Sore hari kami pun sampai di rumah sakit tempat dr.Timothy Xu bekerja. Tidak perlu menunggu lama dan juga tak perlu mengantri, Abraham langsung memasuki ruang patrek dr.Timothy tanpa basa-basi. Aku yang hari ini pergi ke rumah sakit bersama Abraham hanya bisa mengikutinya dari belakang. “Maaf Tuan, nomor antrian anda belum di panggil.” Seorang perawat wanita mencegat kami memasuki ruang dr.Timothy. Abraham melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan perawat tersebut, “dr.Timothy tidak akan melarang jika aku yang masuk.” Aku yang melihat Abraham hendak masuk ke ruang praktek dr.Timothy Xu dengan sesuka hatinya, menarik lengannya. “Tuan Xander, nomor antrianku belum di panggil.” Abraham memalingkan wajahnya ke belakang, “Tidak apa-apa. Tidak ada yang bisa