agar tidak memberi “jatah” untuk Liam dan harus segera mendorong tubuh Liam hingga keluar kamar di saat gairah Liam sudah berkobar dan memuncak hingga ubun-ubun.
Dengan sigap Ami mendorong tubuh Liam begitu kuat hingga Liam tak sempat melawan. Setelah Liam berada di luar kamar, Ami menutup pintu dan menguncinya. Liam begitu terperangah dengan perlakuan Ami. Kini ia sadar, Ami sengaja menjebaknya. Memberinya harapan manis dan berakhir miris dengan megunci kamar dari dalam, benar-benar membuat hati Liam teriris-iris. Apa-apaan ini. Liam mengetuk pintu keras-keras.
“Ami buka pintunya! Maksud lo apa nih ngunci kamar dari dalam dan dorong gue ampe keluar kamar?”
Teriakan Liam begitu memekakan.
“Lo sendiri yang bilang, nggak akan ada kontak fisik selama kita menikah.”
Ucapan Ami barusan mengingatkan Liam kembali pada kesepakan awal saat menikah, tidak ada kontak fisik dan tidak melibatkan perasaan.
“Terus kenapa tadi lo mancing-mancing gue?” Liam semakin kesal. Ami tidak mengerti, menahan hasrat itu sangat menyiksa untuk laki-laki.
Ami menyandarkan tubuhnya di pintu. Sungguh, sama seperti Liam, dia juga menginginkan sesuatu yang lebih, Tapi dia sudah terlanjur sakit hati dengan kata-kata pedas Liam yang selalu mengatakan bahwa dia gadis tomboy yang nggak cantik, nggak menarik, berdada datar, dan membuat matanya sepat saat melihatnya.
“Gue cuma pingin tahu reaksi lo. Lo selalu menghina gue. Lo bilang nggak akan tertarik ama gue. Dan ternyata lo m******t omongan sendiri. Lo menginginkan gue kan? Nggak semudah itu Liam. Gue nggak akan mudah menyerahkan diri gue ke lo. Gue nggak akan mudah jatuh cinta sama lo.”
Liam tersentak mendengar ucapan Ami. Gairah yang sudah membumbung sampai langit ke tujuh kini harus ia tekan sedemikian kuat, jatuh terpelanting ke dasar bumi.
“Jadi lo mau bales dendam ama gue? Pinter bener ya lo nyiksa gue kayak begini. Inget Mi, istri yang nggak mau melayani suami itu dosa..!” Liam kembali mendebrak pintu dengan rasa kesal yang teramat besar.
“Sejak kapan lo nganggep gue istri? Lo cuma pingin tubuh gue. Gue nggak mau melakukan kalau cuma untuk menuntaskan hasrat lo.” Ami meninggikan volume suaranya.
“Lo nggak usah muna. Lo juga pengin kan? Kita sama-sama butuh Mi. Buka nggak nih pintu?” Rasanya Liam hampir kehabisan kesabaran.
“Gue nggak akan buka. Lo booked kamar lagi aja.”
“Tega lo Mi. Tanya sana ama ustadz, istri yang menolak suami bakal dilaknat sampai pagi. Besok-besok gantian gue yang nggak akan ngasih jatah ke lo!” Liam bertolakpinggang dan menatap nanar ke arah pintu. Di dalam sana ada wanita yang sudah halal ia sentuh, mengenakan lingerie transparan super seksi hingga memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya secara gamblang, sayangnya nggak bisa diapa-apain dan ini membuat Liam dongkol.
“Gue nggak butuh jatah dari lo.” Ami masih belum ingin kalah meladeni ucapan suaminya.
“Okey, lo bakal nyesel Mi. Suatu saat lo yang bakal mohon-mohon minta jatah ke gue.” Liam menendang pintu itu dengan super kesal. Saat kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, ada banyak tamu hotel yang berdiri mematung memandang padanya seakan menyampaikan bela sungkawa atas kemalangannya yang tidak diberi “jatah” di malam honeymoon.
Mendadak harga dirinya sebagai laki-laki terasa dikuliti, dikebiri, dan dipermalukan. Seorang Liam anak pengusaha terkenal yang gantengnya mampu menghipnotis banyak perempuan dan mendekati paripurna serta sederet image positif lainnya harus ngamuk-ngamuk di depan kamar hotel gara-gara ditolak istri sendiri. Satu kata “ngenes”.
Bahkan Robby sang GM pun ikut berduka atas nasib malang Liam. Untuk mengobati kekecewaan Liam, Robby menggratiskan sebuah kamar untuk Liam tempati malam ini.
Dan berita ini tiba-tiba menjadi viral di seantero i********:.
Liam putra pengusaha terkenal Rinto Hardian ngamuk-ngamuk di depan kamar hotel gara-gara nggak dikasih “jatah”
Sontak berita ini membuat orangtua Ami berang dan berencana akan menceramahi Ami habis-habisan serta menorehkan rasa malu di hati ayah dan ibu Liam karena ada yang merekam adegan Liam saat ngamuk-ngamuk dan diunggah di media sosial.
Ami senyum-senyum sendiri di kamar. Dia berhasil membuat Liam tertarik dan frustasi karena gagal mendapat jatah darinya. Ami memandangi lingerie yang tergeletak diranjang. Dia sudah berganti pakaian. Bener-bener deh pakaian ajaib. Disodorkan baju kayak gini aja Liam udah klepek-klepek..Gumamnya dalam hati.
Sesaat dia teringat moment panasnya bersama Liam. Ami mengakui, dia sebenarnya belum ingin menyudahi kemesraannya bersama Liam, rasanya sungguh luar biasa dan sensasinya begitu mendebarkan. Tapi dia ingin memberi pelajaran pada Liam agar tak selalu memandangnya remeh. It hurts when someone takes you for granted. Setidaknya Liam belajar satu hal dari kejadian ini. Semoga saja dia lebih bisa menghargai perasaan perempuan.
Liam terpekur di kamarnya. Pesan WA Chanyeol dan Luhan memenuhi chat di WA-nya.
Johan : Sabar Liam..
Chandra : Besok gue yakin Ami pasti mau ngasih lo jatah...
Johan : Berita lo viral di instagram..
Chandra : kita bakal bantuin lo mikirin cara buat naklukin Ami
Liam membalas chat di grup chat mereka
Gue pingin balas dendam ama Ami. Dia udah bikin gue kesal. Gue bakal bikin dia ngemis-ngemis minta jatah ke gue. Saat dia lagi mupeng-mupengnya gue tinggalin, persis ama yang udah dia lakuin ke gue. Tunggu aja saat itu pasti akan tiba. Nggak ada yang bisa nolak pesona gue.
Liam merebahkan badannya. Dia memikirkan serangkaian rencana untuk menjebak Ami dan memberinya pelajaran. Tapi yang melintas di benaknya adalah betapa seksinya Ami dengan lingerie transaparannya dan betapa bibir manis Ami seakan menjadi candu untuknya. Dia ingin mengulang ciumannya dengan Ami. Desahan pelan Ami saat ia mencium lehernya bahkan masih terngiang-ngiang di kepala. Dengan hanya membayangkan saja sudah bisa membuat yang di bawah menegang.
Shit...gimana bisa gadis tomboy itu mengacaukan pikiran gue. Lihat saja nanti, lo bakal gue taklukin. Lo bakal gue bikin sakit hati persis ama yang udah lo lakuin ke gue. Liam dilawan...nggak ada yang bisa nolak pesona gue..!!!