Beatrice tersenyum dengan wajah bingung menatap Emi. “Apa maksud kamu? Nggak mungkin aku ikut sama kamu, Emi!” katanya setengah tak percaya. Emi meraup tangan Beatrice dan menggenggamnya, dia tersenyum hangat menatap wanita yang selama di griya lansia ini menjadi tempatnya mengadu dan berbagi cerita. “Ibu sudah seperti orang tua kandungku sendiri, aku nggak bisa tenang memikirkan ibu sendirian di sini, selamanya!” ucapnya menatap penuh harap agar Beatrice bersedia ikut dengannya. Beatrice terdiam, dia bingung harus menjawab apa. “Kamu bilang dia dari keluarga Meier?” tanyanya. Emi mengangguk. “Ayahnya jarang di rumah karena selalu bepergian ke luar negeri untuk urusan bisnis, sementara di rumah hanya ada ibu dan adik tirinya,” terangnya. Kening Beatrice berkerut mendengarnya. “Dia p