Meli masuk ke peraduannya, sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya. Tampaknya dia demam dan terserang flu, kepalanya mulai terasa berat. Dia berpegangan pada dinding untuk bisa mencapai tempat tidurnya, tak kuat lagi menahan sakit di kepalanya. Dia pun akhirnya merebahkan diri di atas kasur dan menarik selimut karena dingin mulai menyelimuti tubuhnya. “Dani …,“ bisiknya lirih, air matanya meleleh dari sudut matanya. Sekarang dia hanya sendirian, entah bagaimana nanti jika dia tidak kuat bangun lagi, tidak akan ada yang merawatnya. Selama ini tidak pernah ada seorang pun yang datang ke kamarnya bahkan April sekalipun, hanya Dani lah satu-satunya orang yang masuk ke kamarnya, juga sudah memasuki hatinya. Meli merintih dalam tidurnya, tubuhnya menggigil dan demam tinggi. Dia mulai kehausa