Paulina menggeliat di tempat tidur, tubuhnya terasa remuk seolah semua ototnya bekerja keras semalam. Tidurnya tidak sepenuhnya pulas, karena setiap kali bergerak, ia diingatkan oleh memar kecil di pinggulnya dan rasa lelah yang menyenangkan. Dengan mata setengah terbuka, ia mendapati tempat di sebelahnya kosong. Jagapathi tidak ada. Perlahan ia bangkit, meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya dibalut lingerie tipis. Baru saja ia hendak turun dari tempat tidur, pintu kamar terbuka pelan, menampilkan sosok suaminya yang mempesona dalam balutan kemeja santai dan celana pendek. Di tangannya, ia membawa nampan berisi sarapan. Aroma kopi hangat dan croissant segar menguar, memenuhi udara kamar. “Selamat pagi, Sayang,” ucap Jagapathi lembut, senyum kecil menghiasi wajahnya. Paulina